Senin, 06 Desember 2010
Kamis, 23 September 2010
Allah bersama Orang Yang Berzikir
إِنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ يَقُوْلُ : أَنَا مَعَ عَبْدِيْ مَا ذَكَرَنِيْ وَتَحَرَّكَتْ بِيْ شَفَتَاهُ.
(رواه أحمد وابن ماجه )
“Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla berfirman: “Aku bersama hamba-Ku selagi dia mengingat-Ku dan kedua bibirnya bergerak-gerak menyebut-Ku.”
(HR. Ahmad dan Ibnu Majah)
Menurut firtahnya setiap orang mendambakan ketentraman dan kedamaian batin. Tak ingin hidup selalu diliputi kerisauan. Untuk mencapai ketenangan batin apapun dilakukannya. Memperoleh ketentraman batin bukan hal yang tidak mungkin. Siapapun mempunyai peluang untuk memperoleh ketentraman batin. Allah SWT mengajarkan hamba-hamba-Nya agar gemar berzikir. Zikir merupakan salah satu langkah nyata untuk mendapatkan ketenangan hati jauh dari kerisauan. Allah SWT berfirman di dalam al-qur’an:
الَّذِيْنَ اٰٰمَنُوْا وَتَطْمِئِنُّ قُلُوْبُهُمْ بِذِكْرِ اللهِ، أَلاَ بِذِكْرِ اللهِ تَطْمِئِنُّ الْقُلُوْبُ.
“(Yaitu)orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah (zikir). Ingatlah, dengan mengingat Allah, hati menjadi tentram.” (QS. Ar-Ra’du:28).
Dengan mengingat Allah hati menjadi tentram. Dengan zikir hidup akan berarti dan bermakna. Bahagia dan hati lapang akan mengiringi hidup orang yang gemar berzikir. Bagi orang terus berzikir hidupnya terasa sejuk bagai embun dipagi hari. Sebaliknya, saat orang jarang berzikir kepada Allah, hatinya akan kering dan gersang. Lihatlah, bagaimana gurun pasir yang tandus dan gersang tak tampak ada kehidupan. Begitulah hati orang lupa Allah.
Orang mukmin akan sungguh-sungguh ingin mendapatkan ketentraman batin akan nampak pada berapa banyak waktu dari 24 jam dia gunakan untuk mengingat Allah. Allah memulyakan orang yang senang mengingat Allah. Allah akan mengingat orang yang mengingat-Nya.
فَاذْكُرُوْنِيْ أَذْكُرْكُمْ . (البقرة :152)
“Ingatlah kamu keada-Ku, niscaya Aku (Allah) akan ingat kepadamu.”
(QS.Al-Baqarah: 152)
Orang yang banyak mengingat Allah di sela-sela kehidupannya, berarti Allah selalu mengingatnya. Banyak mengingat Allah, berarti banyak merasakan kedamaian. Sering lupa Allah, sering merasakan kerisauan. Jika ingat Allah saat shalat saja, maka diluar shalat batinnya sering dilanda kegelisahan. Jika ingat Allah saat tertimpa musibah, dikala hidup lapang dia lupa Allah. Memang, ingat Allah merupakan hidayah Allah yang diberikan kepada hamba-Nya yang terpilih. Karena itu, sering kita jumpai ada orang yang sama sekali dalam hidupnya tidak ingat Allah dan mengenal-Nya. Orang yang tidak pernah mengingat Allah atau tidak mengenal Allah, sungguh seberapa banyak harta yang dimilikinya, setinggi apapun derajatnya di sisi manusia, dan sehebat apapun dia niscaya hidupnya akan dihantui oleh kecemasan dan kegelisan.
Ingat Allah hati menjadi tertambat kepada-Nya. Manakala hati sudah tertambat kepada Allah, maka apa pun yang dia lihat, dia dengar, dan yang dia rasakan, selalu nampak keagungan Allah dan ada keterlibatan-Nya. Dalam keadaan apapun dia selalu ingat kepada Allah. Karena ingat Allah merupakan ibadah yang sangat utama bagi lidah setelah membaca al-qur’an. Dia ingat Allah dalam keadaan berdiri, duduk, dan berbaring. Hal ini disebutkan Allah dalam alqur’an surat Ali Imran ayat 191.“Orang-orang yang mengingat Allah dalam keadaan berdiri, duduk, dan berbaring. (QS.Ali Imran: 191) Zikir dapat menguatkan orang-orang yang lemah untuk bergegas beribadah. Dengan zikir orang akan dengan terampil dan bersegera melakukan kebaikan. Bagi orang yang merasa lemah untuk bangun malam (shalat malam), banyak harta tetapi terasa diri bakhil untuk menginfakkan, atau takut untuk berjuang di jalan Allah, maka perbanyaklah zikir kepada Allah. Memperbanyak zikir akan membawa pada keberuntungan. Allah berfirman: “berzikirlah sebanyak-banyaknya, agar kalian beruntung.” (QS. Al-Jum’ah: 10)
Sebagian ulama membagi zikir kedalam empat bagian, yaitu zikir lisan; zikir akal; zikir jawarih (anggota tubuh); dan zikir hati.
Pertama: zikir lisan. Dia gunakan lisan untuk banyak menyebut asma Allah, mengagungkan Allah, memperbanyak membaca Al-qur’an, berkata yang lemah lembut kepada sesama, lisannya tidak memancar kata-kata berduri yang menusuk hati saudaranya, selalu berusaha berkata benar, dan setiap apa yang keluar dari lisannya selalu berharap Allah meridhainya. Dia hindarkan lisannya dari perkataan haram, pergunjingan, profokasi, sumpah palsu, memaki, mencemooh, dan perkataan kotor lainnya. Lisannya selalu basih dengan menyebut asma Allah. Tiada hari yang dilaluinya, melainkan lisannya terus mengagungkan nama-nama Allah.
Kedua: Zikir akal. Anugrah Allah berupa akal yang diberikan kepadanya senantiasa dipergunakan untuk menyaksikan kebesaran dan keagungan Allah. Dengan akalnya direnungkan dalam-dalam bagaimana Allah menciptakan ala mini begitu indah? Keindahan dan begitu besar maha karya-Nya, menunjukkan bahwa betapa Maha Agungnya Allah. Dengan memikirkan ciptaan Allah, semakin bertambah keimanan dan ketaqwaan di dalam hatinya. Apapun yang terlintas dipikirannya selalu dikaitkan dengan kebesaran Allah. Dan berakhir dengan pengakukan bahwa Maha Suci Allah Yang telah menciptakan semuanya. Tidak sedikitpun dari ciptaan-Nya yang sia-sia. Akal yang berzikir kepada Allah, akan tunduk dan mengikuti hukum-hukum Allah. Olah pikir manusia sebatas bagaimana menyingkap rahasia di balik ciptaan-Nya.
Ketiga: Zikir jawarih. Zikir jawarih (anggota tubuh) merupakan implementasi dari hati yang terpaut dengan Allah. Kedua matanya setiap apa yang dilihatnya tampak kebesan Allah. Suara yang didengarnya menunjukkan suara-suara milik Allah. Kakinya tidak melangkah melainkan melangkah ke tempat yang Allah mau. Perutnya diisi cukup dengan hidangan yang Allah halalkan. Tangannya ringan bekerja mengais keridhaan Allah. Seluruh tubuhnya dijadikan modal untuk mendapatkan rahmat Allah. Beribadah dan beramal kebaikan di dasarkan pada ketentuan-Nya. Dia hentikan semua anggota tubuhnya dari perbuatan maksiat. Dia serahkan hasil jerih payah dan ikhtiarnya kepada Allah. Akan ringan dan tenang langkah-langkah yang diiringi dengan ingat Allah.
Keempat: Zikir hati. Hati yang berzikir mampu menangkap keagungan Allah. Peka terhadap seruan-Nya. Ketika disebut nama-nama Allah, bergetar hebat hatinya karena merasakan kedasyatan di balik nama tersebut. Hatinya selalu mengkilap bercahaya menerangi semua anggota tubuhnya. Sentuhan-sentuhan Ilahi disambutnya dengan lega dan ridha. Ia perintahkan lisan untuk berkata benar dan lemah lembut. Ia suruh mata untuk menundukkan diri di hadapan kebesaran Allah. Ia perintahkan kedua kaki untuk melangkah menuju seruan Allah. Ia bimbing semua anggota tubuh untuk selalu mengenal dan berpijak pada ketulusan. Ia cegah semua anggota tubuh dari mengingkari Allah dan durhaka kepada-Nya. Ia rasakan kedekatan Allah bersamanya. Hingga ia jalani perubahan hati yang begitu cepat tetap tenang bersama Allah. Hati yang bening dan terawat selalu penuh dengan zikir kepada Allah. Ketenangan dan ketentraman akan menyertai hati yang selalu bersih dan berzikir.
Indah sekali rasanya jikalau lisan yang terus menyebut nama-nama Allah, pikiran mampu menangkap rahasia di balik kebesaran ciptaan Allah, anggota tubuhnya ringan melangkah menuanikan perintah Allah, dan hatinya merasakan kedekatan dan kehadiran Allah. Sungguh sempurna iman dan ketaqwaan seorang hamba yang langgeng berzikir kepada Allah. Hidup menjadi optimis dengan berzikir. Kesulitan dihadapi dengan tenang. Permasalahan diselesaikan dengan lapang dada. Musibah dan ujian hidup yang menerpa di jalani dengan sabar dan shalat. Rizki yang sampai kepada dirinya disyukuri. Indah penuh kedamaian hati orang yang gemar berzikir.
Ada kisah yang cukup menarik untuk diperhatikan, yaitu kisah seorang nabi yang merasa malu kepada seekor cacing merah yang terus berzikir kepada Allah sepanjang hari sejak ia diciptakan. Beliau adalah Nabi Daud as. Kisahnya begini, Saat Nabi Daud as. Duduk sedang membaca kitab Zabur, tiba-tiba beliau melihat seekor cacing merah di tanah. Maka Nabi Daud as berkata dalam hati: “Apa yang dikehendaki Allah dengan seekor cacing ini?” Maka Allah mengizinkan cacing itu dapat berbicara. Lalu berkata cacing itu: “Hai Nabi Allah , Tuhanku telah memerintahkan kepadaku diwaktu siang agar aku berzikir (subhanallah, walhamdulillah, wa laa ilaaha illallah, wallaahu akbar) sebanyak seribu kali, dan diwaktu siang aku berzikir (allahumma shalli ‘ala Muhammadinin nabiyyil ummiyyi wa ‘alaa aalihi wa shahbihi wa sallam) sebanyak seribu kali, Sedangkan anda apa yang dapat anda ambil manfaat darimu?, maka Nabi Daud as menyesali perbuatannya telah meremehkan seekor cacing merah, dan takut kepada Allah, bertaubat, serta bertawakkal kepada-Nya. (Mukasyafatul Qulub, h.7)
Begitu besar fadilah berzikir bagi kehidupan manusia. Zikir merupakan perintah Allah yang dapat memberikan keselamat di dunia dan di akhirat. Ketentraman yang didambakan akan terwujut bagi orang yang gemar berzikir. Zikir juga menghilangkan kemunafikan, mengusir setan perusak hati, menguatkan iman seorang hamba, membersihkan hati dari karat dosa, dan zikir termasuk ibadah yang disukai oleh Allah. Zikir juga menjaga hamba terjatuh pada kehinaan. Subhanallah, begitu besar rahasia zikir bagi kehidupan manusia, hingga baginda Rasul SAW tidak pernah lepas dari berzikir. Semua waktunya beliau pergunakan untuk berzikir kepada Allah. Karena itu, berzikirlah kepada Allah dalam keadaan berdiri, duduk atau berbaring, sakit atau sehat, lapang atau sempit, diwaktu malam atau siang hari, di dalam rumah atau di luar rumah, di daratan atau di lautan, diwaktu kaya atau miskin, dengan pelan-pelan atau terang-terangan, intinya dalam setiap keadaan. Jika ini yang kita lakukan dalam menjalani kehidupan ini, insyaallah hidup kita akan tenang dan tentram.
Namun, kita tahu bahwa tiada daya dan kekuatan bagi kita untuk bisa istiqomah dalam berzikir kecuali atas pertolongan dan hidayah Allah semata. Karena itu, orang yang telah dianugrahi kesempatan berzikir berarti dia telah mendapatkan anugrah yang besar dari Allah SWT. Zikir akan menyebabkan Allah menurunkan jalan keluar dari kesulita-kesulitan yang dihadapinya. Sebab zikir, Allah menyayangi seorang hamba. Dengan zikir Allah curahkan nikmat dan rahmat-Nya hamba-hamba-Nya. Zikir menjadikan seorang hamba 24 jam akan bersama Allah SWT. Karena itu, ajak diri untuk terus berzikir dan membiasakan berzikir. Ajak diri, keluarga, teman, sahabat, saudara, dan masyarakat untuk selalu berzikir kepada Allah SWT. Hingga kebahagiaan dan ketentraman melekat dalam kehidupan mereka. Semoga kita semua dijadikan oleh Allah mnjadi hamba-hamba-Nya yang gemar berzikir. Amin.
Ajak diri bermunajat kepada Allah…..
اَللٰهُمَّ أَعِنَّا عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ.
Ya Allah, tolonglah kami agar selalu dapat berzikir kepada-Mu
(dengan hati, pikiran, jawarih, dan lisan kami selama hidup kami)
Dan juga agar kami senantiasa dapat mensyukuri nikmat-Mu…..…
Serta memperbaiki ibadah kami kepada-Mu……..…
Rabu, 08 September 2010
selamat idul fitri
perbuatanku tlah bnyak melukaimu.
di hari nan fitri ini, ijinkan kuucapkan
“TAQOBBALALLAHUMINNA WA MINKUM”,
minal aidzin wal faidzin,mohon maaf lahir & bathin
Smburat jingga tampak kemuning,
putih awan hadirkan suci..
hapuskan dendam,, leburkan angkuh,,
jemput ridho tuk terlahir kembali.
maaf lahir batin ya.
Taqobbalallahu Minna Wa Minkum
Menyambung kasih, merajut cinta,
beralas ikhlas, beratap DOA
Semasa hidup bersimbah khilaf & dosa,
berharap dibasuh maaf
Selamat Hari Raya Idul Fitri
Kedewasaan bukan berarti hidup tanpa kesalahan.
Kecerdasan bukan berarti hidup tanpa khilaf.
Dengan segala kerendahan hati
Ku tundukkan kepala tuk memohon maaf..
Minal aidin wal faidzin..
Ramadhan membasuh hati yang berjelaga..
Saatnya meraih rahmat dan ampunan-Nya..
Untuk lisan dan sikap yang tak terjaga..
Mohon dibukakan pintu maaf yang sebesar-besarnya..
Selamat Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1431 H
Minal Aidin Wal Faidzin
Taqabalallahu minnaa wa minkum
Selasa, 07 September 2010
asakroni
Aa mantu billahi wamala ikatihi wakutu bihi warusulihi wal yaumil akhiri wabil Qodari khoerihi wasyrrihi shoda Qollohu washodaqo rosuuluh shadaqollohu washodaqo rosuluh
Aa mantu bi syariingati wa shoddaqtu bi syarii ngati.wa ing qultu saian khilafal ijmangi roja’tu nganhu watabarro’tu mingkulli diinin kholafa diinal islam
Allohumma inni uuminu bima ta’lamu annahul haqqu ngindaka
Waabro-u ilaika mimma ta’lamu annahul ba thilu ngindaka fakhud minni jumalaw wala tutho libni fi tafshil
As taqhfirullohal ngadzim waatuubu ilaih,As taqhfirullohal ngadziim waatubu ilaih,nadimtu mingkulli syarri.
Asyhadu alla ilaaha illa llohu wahdahula syarikalah
Waasyhadu anna muhammadan ngabduhu warosuuluh wa-anangisa ngabdullohi warosulluh wabnu amatih.wakalimatuhu alqoha ila maryama waruuhu minhu.
Waannal jannata haqqu waannan naru haqqu waanna kulla ma akh baro bihi rosuulullohi shollallohu ngalaihi wasallam haqqu.
Waanna khoirod dunya wal akhiroti fi ma’shiyatillahi wa mukholafatih
Waannas sangata aatiyatul laroiba fiha waannalloha yab ngatsu mang fil qubur
Asyhadu alaa ilaa haillalloh wahdahuu laa syarikalah.waasyhadu anna sayyidina muhammadan ngbduhu warosuuluhu.
LAA ilaha illallahu ufni biha ngumri
LA ilaha illallohu ad khulu biha qobri
LA ilaha illallohu akhlu biha wahdi
LA ilaha illallohu alqo biha robbi
LA ilaha illallohu qobla kulli syaei
LA ilaha illallohu ba’da kulli syaei
LAA ilaha illallohu yabqo robbuna wayafnaa kullu syaei
Laa ilaha illallohu astaqhfirulloh
Laa ilaha illallohu astaqhfirulloh
Laa ilaha illallohu astaqhfirulloh waatuubuilaih
Ila ruuhi sayyidinal habib ngaliyibni abi bakrin asakroni wa ushuu lihii wa furuu ngihii annalloha yu’li darojaatihim fil jannati waay yungida ngalaina mim barokatihim wa asro rihim wa anwarihim wanguluu mihim wanafaha tihim fiddini waddun yaw al akhiroh.wailaa hodrotin nabiyyi sayyidina muhammadin shollallohu ngalaihi wasallam al fatihah ……………..
Allohumma inniih tatthu bidarbillahi = thuuluhuu ma syaa allohu,Qufluhu laa ilaaha illa lloha
Baa buhuu muhammadur rosuululloh sholallohu ngalaihi waalihi wasallam
Saqfuhuu la haula wala quwwata illa billahil ngaliyyil ngadzim
Ahatho bina mim bismillahirromanirrohim al hamdulillahi robbil ngalamin……………Amin……………….
Lajeng ngucap SUUUUUUUUUUUR di dawa aken terus tangan di usapaken sirah tekan sikil
Lajeng maos ayat kursi……..
ALLAHU LAA ILAAHA ILLA HUWAL HAYYUL QAYYUMU. LAA TA'KHUDZUHUU SINATUW WA LAA NAUUM. LAHUU MAA FISSAMAAWAATI WA MAA FIL ARDHI. MAN DZAL LADZII YASFA'U 'INDAHUU ILLAA BI IDZNIHI. YA'LAMU MAA BAINA AIDIIHIM WA MAA KHALFAHUM. WA LAA YUHITHUUNA BI SYAI-IN MIN 'ILMIHII ILLAA BI MAASYAA-A. WASI'A KURSIYYUHUSSAMAAWAATI WAL ARDHA. WA LAA YA-UDHUU HIFZHUHUMAA WAHUWAL 'ALIYYUL AZHIIM.
Binas tadarot kamas tadarotil mala ikatu bimadinatir rosuuli bila khondaqi wala suuri ming kulli amrim mah dzuri wa qodarim mahduri wamin amingis syuruuri. Tata rostu billah 3X
Min ngaduwina wangaduw willah
Ming saqi ngarsyillahi ilaa qoongi ardillah
Bimi ati alfi lafi alfi lahaula wala quwwata illa billahil ngaliyyil ngadzim
Shun ngatuhuu laa tang qothingu bimi ati alfi alfi alfi lahaula wala quwwata illa billahil ngaliyyil ngadzim
Ngazii matul la tang sya qqu bimi ati alfi alfi alfi la haula wala quwwata illabillahil ngaliyyil ngadziim
Allohumma in ahadan arodani bisuu-I minal jinni wal insi wal wuhuu syi waqhoerihim minal makhluu qooti mim basyarin au syaethonin au wiswasin fardud nadrohum fing tikas wa qulu bahum fi wiswas waaiidihim fii ahlas wa au biqhum minar rijli ilarro’si laa fi sahli yajdangu wala fi jabali yath langu bimi ati alfi alfi alfi la haula wala quwwata illa billahil ngaliyyil ngadzim
Jumat, 03 September 2010
NADHOM ASMAUL HUSNAA
BISMILLAHIR ROHMAANIR ROHIIM
BISMILAHI BADA’NA WALHAMDU LIROBBINAA
WASHOLATU WASSALAM LINNABII HABIBINA
YA ALLOH YA ROBBANA ANTA MAQSHUUDUNAA
RIDHOKA MATHLUUBUNAA DUNYANAWAUKHROONA
YA ROHMANU YAA ROHIM YA MALIKU YA QUDDUS
YA SALAAMU YA MU’MIN YA MUHAIMINU YA ‘AZIZ
YA JABBARU YA MUTAKABBIR YA KHOLIQU YA BARI
YA MUSHOWWIRU YA GHOFAR YA QOHHARU YA WAHHAB
YA ROZZAQU YA FATAH YA ‘ALIMU YA QOBIDH
YA BASHITHU YA KHOFIDH YA ROFI’U YA MUNIZU
YA MUDHILU YA SAMI’ YA BASHIRU YA HAKAM
YA ‘ADLU YA LATIFU YA KHOBIRU YA HALIMU
YA NGADZIMU YA G HOFUR YA SYAKURU YA ‘ALIY
YA KABIRU YA KHOFIDH YA MUQITHU YA HASIBU
YA JALILU YA KARIM YA ROQIBU YA MUJIB
YA WASI’U YA HAKIM YA WADUUDU YA MAJIID
YA BANGITSU YA SYAHID YA HAQQU YA WAKILU
YA QOWIYYU YA MATIN YA WALIYYU YA HAMID
YA MUHSHI YA MUBDIU YA QOYYUMU YA WAJIDU
YA MAJIDU YA WAHID YA AHADU YA SHOMAD
YA QODIR YA MUQTADIR YA MUQQODDIMU AKHIR
YA AWWALU YA AKHIR YA DHOHIRU YA BATHIN
YA WALI MUTANGALI YA BARRU YA TAWWABU
YA MUNTAQIMU YA NGAFUW YA RO UFU YA MALIK
YA MALIKAL MULKI YA DZALJALALI WALIKHROM
YA MUQSHITU YA JAMI’ YA GHONIYYU YA MUGHNI
YA MANINGU YA DHOORRU YA NA FINGU YA NUURU
YA HADI YA BADINGU YA BAQI YA WARITS
YA ROSYIDU YA SHOBUR NGAZZA JALLA DZIKRUHU
DOA
BIASMA IKAL HUSNA IGHFIRLANA DZUNU BANA
WALI WAALIDZINA WADZURIYYATINA.. KAFFIR NGAN SYAYIATINA
WASTUR NGALA NGUYUBINA WAJBUR NGALA NUQSHONINA
WARFA’DAROJATINA..WAZIDNA NGILMAN NAFINGAN
WARIZQOW WASINGAN,,HALALANG THOYIBAN WANGAMALAN SHOLIHAN
WANAWWIR QULUBANA WAYASIR UMURONA,,WASHOHIH AJSADANA
DAIMA HAYATINA..ILAL KHOIRI QORRIBNA,,NGANNI SYARRI BANGIDNA
WAL QURBA ROJA UNA AKHIRON NILNAL MUNA…BALIGH MAQOSHIDANA
WAQDHI HAWAI JANA,,,WAL HAMDU LILLAHINA AALLADZI HADAANA
SHOLLI WA SALLIM NGALA THOHA KHOLLILIR ROHMAN.
WA AALIHI WASHOHBIHI ILA AKHIRIS ZAMAN
Kamis, 02 September 2010
Merindu Lailatul Qodar
Karena itu, melihat manusia berdesakan di masjid tampaknya merupakan sebuah fenomena yang luar biasa. Lebih-lebih hal itu terjadi di kota Cirebon yang sebagian masyarakatnya masih mengakui bahwa Cirebon sebagai kota wali yang cenderung mentadaburi nilai-nilai agama.
Menarik memang. Di saat kebanyakan orang sibuk berebut dunia, mereka (para pemburu pahala) malah asyik tafakur berdiam diri di masjid-masjid. Makin mendekati lebaran, shaf-shaf tarawih malah makin mundur ke belakang. Apalagi pada malam-malam ganjil yang salah-satunya diyakini merupakan Lailatul Qodar, malam yang lebih baik daripada seribu bulan. Untuk memburunya, mereka ramai-ramai melakukan I'tikaf di masjid sebagaimana yang dicontohkan Rasulullah SAW. Pemandangan seperti ini biasa ditemukan di Masjid Agung Sang Cipta Rasa Kasepuhan Cirebon.
Seperti tahun-tahun sebelumnya, menurut Ahmad (58 tahun), pngurus Masjid Agung Sang Cipta Rasa Kasepuhan Cirebon, banyak didatangi para pemburu pahala dari berbagai kota di Indonesia. Semenjak hari pertama bulan Ramadan hingga tanggal 27 Agustus 2010 peserta I'tikaf sudah mencapai 117 orang pria dan wanita. Bahkan, dua pria mualaf Held dan Loidl asal Osterretch, Austria sengaja datang jauh-jauh ke Masjid Agung Sang Cipta Rasa sejak tanggal 23 Agustus 2010 terdaftar di buku tamu pengurus masjid sebagai peserta I'tikaf, juga turut melakukan perburuan pahala. Keduanya berbaur dengan peserta I'tikaf lainnya.
Kegiatan di Masjid Agung Sang Cipta Rasa memang mempunyai daya tarik sendiri. Menurut Kholil Arief (24 tahun), koordinator remaja masjid, setiap bada tarawih para remaja masjid dan peserta I'tikaf biasa melakukan qiyamullail berjamaah yang bacaan surahnya menamatkan 3 juz Alquran. Targetnya, dalam tempo sepuluh malam mereka bisa menghatamkan 30 juz. Yang tak kalah mengesankan, ternyata sebagaian imamnya adalah remaja masjid yang berusia muda yang telah hafal Alquran. Di usia mereka yang masih sangat muda, namun telah hafal di luar kepala seluruh isi Alquran.
Meski mereka (remaja masjid) masih sangat muda, namun kefasihan bacaan dan kedalaman penghayatannya terhadap ayat-ayat yang dibacanya terbilang luar biasa. Seringkali makmum berisak tangis menyimak bacaannya. Ketika dibacakan ayat-ayat yang berbicara tentang keluasan rahmat Allah, bergelora-lah harapan dan kerinduan mereka untuk meraihnya.
Sebaliknya, ketika dibacakan ayat-ayat azab, tubuh mereka berguncang seolah-olah akan dilemparkan ke neraka. Selain qiyamullail, kegiatan I'tikaf pun diisi dengan berbagai kajian materi keislaman, seperti tafsir, hadits, fikih, sirah (perjalanan hidup) dan sejumlah materi lainnya yang merujuk langsung kepada sumber aslinya. Karena itu, tidak sedikit peserta yang datang berasal dari luar Cirebon.
Peserta I'tikaf di Masjid Agung Sang Cipta Rasa Kasepuhan Cirebon memang sebagian adalah kalangan wanita. Tidak hanya kalangan muda, namun banyak pula yang sudah lanjut usia. Ada juga yang sedang hamil tua. Bahkan, tidak sedikit ibu muda membawa balita. Tampaknya, dalam memburu pahala, mereka tak mau kalah dari kaum pria.
Ihwal, wanita melakukan I'tikaf bukanlah mengada-ada. Ketika Rasulullah SAW melakukan I'tikaf, istri-istri beliau pun melakukan hal sama. Bahkan, setelah beliau meninggal dunia, para ummahatul mukminin itu tetap meneruskannya.
Dari sekian peserta I'tikaf, adakah yang mengetahui kapan Lailatul Qodar itu tiba? Tak seorangpun tahu kapan Lailatul Qodar akan tiba. Allah SWT menjadikannya sebagai suatu rahasia, sehingga manusia harus berjuang keras untuk meraihnya. Sejumlah ulama mengatakan, Lailatul Qodar terjadi pada 10 hari terakhir bulan Ramadan, terutama di malam-malam ganjil, yaitu malam 21, 23, 25, 27, dan 29.
Rasulullah SAW bersabda, Lailatul Qodar terdapat di epuluh malam yang tersisa. Siapa yang mendirikan malam-malamnya, demi mencari dan menunggu kedatangannya, maka sesungguhnya Allah SWT akan mengampuni dosa-dosanya yang telah lalu dan setelahnya. Itulah malam-malam yang hitungannya ganjil: Sembilan, tujuh, lima, tiga, atau bahkan di hari terakhir." (HR. Ahmad).
Dalam hadits lain, Rasulullah SAW bahkan menyebut sebagian tanda-tanda alam ketika Lailatul Qodar itu tiba. "Sesungguhnya tanda-tanda datangnya Lailatul Qodar itu langit sangat cerah seolah-olah ada sekelompok besar bulan datar, tenang, dan indah. Suhu udara pada malam itu tidak panas dan juga tidak dingin. Allah tidak menghalalkan planet-planet dijatuhkan pada malam itu, sampai datang pagi hari tiba. Tanda-tanda lainnya, matahari pada pagi harinya terlihat sangat cerah, tidak bersinar seperti sinar bulan ketika terjadi perang Badar. Dan, tidak dihalalkan bagi setan untuk keluar bersama malam itu." Fathul Baari/IV/329 dan 318).
Namun demikian, kedatangan Lailatul Qodar yang sesungguhnya tetaplah rahasia. Ia merupakan hal gaib yang hanya diketahui Allah SWT. Karenanya Rasulullah SAW berpesan agar memburu malam Lailatul Qodar bukan segalanya. Motivasi ibadah sesungguhnya hanya pengabdian kepada Allah. Lailatul Qodar adalah sebuah 'fasilitas' luar biasa, yang dianugerahkan Allah bagi umat Muhammad agar beribadah sebaik-baiknya dan mendapatkan pahala sebanyak-banyaknya.
Rasulullah juga menganjurkan kepada para sahabat dan istrinya, Aisyah, untuk membaca sebuah doa serta menghayati maknanya, ketika merasakan hadirnya Lailatul Qodar. Doa itu adalah: Rabbanaa aatinaa fiddunnya hasanah, wa fil aakhirati hasanah wa qinaa 'adzaabannaar (wahai Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami kebajikan di dunia dan kebajikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa api neraka).
Doa itu bukan saja bertujuan agar kita dapat memperoleh kebaikan dunia dan akhirat. Tapi lebih dari itu, bertujuan memantapkan langkah dalam upaya meraih kebajikan yang dimaksud. Permohonan itu juga berarti upaya untuk menjadikan kebajikan dan kebahagiaan yang diperoleh dalam kehidupan dunia dan pengharapan untuk memperoleh kebahagiaan hidup di akhirat.
Rasulullah juga menganjurkan agar kita memperbanyak doa di bulan Ramadan. Apalagi pada sepuluh malam terakhir, terutama tanggal ganjil. Aisyah pernah bertanya kepada Rasulullah, "Ya Rasulullah, jika sekiranya mendapatkan Lailatul Qodar, apa yang harus saya baca?" Rasulullah menjawab, "Allahumma innaka 'afuwwun tuhibbul 'afwa fa 'fu 'annii."
Kegiatan kreatif pengurus dan remaja masjid di atas menunjukan bahwa semangat umat untuk beribadah di bulan suci Ramadan sebenarnya sangat tinggi. Beruntunglah mereka, karena melalui I'tikaf bisa menghisab diri, menghitung-hitung kesalahan untuk melakukan perbaikan. Paling tidak, dua target harus terlampau, membersihkan dosa dan menuai pahala. Melalui jalan seperti ini, peluang untuk meraih kembali fitrah yang sempat hilang makin terbuka lebar.
Sayang, belum banyak orang yang telah terbuka nuraninya untuk menghidupkan kembali sunnah Rasulullah. Padahal, jauh-jauh hari beliau sudah mensinyalir bahwa salah satu kelompok manusia yang akan memperoleh perlindungan Allah di hari kiamat adalah meraka yang hatinya selalu merindukan rumah-Nya.
Maha Suci Allah yang telah membuka rahmat-Nya dengan menurunkan satu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu, pintu surga terbuka lebar bagi hamba-hamba yang memohon kelapangan-Nya. Malam yang penuh berkah. Kedamaian hingga datangnya fajar. Malam dimana pahala amalan dilipatgandakan. Adakah malam yang lebih baik darinya? (*)
Makna Hidup Dalam Pandangan Islam
Islam menjelaskan makna hidup yang hakiki melalui perbandingan dua ayat yang sangat kontras, seperti dicontohkan di dalam Alquran. Seorang yang telah mati menurut mata lahir kita, bahkan telah terkubur ribuan tahun, jasadnya telah habis dimakan cacing dan belatung lalu kembali menjadi tanah, namanya sudah hampir dilupakan orang. Tetapi yang mengherankan, Allah SWT memandangnya masih hidup dan mendapat rezeki di sisi-Nya serta melarang kepada kita menyebut mati kepada orang tersebut. Hal ini dapat kita lihat dalam (Q.S 3: 169). "Janganlah kalian menyangka orang-orang yang gugur di jalan Allah itu telah mati, bahkan mereka itu hidup dan mendapat rezeki di sisi Allah." Sebaliknya ada orang yang masih hidup menurut mata lahir kita, masih segar-bugar, masih bernapas, jantungnya masih berdetak, darahnya masih mengalir, matanya masih berkedip, tetapi justru Allah menganggapnya tidak ada dan telah mati, seperti disebutkan dalam firmannya "Tidak sama orang yang hidup dengan orang yang sudah mati. Sesungguhnya Allah SWT mendengar orang yang dikehendaki-Nya, sedangkan kamu tidak bisa menjadikan orang-orang yang di dalam kubur bisa mendengar," (QS Al-Fathir 22). Maksud ayat ini menjelaskan Nabi Muhammad tidak bisa memberi petunjuk kepada orang-orang musyrikin yang telah mati hatinya.
Dua ayat ini memberikan perbandingan yang terbalik, di satu sisi orang yang telah mati dianggap masih hidup, dan di sisi lain orang yang masih hidup dianggap telah mati. Lalu apa hakikat makna hidup menurut Islam?
Seorang filusuf Yunani Descartes pernah mendefinisikan, manusia ada dan dinyatakan hidup di dunia bila ia melakukan aktivitas berpikir. Kemudian Karl Marx menyatakan, manusia ada dan dinyatakan hidup jika manusia mampu berusaha untuk mengendalikan alam dalam rangka mempertahankan hidupnya. Sedangkan Islam menjelaskan manusia ada dan dianggap hidup jika ia telah melakukan aktivitas "jihad" seperti yang telah dijelaskan oleh Allah SWT dalam Q.S. Ali Imron: 169 di atas. Tentu saja jihad dalam pengertian yang sangat luas. Jihad dalam pengertian bukan hanya sebatas mengangkat senjata dalam peperangan saja, tetapi jihad dalam konteks berusaha mengisi hidup dengan karya dan kerja nyata. Jihad dalam arti berusaha memaksimalkan potensi diri agar hidup ini berarti dan bermanfaat bagi diri, keluarga, masyarakat, dan bangsa. Misalnya, seseorang yang berusaha mencari dan menemukan energi alternatif ketika orang sedang kesulitan BBM itu juga sudah dipandang jihad karena ia telah mampu memberikan manfaat kepada orang lain. Seseorang yang keluar dari sifat malas, kemudian bekerja untuk memerangi kemiskinan, kebodohan, itu juga termasuk jihad karena ia telah mampu mengalahkan hawa nafsunya sendiri, dan bukankah ini jihad yang paling besar karena Rasulullah sendiri menyatakan bahwa jihad yang paling akbar adalah melawan hawa nafsu sendiri.
Hidup dalam pandangan Islam adalah kebermaknaan dalam kualitas secara berkesinambungan dari kehidupan dunia sampai akhirat, hidup yang penuh arti dan manfaat bagi lingkungan. Hidup seseorang dalam Islam diukur dengan seberapa besar ia melaksanakan kewajiban-kewajiban sebagai manusia hidup yang telah diatur oleh Dienull Islam. Ada dan tiadanya seseorang dalam Islam ditakar dengan seberapa besar manfaat yang dirasakan oleh umat dengan kehadiran dirinya. Sebab Rasul pernah bersabda "Sebaik-baiknya manusia di antara kalian adalah yang paling banyak memberikan manfaat kepada orang lain. (Alhadis). Oleh karena itu, tiada dipandang berarti (dipandang hidup) ketika seseorang melupakan dan meninggalkan kewajiban-kewajiban yang telah diatur Islam.
Dengan demikian, seorang muslim dituntut untuk senantiasa meningkatkan kualitas hidup sehingga eksistensinya bermakna dan bermanfaat di hadapan Allah SWT, yang pada akhirnya mencapai derajat Al-hayat Al-thoyyibah (hidup yang diliputi kebaikan). Untuk mencapai derajat tersebut maka setiap muslim diwajibkan beribadah, bekerja, berkarya berinovasi atau dengan kata lain beramal saleh. Sebab esensi hidup itu sendiri adalah bergerak (Al-Hayat) kehendak untuk mencipta (Al-Khoolik), dorongan untuk memberi yang terbaik (Al-Wahhaab) serta semangat untuk menjawab tantangan zaman (Al-Waajid).
Makna hidup yang dijabarkan Islam jauh lebih luas dan mendalam dari pada pengertian hidup yang dibeberkan Descartes dan Marx. Makna hidup dalam Islam bukan sekadar berpikir tentang realita, bukan sekadar berjuang untuk mempertahankan hidup, tetapi lebih dari itu memberikan pencerahan dan keyakinan bahwa. Hidup ini bukan sekali, tetapi hidup yang berkelanjutan, hidup yang melampaui batas usia manusia di bumi, hidup yang harus dipertanggungjawabkan di hadapan sang Kholik. Setiap orang beriman harus meyakini bahwa setelah hidup di dunia ini ada kehidupan lain yang lebih baik, abadi dan lebih indah yaitu alam akhirat (Q.S. Adl-dluha: 4).
Setiap muslim yang aktif melakukan kerja nyata (amal saleh), Allah menjanjikan kualitas hidup yang lebih baik seperti dalam firmannya "Barang siapa yang melakukan amal saleh baik laki-laki maupun wanita dalam keadaan ia beriman, maka pasti akan kami hidupkan ia dengan al-hayat al-thoyibah (hidup yang berkualitas tinggi)." (Q.S. 16: 97). Ayat tersebut dengan jelas sekali menyatakan hubungan amal saleh dengan kualitas hidup seseorang.
Aktualisasi diri!
Salah satu kebutuhan manusia yang paling mendasar adalah pengakuan dari komunitas manusia yang disebut masyarakat. Betapa menderitanya seseorang, sekalipun umpamanya ia seorang kaya raya, berkedudukan, mempunyai jabatan, namun masyarakat di sekitarnya tidak mengakui keberadaannya bahkan menganggapnya tidak ada, antara ada dan tiada dirinya tidak berpengaruh bagi masyarakat. Dan hal ini adalah sebuah fenomena yang terjadi pada masyarakat muslim. Terlebih rugi lagi jika keberadaan kita tidak diakui oleh Allah SWT, berarti alamat sebuah kemalangan yang akan menimpa. Ketika usia kita tidak menambah kebaikan terhadap amal-amal, ketika setiap amal perbuatan tidak menambah dekatnya diri dengan Sang Pencipta, berarti hidup kita sia-sia belaka. Allah menganggap kita sudah mati sekalipun kita masih hidup.
Oleh karena itu, seorang muslim "diwajibkan" untuk mengaktualisasikan dirinya dalam segenap karya nyata (amal saleh) dalam kehidupan. "Sekali berarti, kemudian mati" begitulah sebaris puisi yang diungkapkan penyair terkenal Chairil Anwar. Walaupun ia meninggal dalam keadaan masih muda dan telah lama dikubur di pemakaman Karet Jakarta, tetapi nama dan karya-karyanya masih hidup sampai sekarang. Kalau Chairil Anwar telah "berjihad" selama hidupnya di bidang sastra. Bagaimana dengan kita? Mari berjihad dengan amal saleh di bidang-bidang yang lain. Agar kita dipandang hidup oleh Allah SWT. Amin.***
Minggu, 15 Agustus 2010
Dal Dal boey: കുംപുലന് പുസി romantis
കുംപുലന് പുസി romantis
Sambutlah ‘si CINTA’
Saat malam mulai larut
Suasanapun semakin senyap
Aku terbujur dalam kekakuan
Karena hati terpasung dalam kesepian
Kesedihan dengan kesendirian
Seakan menggugurkan sejuta harapan
Sepinya malam berlalu sudah
Pagi datang mengawali hari baru
Aku terbangun dari panjangnya malam
Perlahan aku bergerak,
Berdiri dan kubuka jendela
Tersiratlah cahaya mentari pagi
Menyinari……
Menghempaskan semua khayalan kepahitan
Memang, Aku harus tetap tegar berdiri
Songsong hari yang baru
Sambut dengan sesuatu yang indah
Wujudkan misteri cita dan cinta
Sambutlah ‘si CINTA’ yang cantik
Berikan dia senyum
Warnailah hari-hari dengan cinta
Kebenderangan
Kala malam semakin larut
Aku terpaku di dalam kesunyian
Terdiam menatap ilusi kesendirian
Diriku seakan terbiar dalam kehampaan
Kebekuan jiwa menjelma
Kedinginan nurani selalu menemani
Aku merindu tentang kehangatan
Aku bermimpi tentang keindahan
Saat tirai kegalauan mulai tersibak
Fatamorgana menjauh dari realita
Hingga tersingkaplah kebenderangan
Makna kedamaian yang hakiki
Arti Cinta
Di dalam kedinginan jiwaku
Kau hadir mendekap erat kalbuku
Dalam kesendirian nuraniku
Kau temani aku dengan kemesraan
Dalam kegalauan jiwaku
Kau hadir untuk menghiburku
Dalam kesepian malamku
Kau hadir dalam indahnya mimpiku
Tiada yang kupikirkan selama ini
Kecuali aku merasa berarti bersamamu
Kan kuayun langkahku ini
Bersama irama kerinduan
Kangen khan slalu menyelimuti hatiku
Tak ada sesuatu terindah untuku
Karena kau segala-galanya bagiku
Arti perasaan
Dikala aku merindu
Ingin kutulis sejuta syair indah
Ingin rasanya aku berkisah
Tentang semua kekangenanku
Di saat ini seolah aku sulit mencari
Dermaga yang berairkan tinta emas
Dan pena antik untuk mengukirnya
Aku takut terdampar di pulau sana
Yang penuh dengan ketidakpastian
Paradigma ?!!!
Hari demi hari terus berjalan
Pergantian waktupun tidak dapat dielakan
Perubahan adalah sebuah realitas yang harus dihadapi
Sebagai konsekwensi logis atas akhir dari setiap langkah
Paradigma hidup merupakan acuan dalam melangkah
Sebagai barometer dalam menjalani hidup
Menuju sebuah wujud misteri
‘Cita-cita’
Perenungkan kembali tentang Paradigma hidup
Tentang cita-cita yang tergantung di angkasa
Katakanlah kamu bisa untuk meraihnya
Kamu bisa untuk menjalaninya
Gapailah semuanya
‘Sungguh beruntunglah orang yang slalu mensucikan diri
(Kembali kepada fitrah dan kesucian )’
‘Selamat Ulang Tahun ’
Success for You
Kujelang….
Pagi yang indah kujelang kembali
Menghempaskan mimpi meraih bergantinya hari
Di ufuk timur tersirat cahaya kedamaian
Membangkitkan semangat menghangatkan perasaan
Hembusan angin menemaniku berjalan
Mengiringi langkah berpadu dalam kepastian
Gemersik dedaunan bak irama kehidupan
Selalu setia menyanyikan lagu kemenangan
Dalam menggapai makna cita dan cinta
Dalam mewujudkan makna hidup yang sesungguhnya
Biarkan pergantian hari terus berjalan
Karena setiap saat akan selalu kujelang
Bingkai kehidupan
Masa demi masa berlalu sudah
Kemana kaki jalan melangkah
Liku-liku kehidupan mengukir sejarah
Kini saatnya berpotret diri
Berbenah dari segala keburukan
Meningkatkan semua kebaikan
Ramadhan sebentar khan tiba
Kini saatnya tuk membuka pintu hati
Memaafkan semua kehilafan
Mari kita sambut dengan gembira
Dengan memperbanyak ibadah
Tuk menggapai tingkatan taqwa
Derajat tertinggi disisi khalik
Semoga Allah selalu membimbing kita
Dan nanti memasukkan kita dalam surga-Nya
Amiin
Puisi angin
Di kesepian malam aku sendiri
Termenung dibawah cahaya rembulan
Pucuk-pucuk daun meliuk indah
Mengikuti irama angin perlahan
Angin…., Aku hargai kau menghiburku
Memang tidak ingin aku berlama-lama
Larut dengan gelapnya malam
Terombang-ambing oleh kelamnya awan
Angin…., Tolong katakan pada bintangku
Aku rindu dan berharap dia hadir disini
Dengan segala ketulusan cintanya
Ingin aku mengajaknya bernyanyi
Menari, berdansa berdua
Angin…, katakanlah padanya
Aku perlu belaian sejuta kasihnya
Ingin aku menikmati indahnya malam ini
Dengan kehangatan peluk mesranya
Angin…, untuk yang terakhir
Katakanlah padanya
Aku benci dengan kesendirian ini
Kesendirian
Di kesepian malam aku sendiri
Fikiran menerawang menjelajah angkasa
Ingin rasanya kubuka semua tabir gelap
Sehingga bisa kunikmati indahnya rembulan
Beserta gemerlapnya selaksa bintang
Semilir angin berhembus perlahan-lahan
Seolah tak ingin mengusikku dari lamunan
Pucuk-pucuk daun menari penuh kemesraan
Seakan tiada bosan untuk selalu menghibur
Semua gundah dan keresahan hatiku
Ketika malam semakin larut
Aku sadari akan kesenmdirianku
Semuanya memang penuh ketidakpastian
Kecuali…. Bisa kunikmati sisa hidup ini
Dengan cinta dan kasih sayang
Dimana semuanya serba tulus
Dimana semuanya serba ikhlas
Dimana semuanya penuh kerelaan
Tanpa pamrih dan pengharapan
Kepastain
Ketika kupaksa mata ini terpejam
Justru hati terus cerita
Bicara tentang kesepian malam
Tentang matahari yang telah tenggelam
Kesepian adalah pengharapan kasih
Sedang tenggelam adalah masa lalu
Saat akhir tidak berarti kebahagiaan
Perasaan menjadi terlukakan
Khan kucari mutiara ketulusan
Kristal mujarab penawar kepedihan
Sungguh, hanya sang dewi yang memiliki
Sebelum fajar di ufuk timur menjelang
Kupastikan sang dewi adalah penentuan
Kesembuhan atas sayatan luka-luka ini
Cinta
Ketika aku datang
Di dunia pewayangan cinta
Cuma satu yang aku bawa
Perasaan kasih di dalam dada
Yang bisa merubah satu wacana
Menjadi cerita panjang
Yang berbelit susah mengambarkannya
Tak ada alasan lain tentang cinta
Karena hanya satu yaitu kasih
Kecuali hanya mengada-ada
Kalau ada aku tak percaya
Alasan itu dipaksakan
Dan akan aku katakan
Sungguh malang nasib mereka
Karena tak beda dengan si penjaja
Cinta adalah rindu
Yang datang dari dalam kalbu
Bisa membawa tentram
Dalam merih kedamaian hidup
Kangen
Dalam remang cahaya lilin
Sekilas nampak kilauan kasih
Memedarkan arti kekelabuan hati
Sesaat seolah redup
Membisakan harapan cinta dan kerinduan
Dalam dada menyesak arti ketidakpastian
Sesekali ingin semua cita teraih
Namun, tak dapat menembus batas ruang
Yang semakin menjauh
Dikala sekelebat kilat menyala
Cahayanya menyilaukan mata
Bukan terang yang kuraih
Namun kegelapan setelahnya
Hamparan bunga cinta menjadi merana
Kedinginan, ingin ada yang memetiknya
Dipandang ditaruh dalam vas bunga
Walau nantinya layu
Namun hidupnya menjadi berarti
Menikmati semua tujuan yang dicapai
PERJALANAN
Saat hujan semakin deras
kusuri jalan selangkah demi selangkah
Kuraba bajuku yang sudah kuyup
serasa dingin udara menusuk
sebentar kutoleh kebelakang
Terlihat jelas roda sejarah membentang
Angin kencang
Percikan hujan
Halilintar
Semuanya adalah terpaan kehidupan
Aku berharap reda khan tiba
Terang khan menjelma
Menjadikan hidup penuh makna
Puisi Jarum Dan Jerami
Seandainya kau tak membisu
Tentu dengan mudah aku meraihmu
Walau begitu,
Biarlah kuuji kesabaranku
Khan kuambil jerami ini satu-satu
Sampai aku dapat menemukanmu
Lalu kau rajut kembali kainku
Fatamorgana
Gelap malam penuh kesunyian
Membukakan pintu-pintu ilusi
Menyibakan tirai-tirai kegalauan jiwa
Saat perjalanan adalah perasaan
Hati gelisah menjadi tumpuan
Perlahan-lahan rasio menjauh
Akalpun pergi tanpa berpesan
Saat kusadari semuanya
Aku terbujur di negeri khayalan
Berharap akan fatamorgana
Senyumanmu
Aku terbayang akan manisnya senyumanmu
Seakan hanya aku yang menikmatinya
Namun aku hanya bisa merindu
Akankah cintaku terdampar disuatu pulau ?
Terbawa hanyut bersama gelombang kasmaran
Dan berlabuh di pantai asmara
Tetapi aku sangat yakin
Disana kita khan bercinta
Memadu kasih
Bercerita tentang hari esok
Khan kubiarkan semilir angin membelai tubuhku
Hingga aku tertidur dalam sandaran pelukmu
Namun mengapa suara ombak membangunkanku
Saat mimpiku menerawang angkasa
Menjelajahi ruang-ruang khayalan
Tuhan, mengapa aku ini ?
Terlalu menikmati senyuman itu
Apakah aku telah menduakan cintaku dari-Mu
Sampai hatiku bergetar menahan rasa
Namun kini khan kubiarkan semua berlalu
Terhempas terbawa arus
Ke suatu negeri nun jauh disana
SIANG YANG BERLALU
Saat mentari mulai tenggelam
Sayap malam menutup perlahan
Gelap sudah menjelang
Panasnya siang jadi terlupakan
Semua berlalu
Biarkanlah siang ini berlalu
IBU
Ibu…
Kini aku tahu
Kesabaranmu
Ketabahanmu
Kecintaanmu
Ibu…
Kini aku rindu
Masakkanmu
Senyumanmu
Belaianmu
Ibu…
Aku tak akan lupa
Kebaikkanmu
Jasamu
Nasehatmu
Ibu…
Ternyata kau adalah segalanya bagiku
Kuharap kasihmu abadi selama-alamanya untukku
BUNGAKU
Bungaku…
Kala pagi atau sore hari
Kau taburkan aroma kasih
Membelai kalbu selembut awan putih
Membawaku ke alam khayalan indah
Penuh kedamaian dan kebahagiaan
Bungaku…
Kau laksana dewi kayangan
Selalu dipuji setiap orang
Sunggingan senyummu tak menjemukan
Menggoda mengetarkan hati
Bungaku…
Setiap saat aku nantikan
Lambaian tanganamu mengajakku
Melepas semua kepedihan hidup
Menyandarkan semua kesusahan
Menuju ketenangan bathin
Dalam menikmati hidup ini
Perubahan
Saat rembulan tertunduk sendu
Gema petir menggelegar
Awan kaget ikut bermuram
Mencucur hujan rintik perlahan
Merubah egois yang membatu
Menjadikan hati penuh pengharapan
Arti Kembali
Pohon besar di tanah gersang
Saat hujan Menerjang
Dia jatuh dengan terlentang
Dimakan rayap terlapukkan
Jadikan semua tak berdaya
Semuanya menjadi satu
Tidak terkenali lagi
Puisi Batu
Goresan itu
Mengukir batu jadi saksi
Membisu
Dengan satu kalimat
Aku cinta kamu !!
Penilaian Cinta
Dusun yang sepi
Ada seorang perempuan tua
Dengan suami renta yang buta
Seolah mereka tak berdaya
Mereka hanya berkebun
Itulah kedamaian mereka
Kenapa orang hanya menduga
Padahal mereka punya cinta
Yang tak seorangpun mampu menilainya
Terbujur
Aku terbujur
Di sebuah sudut yang pengap
Hanya coro yang menemaniku
Dia katakan sesuatu padaku
Orang memandang kita hina
Tetapi …
Bisakah kita katakan
Bahwa mereka bijaksana
Biarkan mereka menilai kita
karena kita adalah kita
Kepahitan
Pisau menoreh hatiku
Melukakan perasaan
Menyayat
Menjadikan hidup berubah arti
Saat takdir itu merenggut
Kepahitan adalah realita
Kebahagiaan jadi impian
Akhirpun tak terelakkan
Salam perpisahan
Kini, hatiku tergores kesedihan
Ketika terucap salam perpisahan
Walau air mataku tak berlinang
Bukan berarti suatu kerelaan
Saat-saat langkah terayun
Jarak kita-pun semakin membentang
Akankah semuanya jadi terkenang
Atau hanyut terbawa gelombang
Bahkan mungkin terkubur oleh waktu dan keadaan
Sobat, dalam hatiku ini
Akan tetap membekas suatu kenangan
Kau sungguh baik, supel dan komunikatif
Siapapun mengenalmu pasti akan merindu
Namun untukku, janganlah kau biarkan
Aku terkulai lemas dalam kehampaan
Karena rasa kangenku yang tidak kau harapkan
Gelisah
Gelap malam penuh kesunyian
Lamunan jauh menerawang angkasa
Membukakan pintu-pintu mimpi
Menyibakan tirai-tirai kegalauan jiwa
Bias keremangan memudarkan kasih
Memutar hati menguak arti ilusi
Memedarkan beribu warni cahaya
Membayang menjauh dari arah cita
Katak merengek ikut meresah
Menggugah hati kala gelisah
Air hujan menetes berduka
Membasah bumi ikut bersedih
Gema kegundahan kian bertalu
Gemercik air melantun irama nan merdu
Berhembus angin membelai lembut
Gemerisik suara daun menghibur
Membangkit menggugah kalbu
Meliuk menari rumput nan ayu
Melambai perlahan seolah mengajak
Melepas duka menjemput cinta
Merayu bernyanyi kerinduan
Menyongsong esok akan kebahagiaan
Di Sisi Malam
Ketika kabut tersibak
Rembulan memancarkan sinarnya
Malam yang muram telah berlalu
Makna kegelapan menjadi tertampikan
Nur kebenaran adalah kebenderangan
Saat kepala makin merunduk
Kucium tanah bukti kehinaanku
Sebagai tanda Agungnya sang Khalik
Isak tangisan begitu lirih
Seirama kidung detak jantung
Air mata berderai tak tertahan
Mencapai kekhusukan semakin dalam
Saat dingin semakin menusuk
Disinilah aku semakin mengenal Tuhan
Aku Tak Ragu
Tuhan,
Aku yakin dengan segala kasih-Mu
Dan aku percaya akan semua sayang-Mu
Namun mengapa aku ini ???
Selalu tak tahu diri
Apakah ada sesuatu yang mengunci hatiku ?!
Sehingga aku lupa akan semua cinta-Mu
Tuhan,
Kau pasti selalu mendekapku
Namun aku tempikkan arti kehangatan-Mu
Apakah aku insan tak tahu balas budi ?!
Kurang bersyukur
Selalu mencari dan berharap yang lebih
Bahkan tanpa terasa dan tak tersadari
Mungkin aku memohon selain kepada-Mu
Tuhan,
Andaikan aku selalu bersujud pada-Mu
Dan bersimpuh di dalam rumah-Mu
Tentu Engkau mau menerima tobatku
Namun aku kadang merasa lain
Karena banyak dosa yang kulakukan
Tuhan,
Aku tahu tangisku tak berarti bagi-Mu !!
Kini biarlah aku merenungi semuanya
Dan akan kucari pintu insyafku
Tapi, aku yakin dan tak meragukan
Akan semua ampunan-Mu, Tuhan.
Keagungan Tuhan
Merah merona bola api di atas cakrawala
Tanda terbitnya sang surya di ufuk pagi
Suara burung bernyanyi riang bergerak kian kemari
Menggugurkan sejuta embun dari kerindangan daun
Semua itu bukti Agungnya ciptaan Tuhan
Sebagai manusia hendaklah bersyukur
Ketemu lagi akan hari
Setelah sesaat mengunci rasa
Melupakan semua problema
Kini ditantang perjalanan hidup
Membuktikankan semua impian dan harapan
Kalau kita sadar, nyata ataupun tidak
Itulah garis takdir Tuhan
Semuanya ini perjalanan waktu
Manusia hanya bercita
Namun begitu, yakinkan diri ini
Hidup ini jangan disia-siakan
Berbagi Kasih
Kulihat daun meliuk
Disaat kejora mulai menghilang
Pagi datang begitu cepat
Sayang sungguh sayang memang !!
Juita malam menjadi penantian
Indahnya pagi di pantai pengharapan
Merupakan suatu makna keceriaan
Saat ombak menuju ke tengah
Pasti ia akan kembali lagi
Membawa buih putih arti kehidupan
Meratakan hamparan pasir yang berserakan
Di tengah laut dari kejauhan
Perahu kecil terihat menepi
Membawa seribu ikan hasil tangkapan
Dengan senyum kebahgiaan nelayan
Ketika terkatung di tengah samudra
Tidaklah sempat berfikir tentang cinta
Semuanya seakan sirna
Kini saatnya berbagi kasih
Dengan permata hati
Yang slalu menanti
Malang
Saat sosok itu terlentang
Terkulai di kamar yang remang
Tanpa busana
Tak kenal budaya
Aku hanya mendengar
Gertakan kuat
‘ingat aku adalah uang’
Perjalanan
Wanita malam jadi kenangan
Dalam suatu perjalanan
Bola matanya indah menggoda
Memberi rayuan tentang kemesraan
Sungguh murah kau tawarkan
Ternyata cukup uang recehan
Cuma sekedar untuk membeli jajanan
Pernah sesekali aku tanyakan
Mengapa tak kau tinggalkan hal demikian
Sebab itu kesia-siaan
Tak salah memang kau katakan
Kalau itu saling menguntungkan
Tetapi ada pihak yang dirugikan
Ibumu yang melahirkan
Wanita
Wanita punya hak juga memiliki kewajiban
Tetapi selalu disalahtafsirkan
Hingga kadang menyalahi aturan
Emansipasi diputarbalikkan
Sebagai dalih atau alasan
Hanya untuk mencari kepuasan
Kau korbankan kasih sayang
Anak-anak kau terlantarkan
Dan masih banyak yang dicampakkan
Lalu bagaimana akan nasib bangsamu
Saat keluarga tak kau hiraukan
Sungguh, slogan indah jadi kenagan
Wanita tiang negara
Kini menjadi puntung yang berserakkan
Syair metafisik
(Merambah kegaiban dunia lain)
Alam ini seolah tidak nyata
Seakan-akan dunia bayangan
Tetapi dunia ini punya dimensi
Dimensi lain yang imateri
Hanya rasa iman yang bisa menggapainya
Entahlah, memang alam ini serba aneh
Pengamanannya sungguh ekslusive
Penjagaan yang ekstra ketat
Dengan benteng yang begitu kokoh
Seakan beruratkan besi bertulangkan baja
Begitu susah menembus dunia ini
Hanya dengan akses yang tepat
Dan prasarat pasport yang lengkap
Barulah bisa memasukinya dengan aman
Ketika ada yang mencoba memaksa
Hanya mengakibatkan luka-luka
Seandainya memang bisa
Hanya mengakibatkan sengsara
Merantau di dunia metafisik
Tanpa arah dan tujuan yang pasti
Kehancuran buat si pemaksa
Siksa menjelma menggerogoti hidupnya
Hanya Tuhan-lah yang dapat menyembuhkannya
Andai kesabaran menghinggapi kehidupannya
Kata iya
Mengangguk kata setuju
Tapi bukan berarti iya
Mengapa sahabat tak bertanya ?!
Hanya bergeleng kepala
Kalau sahabat tak paham
Uneg-uneg jangan disimpan
Ungkapkan semua perasaan
Hak berpendapat dijamin undang-undang
Sudah jelas di pasal dua delapan
Diam bukanlah emas
Emas ada di busang
Katanya sedang diributkan
Siapa yang bakal jadi jutawan
Mungkin mereka yang menambang
Sahabat juga mungkin nanti kecipratan
He…. he….
Jangan terlalu banyak termangu
Sebentar lagi khan pemilu
Jangan sampai terpancing isyu
Sekarang khan musim dikompor-komporin
Apa lagi sambil dikipas-kipasin
Bisa-bisa kebakaran nanti
Dengarlah kami
Saat-saat kaki terlangkahkan
Sejenak hati berfikir tentang keadilan
Ketika bangsa dilanda bencana
Ketika rakyat kecil dirundung duka
Ketika semua orang berharap tanya
Mana yang benar dan mana yang salah ?!
Banyak sosok muncul seolah pakar
Berteriak-teriak seakan benar
Seharusnya begini dan seharusnya begitu !!
Ternyata semua hanya teori membingungkan
Di sudut-sudut kota dan pelosok negeri
Rakyat jelata menggeliat kelaparan
Anak-anak mulai putus harapan
Akan kemana kami mencari
Napas kebebsan yang semakin sesak
Angin kehidupan yang mulai hilang
Sungguh tragis dan ironis
Rupiah terpuruk dalam kekhawatiran
Si awam hanya bertanya
Dosa siapakah ini ?!
Kok kami yang mendapat siksa
Kami tidak perlu banyak partai
Kami perlu banyak beras
Kami perlu banyak susu
Kami perlu makan
Dan kami perlu keadilan
Seminggu Di Ladang Tua
Sekian lama aku tak jumpa
Bayangan kerinduan kian terasa
Tak tahan ingin mendengar cerita
Seperti beberapa waktu yang lalu
Ketika kau berkisah di ladang tua
Hari pertama
Kau terdiam tak dapat bicara
Hanya mencucurkan air mata
Saat kucoba menghapusnya
Kau tepiskan tanganku
Waktu itu aku bertanya
Mengapa ???
Namun kau tak kuasa menjawabnya
Tapi aku tahu kau tidak merahasiakannya
Hari kedua
Kau baru menjawabnya
Kau merasa khawatir tentang adikmu
Yang hidup dirantau orang
Kau takut dia tergoda
Oleh bias remang cahaya kota
Namun kau tak kuasa meneruskan cerita
Kau cucurkan lagi air mata
Hari ketiga
Kau melanjutkan ceritanya
Bagiku makan tidak masalah
Hidup di desa tak akan kelaparan
Namun di kota adikku mau makan apa
Justru aku takut adikku dimakan orang
Katanya di kota saat sekarang
Tidak berfikir lagi besok makan apa
Tetapi besok saya mau makan siapa
Kau menangis lagi
Membuang air mata tanda berduka
Hari keempat
Ini tak akan ku lupa
Saat kau merayuku agar menanggapi
Semua cerita tiga hari yang lalu
Aku tak mau untuk bicara
Akhirnya kau meneruskan cerita
Tentang adiknya yang sangat dia cintai
Sampai kini tak kunjung pulang
Kau berharap agar adikmu cepat kembali
Hari kelima
Kau bercerita tentang metropolitan
Yang penuh dengan aktivitas kejahatan
Sikut kiri sikut kanan itu kebiasaan
Apakah adikku selamat dari todongan
Kesombongan dan kekerasan zaman
Kau menangis lagi
Dan tak kuasa cerita lagi
Hari keenam
Aku masih teringat
Saat kau bertutur tentang ibumu
Ketika dia mulai tua renta
Bahkan sampai akhir hayatnya
Kau katakan ibumu adalah keabadian kasih
Tak pandang pamrih
Ikhlas dalam menjaga anak-anaknya
Inikah arti surga di bawah telapak kaki ibu
Kau malah merenung sampai tak cerita apapun lgi
Hari ketujuh
Ini hari terakhir kau bercerita padaku
Karena aku akan ke rantau
Mencari pengalaman ke kota orang
Kau berharp agar aku dapat bertemu dengan adiknya
Dan menyampaikan salam kekangenannya
Sekarang kau akan mencoba untuk melupakannya
Karena adikmu tak memberi kabar berita
Kau ucapkan selamat jalan padaku
Inilah kisah seminggu di ladang tua
Namun sampai kini ku takkan lupa
Dan sekarang akan kucoba mencari adiknya
Untuk membantu temanku disana
Yang selalu berduka tentang adiknya
Berdoalah temanku agar aku menemukannya
Amiin
Diaolog rasio dan hati
(Tentang ungkapan perasaan hati)
Rasio berkata “ kenapa kau laukan itu hati?”
“entahlah, hanya itu yang ingin aku katakan” jawab hati.
“apakah aku terlalu ….Egois, emosi atau agresif”,
Lanjut hati.
“sudahlah, mungkin aku yang salah ?,
Aku tidak bisa memantaumu”, lanjut rasio.
“tidak rasio, aku terlalu memaksakan,
Seolah aku tak sadar dengan keadaanku.
Mungkin aku benar-benar lupa dan lalai,
Dan kau menganggapku konyol khan ?”
Kata hati panjang lebar.
“biarlah rasio, apa yang telah aku katakan
Aku yang akan menanggung akibatnya
Aku telah coba melakukan yag terbaik untukku
Walau harus menghancurkan diriku
Asal aku tidak melukakan orang lain
Aku akan tetap berbahagia.
Kau telah mengingatkanku rasio, terima kasih”
Hati menambahkan ungkapannya.
“hati, biarlah semuanya berjalan dengan relita
Mungkin kita harus bersikap sedikit bijak
Tidak usah terlalu berharap”Rasio menambahkan.
“aku setuju rasio” sahut hati.
Lalu keduanya terdiam seolah tidak ada pembicaraan lagi.
Dan begitulah sampai keduanya terlelap dalam tidur karena kelelahan.
From my friend
………..
Sobatku, di tengah malam
Yang sepi …..
Aku termenung sendiri
Dan dalam kesendirian ini
Aku tak tahu apa …..
Rasa rindu selalu ada
Tapi akupun tak tahu
Apa yang aku rindukan …..
Sobat, siramilah diriku
Dengan kasih dan cintamu…..
Agar aku tahu apa arti
Kesendirian dan rinduku ini
From : Ririe
Betapa
Tuhan …
Betapa dingin dekapan-mu
Sejak aku tak pernah lagi ke rumah-mu
Betapa kabur penglihatanku
Sejak cahaya-mu semakin redup
Pada setiap sudut pengembaraanku
Betapa sunyi pendengaranku
Sejak aku tak perduli
Suara orang-orang memanggil-mu
Tuhan
Betapa seluruh tubuhku luluh
Sebab matahari mengantarai jarak kita semakin jauh
Tuhan
Betapa aku tak mampu
Luput dari dekapan-mu
Sebab kini kumengerti
Dirumah-mu aku adalah tamu
from Dian H.
Yang tersayang
Kau bangun
Kugendong
Kutimang
Kau bermain
Kuasuh
Kutemani
Kau menangis
Kuhibur
Kucanda
Kau mengantuk
Kudendangkan
kukisahkan
Kau tidur
kubelai
kucium
Kudekap
Kau pergi
Kutersedu
Kucari
kurindu
Kau ….
From Dian
Tujuh Paragraf Saja
Paragraf pertama
Saat hujan semakin deras
kusuri jalan selangkah demi selangkah
Kuraba bajuku yang sudah kuyup
serasa dingin udara menusuk
sebentar kutoleh kebelakang
Begitu dalam arti perjalanan
percikan air adalah terpaan
Halilintar pemanis makna
Saat reda adalah harapan jiwa
menjadikan terang nur kehidupan
Paragraf kedua
Kala membayang terang rembulan
merenung menjadi makana harapan
waktu kecil adalah kedamaian
saat remaja masa pematangan jiwa
kini kutatap cermin kedewasaan
kukerutkan keningku
seraya aku berkata pada bayanganku
belajarlah dari perjalanan hidupmu
raihlah cita-citamu diatas bintang persia
dan jadilah dirimu dalam sebuah jati diri
Jumat, 30 Juli 2010
Kamis, 22 Juli 2010
Wali-Wali Allah
Allah Ta'ala adalah wali mereka yang mencintai dan mendekatkan mereka. Sedang, mereka adalah wali-wali Allah Ta'ala yang mencintai-Nya, mengagungkan-Nya, memerintah dengan perintah-Nya, melaksanakan perintah-Nya, menjauhi larangan-Nya, melarang dengan larangan-Nya, mencintai dengan cinta-Nya, dan marah dengan kemarahan-Nya.
Jika mereka meminta sesuatu kepada Allah Ta'ala, maka Dia memberikan permintaan mereka. Jika mereka meminta pertolongan kepda Allah Ta'ala, maka Dia menolong mereka. Jika mereka meminta perlindungan kepada Allah Ta'ala, maka Dia melindungi mereka. Mereka adalah orang-orang beriman, orang-orang bertakwa, orang-orang yang memiliki karamah, dan orang-orang yang memiliki khabar gembira di dunia dan akhirat.
Setiap orang mukmin dan bertakwa adalah wali Allah Ta'ala. Hanya saja, tingkatan mereka berbeda tergantung kepada ketakwaaan mereka dan keimanan mereka. Siapa saja yang beriman dan ketakwaannya sempurna, maka kedudukannya di sisi Allah Ta'ala tinggi dan karamah-Nya lengkap. Pemimpin para wali adalah para rasul dan para nabi. Dan sesudah mereka adalah kaum Mukminin.
Karamah-karamah yang terjadi kepada wali-wali Allah Ta'ala dari kaum Mukminin, seperti makanan sedikit menjadi banyak, atau menyembuhkan sakit, atau menyelam di laut, atau tidak terbakar oleh api, adalah sejenis mukjizat. Bedanya, mukjizat terjadi setelah adanya tantangan. Contoh tantangan ialah seperti tantangan Rasulullah saw. kepada orang-orang Quraisy, "Bagaimana menurut kalian, jika aku mendatangkan ini dan itu, apakah kalian membenarkanku? Jika tidak, Allah akan menyiksa kalian karena kalian tidak beriman, padahal mukjizat telah diperlihatkan kepada kalian." Sedang, karamah tidak. Karamah terbesar ialah konsisten melaksanakan perintah-perintah yang disyariatkan, dan menjauhi hal-hal haram serta larangan-larangan.
Dalil-Dalil Wahyu
1. Penjelasan Allah Ta'ala tentang wali-wali-Nya, dan karamah-karamah mereka dalam firman-firman-Nya, seperti firman-firman-Nya berikut.
* "Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa. Bagi mereka berita gembira di kehidupan di dunia dan di akhirat. Tidak ada perubahan bagi kalimat-kalimat (janji-janji) Allah yang demikian itu adalah kemenangan yang besar." (Yunus: 62-64)
* "Allah pelindung (wali) orang-orang beriman, Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman)." (Al-Baqarah: 257)
* "Dan mereka bukanlah orang-orang yang berhak menguasainya? Orang-orang yang berhak menguasai(nya), hanyalah orang-orang yang bertakwa." (Al-Anfal: 34)
* "Sesungguhnya pelindungku (waliku) ialah Allah yang telah menurunkan Al-Kitab (Al-Qur'an) dan Dia melindungi orang-orang yang shalih." (Al-A'raf: 196)
* "Demikianlah, agar Kami memalingkan daripadanya kemungkinan dan kekejian sesungguhnya Yusuf termasuk hamba-hamba Kami yang terpilih." (Yusuf: 24)
* "Sesungguhnya hamba-hamba-Ku, kamu tidak dapat berkuasa atas mereka." (Al-Isra': 65)
* "Setiap Zakaria masuk untuk menemui Maryam di mihrab, ia dapati makanan di sisinya. Zakaria berkata, ‘Hai Maryam dari mana kamu memperoleh (makanan) ini?' Maryam menjawab, ‘Makanan itu dari sisi Allah'." (Ali Imran: 37)
* "Sesungguhnya Yunus benar-benar salah seorang rasul. (Ingatlah) ketika ia lari ke kapal yang penuh muatan. Kemudian ia ikut berundi lalu dia termasuk orang-orang yang kalah dalam undian. Maka ia ditelah oleh ikan paus besar dalam keadaan tercela. Maka kalau sekiranya dia tidak termasuk orang-orang yang banyak mengingat Allah. Niscaya ia akan tetap tinggal di perut ikan itu sampai hari berbangkit." (As-Shaffaat: 139-144)
* "Maka Jibril menyerunya dari tempat yang rendah, ‘Janganlah kamu bersedih hati, sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan anak sungai di bawahmu. Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu. Maka makan, minum dan bersenang hatilah kamu." (Maryam: 24-26)
* "Kami berfirman, ‘Hai api menjadi dinginlah, dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim.' Mereka hendak berbuat makar terhadap Ibrahim, maka Kami menjadikan mereka itu orang-orang yang paling merugi." (Al-Anbiya: 69-70)
* "Atau kamu kira bahwa orang-orang yang mendiami gua dan (yang mempunyai) raqim itu, mereka termasuk tanda-tanda kekuasaan Kami yang mengherankan? (Ingatlah) tatkala pemuda-pemuda itu mencari tempat berlindung ke dalam gua lalu mereka berdoa, 'Wahai Tuhan kami berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami (ini).' Maka kami tutup telinga mereka beberapa tahun dalam gua itu." (Al-Kahfi: 9-12)
2. Penjelasan Rasulullah saw. tentang wali-wali Allah Ta'ala, dan karomah-karomahnya mereka dalam hadits-haditsnya, seperti dalam hadits-hadits berikut ini.
* Sabda Rasulullah saw. yang beliau riwayatkan dari Allah Azza wa Jalla yang berfirman, "Siapa memusuhi wali-Ku, Aku mengumumkan perang terhadapnya. Hamba-Ku tidak mendekat kepada-Ku dengan sesuatau yang paling aku cintai daripada apa yang Aku wajibkan kepadanya. Hamba-Ku tidak henti-hentinya mendekat kepada-Ku dengan ibadah-ibadah sunnah hingga Aku mencintainya. Jika aku telah menintainya, Aku menjadi telinganya di mana ia mendengar dengannya, Aku menjadi matanya di mana ia melihat dengannya, Aku menjadi tangannya di mana ia bertindak dengannya, dan Aku menjadi kakinya di mana ia berjalan dengannya. Jika ia meminta sesuatu kepada-Ku, Aku pasti memberi permintaannya. Jika ia meminta perlindungan kepada-Ku, Aku pasti melindunginya." (Diriwayatkan Al-Bukhari).
* Sabda Rasulullah saw. dalam haditsnya yang beliau riwayatkan dari Allah Ta'ala yang berfirman, "Aku pasti balas dendam bagi wali-wali-Ku seperti balas dendamnya singa yang marah."
* "Sesungguhnya Allah mempunyai orang-orang jika mereka bersumpah dengan Allah, maka Allah pasti mengabulkan sumpahnya." (Muttafaq Alaih).
* "Sungguh pada umat-umat sebelum kalian terdapat orang-orang muhaddatsun (orang yang diberi ilham kebenaran di mulut mereka). Jika di umatku terdapat salah seorang dari mereka, maka dialah Umar bin Khaththab." (Muttafaq Alaih).
* "Seorang wanita menyusui anaknya, kemudian ia melihat seorang laki-laki mengendarai kuda molek, ia pun berkata, ‘Ya Allah, jadikan anakku seperti itu.' Kemudian anak yang disusuinya menoleh ke arah orang tersebut, dan berkata, ‘Ya Allah, jangan jadikan aku seperti dia'." (Muttafaq Alaih). Ucapan anak yang masih menyusui tersebut adalah karamah bagi ayahnya, dan bagi dia sendiri.
* Sabda Rasulullah saw. tentang kisah ahli ibadah Juraij, dan ibunya, ketika ibunya berkata, "Ya Allah, jangan matikan dia (Juraij) hingga Engkau memperlihatkan padanya wajah wanita-wanita pelacur." Allah Ta'ala mengabulkan doa ibu Juraij sebagai karamah dari-Nya kepadanya. Ahli ibadah, Juraij berkata -ketika ia dituduh bahwa bayi haram adalah anaknya- kepada bayi tersebut, "Siapa ayahmu, nak?" Bayi tersebut menjawab, "Ayahku adalah pengembala kambing." (Diriwayatkan Al-Bukhari). Ucapan bayi tersebut adalah karamah bagi Juraij.
* Sabda Rasulullah saw. tentang tiga sekawan yang tertahan di dalam gua karena batu menutup pintunya, kemudian mereka berdoa kepada Allah Ta'ala dan mendekat kepada-Nya dengan amal perbuatan mereka. Allah Ta'ala pun mengabulkan doa mereka, dan membukakan pintu gua bagi mereka, hingga mereka dapat keluar daripadanya dengan selamat. Itu adalah karomah mereka. (Muttafaq Alaih).
* Sabda Rasulullah saw. tentang pendeta dengan muridnya. Beliau berkisah bahwa murid pendeta tersebut melempar batu ke hewan yang menghalangi perjalanan manusia, kemudian hewan tersebut mati, dan manusia pun bisa berjalan kembali dengan normal. Itu adalah karamah bagi murid tersebut. Raja ketika itu berupaya membunuh sang murid dengan berbagai cara, namun semuanya gagal. Bahkan, mereka melemparkanya dari gunung tinggi, namun sang murid tidak mati. Raja melempar sang murid ke laut, namun ia keluar daripadanya dengan berjalan dan tidak mati. Itun semua adalah karamah bagi sang murid yang beriman dan shalih. (Diriwayatkan Al-Bukhari).
3. Penglihatan langsung ribuan ulama terhadap para wali dan karamah-karamah mereka yang tidak bisa dihitung (sebagian besar karomah-karomah ini disebutkan dalam Shahih Al-Bukhari, Sunan-Sunan yang shahih, dan atsar-atsar yang diterima dengan mutawatir).
* Diriwayatkan bahwa para malaikat mengucapkan salam kepada Imran bin Hushain r.a.
* Salman dan Abu Darda' Radhiyallahu Anhuma makan di salah satu piring, kemudian piring tersebut, atau makanan yang ada di dalamnya bertasbih.
* Khabbab r.a. ditawan di Makkah, kemudian ia diberi anggur oleh seseorang yang kemudian ia makan, padahal di Makkah tidak ada anggur.
* Al-Barra' bin Azib, jika ia bersumpah dengan sesuatu kepada Allah Ta'ala, maka Dia mengabulkannya. Di Perang Al-Qadisiyyah, ia bersumpah kepada Allah Ta'ala, agar Dia membuat kaum Muslimin bisa memenggal kepala orang-orang musyrikin. Dan ia orang yang pertama kali syahid di dalamnya. Permintaan Al-Barra' bin Azib tersebut betul-betul terkabul.
* Ketika Umar bin Khaththab r.a. berkhutbah di atas mimbar Rasulullah saw., tiba-tiba ia berkata "Hai Sariyah, ke gunung! Hai Sariyah, ke gunung!" Umar bin Khaththab memberi pengarahan kepada komandan pasukan yang bernama Sariyah, dan Sariyah pun mendengar suara Umar bin Khaththab. Kemudian pasukan bergerak ke gunung. Itu adalah kemenangan mereka, dan kekalahan musuh-musuh mereka, kaum musyrikin. Ketika Sariyah pulang ke Madinah, ia bercerita kepada Umar bin Khaththab dan para sahabat, bahwa ia mendengar suara Umar bin Khaththab yang diucapkan di atas mimbar Rasulullah saw.
* Jika Al-Ala' bin Al-Hadhrami r.a. berkata dalam doanya, "Wahai Dzat Yang Maha Mengetahui, Wahai Dzat Yang Maha Bijaksana, Wahai Dzat Yang Maha Tinggi dan Wahai Dzat Yang Maha Agung," maka doanya dikabulkan Allah Ta'ala. Bahkan, ketika ia dan pasukannya mengarungi lautan, maka pelana kuda-kuda mereka tidak basah.
* Hasan Basri mendoakan keburukan kepada orang yang menyakitinya, kemudian orang tersebut meninggal dunia saat itu juga.
* Salah seorang dari An-Nakh'i sedang mengendarai keledainya, tiba-tiba keledainya mati dalam perjalanannya. Kemudian ia berwudhu, shalat dua rakaat, dan berdoa kepada Allah Azza wa Jalla. Tiba-tiba Allah menghidupkan kembali keledainya, kemudian ia letakkan barangnya di atas keledainya lagi. Dan karamah-karamah lainnya yang tidak bisa dihitung, dan disaksikan ribuan manusia, bahkan jutaan manusia.
Umar bin Abdurrahman Al athos
Belakangan ia dikenal sebagai seorang sufi yang banyak menguasai ilmu lahir dan batin, pengayom anak yatim piatu, janda, dan fakir miskin. Siang mengajar, malamnya ia gunakan untuk melakukan riyadhah, beribadah, bermunajat kepada Allah SWT, dan sangat jarang tidur.
Sebagai ulama besar dan sufi, Habib Umar dikenal dengan beberapa karamahnya. Ia sangat termasyhur, bahkan sampai ke negari Cina. Suatu hari, salah seorang anak Habib Abdurrahman melawat ke Cina. Di sana ia bertemu seorang sufi yang memberi salam dan hormat, padahal ia tidak mengenalnya.
”Bagaimana engkau mengenalku, padahal kita belum pernah berjumpa?” tanyanya.
”Bagaimana aku tidak mengenal engkau? Ayahmu, Habib Umar bin Abdurrahman Al-Atthas, adalah guru kami, dan kami sangat menghormatinya. Habib Umar sering datang ke negeri kami dan ia sangat terkenal di negeri ini,” jawab sufi tersebut. Padahal jarak antara Hadramaut dan Cina sangat jauh, namun Habib Umar telah berdakwah sampai ke sana.
Syekh Muhammad Baqais, salah seorang muridnya, bercerita, ”Satu kali Habib Umar mendamaikan beberapa suku yang berperang sampai berkali-kali. Tapi, tetap saja ia tidak mendapatkan tanggapan baik. Karena itu beliau pun melemparkan biji tasbihnya kepada mereka. Dengan izin Allah biji tasbih itu menjadi ular. Barulah mereka sadar dan mohon maaf.”
Nama Habib Umar tak bisa dipisahkan dari karya agung yang diberinya judul ‘Azizul Manal wa Fathu Babil Wishal, alias “Anugerah nan Agung dan Pembuka Pintu Tujuan” – yang di belakang hari sangat terkenal sebagai Ratib Al-Atthas. Habib Umar sendiri berwasiat, “Rahasia dan hikmah telah kutitipkan di dalam ratib itu.”
Melindungi Kota
Menurut Habib Abdurrahman Al-Habsyi (Kwitang, Jakarta Pusat), Ratib Al-Aththas lebih tua dibanding Ratib Al-Haddad. Ratib Al-Haddad disusun pada 1071 H/1651 M oleh Habib Abdullah Al-Haddad, atau sekitar 350 tahun lalu, sedang Ratib Al-Atthas disusun jauh sebelumnya. Ada beberapa wirid atau doa yang tidak ada dalam Ratib Al-Atthas tapi terdapat dalam Ratib Al-Haddad, demikian pula sebaliknya. Namun, seperti ratib-ratib yang lain, keduanya tetap mengacu pada doa yang diajarkan oleh Rasulullah SAW.
Ratib Al-Atthas biasa dibaca usai salat Magrib, tapi boleh juga dibaca setiap pagi, siang, atau tengah malam. Bisa dibaca sendiri atau secara berjemaah. Manfaat ratib ini sangat besar. Bahkan ada sebagian ulama yang mengatakan, dengan membaca Ratib Al-Atthas atau Ratib Al-Haddad setiap malam, Allah SWT akan menjaga dan memelihara seluruh penghuni kota tempat tinggal kita, menganugerahkan kesehatan, dan mengucurkan rezeki-Nya kepada segenap penduduk.
Dalam keadaan sangat khusus dan mendesak, ratib tersebut bisa dibaca tujuh hingga 41 kali berturut-turut. Pendapat ini mengacu pada beberapa hadis Rasulullah SAW tentang manfaat istigfar dan doa-doa lainnya. Sebab, dalam ratib-ratib tersebut antara lain terdapat selawat, tahlil, tasbih, tahmid, dan istigfar.
Begitu hebat fadilah atau keutamaan ratib-ratib itu, hingga Habib Husein bin Abdullah bin Muhammad bin Muhsin bin Husein Al-Atthas menyatakan bahwa mereka yang mengamalkan ratib tersebut tidak akan terluka jika pada suatu hari terpatuk ular. “Orang yang biasa mengamalkan ratib-ratib itu tidak akan merasa takut, ia akan selamat dari segala yang ditakuti,” katanya.
Betapa hormat para ulama kepada Habib Umar bin Abdurrahman Al-Atthas. Tergambar ketika suatu hari seorang ulama, Syekh Salim bin Ali, mengunjungi Imam Masjidilharam, Habib Muhammad bin Alwi Assegaf, dan menyampaikan salam dari Habib Umar. Seketika itu juga Habib Muhammad pun menundukan kepala sejenak, lalu katanya, ”Layaklah setiap orang menundukkan kepala kepada Habib Umar. Demi Allah, saya mendengar suara gemuruh di langit untuk menghormati beliau. Sementara di bawah langit ini tidak ada orang lebih utama daripada beliau.”
Habib Umar bin Abdurrahman Al-Atthas wafat pada 23 Rabiulakhir 1072 H/1652 M, dan jenazahnya dimakamkan di Hadramaut
Rabu, 21 Juli 2010
Ratib Al-Athos
Kata ratib (rootib) mempunyai banyak arti, sedangkan yang dimaksudkan di sini adalah berasal dari kata ro – ta – ba yang berarti mengatur atau menyusun. Ratib adalah suatu yang tersusun, teratur dengan rapi. Seperti dalam istilah sholat sunnah rawatib, adalah sholat-sholat sunnah yang diamalkan oleh Rasulullah SAW pada waktu-waktu tertentu. Begitupun dengan Ratib Al-Athos yang mengandung zikir-zikiran berupa do’a yang berasal dari Al-Qur’an dan Hadis Nabi SAW yang telah tersusun dan dibaca pada waktu-waktu tertentu.
Dalam kitab Al-Qirthos, istilah Ratib berarti penjaga; pelindung; tameng atau benteng. Maksudnya adalah do'a-do'a yang mengandung perlindungan atau penjagaan. hal ini pun dapat kita lihat dalam isi Ratib Al-Athos yang mengandung banyak do'a atau permohonan penjagaan kepada Allah SWT mulai dari hal-hal zhohir (lahir atau jasmani) hingga penjagaan hal-hal bathin (rohani).
Istilah ratib digunakan kebanyakan di negeri Hadramaut dalam menyebut zikiran-zikiran yang biasanya pendek dengan bilangan zikir yang sedikit (seperti 3, 7, 10, 11 dan 40) diamalkan dan dibaca pada waktu-waktu tertentu, yaitu sekali pada waktu pagi dan sekali pada waktu malam.
Sebenarnya banyak sekali ratib-ratib lain yang serupa dengan Ratib Al-Athos, diantaranya Ratib Al-Haddad, Ratib Al-Idrus, Ratib Al-Muhdhor dan lain-lain.
Penyusun
Beliau adalah Al-Habib Umar bin Abdurrahman Al-Athos. Sedangkan nasab lengkapnya adalah Umar bin Abdurrahman bin Aqil bin Salim bin Ubaidullah bin Abdurrahman bin Abdullah bin Syeikh al-Ghauts Abdurrahman As-Seggaf bin Muhammad Maula Dawilah bin Ali bin Alawi bin Muhammad bin Alwi bin Ubaidullah bin Imam al-Muhajir Ahmad bin Isa bin Muhammad an-naqib bin Imam Ali al-Uraidhi bin Ja’far as-Shodiq bin Imam Muhammad al-Baqir bin al-Imam Ali Zainal Abidin bin al-Imam Husein as-Sibth bin al-Imam Ali bin Abi Thalib dan al-Batul as-Sayyidah Fatimah az-Zahrah binti Rasulullah SAW.
Beliau dilahirkan di Lisk dekat dengan desa Ainat, dibagian bawah negeri Hadramaut di akhir abad ke-10, tepatnya pada tahun 992 H. Sejak kecil beliau diasuh dan dididik oleh ayah beliau sendiri, al-Habib Abdurrahman bin Aqil. Sejak kecil mata beliau buta. Namun demikian Allah SWT memberi kecderdasan otak dan bashirah sehingga beliau mudah menghafal apa saja yang pernah didengarnya. Ayah beliau pernah berkata kepada Syeikh Abdurrahman bin Aqil al-Junied Bawazir, yang dikenal dengan panggilan al-Mu’allim; “Hendaknya anda lebih banyak memberikan perhatian kepada Umar, karena kedua matanya tidak dapat melihat”. Syekh Abdurrahman menjawab: “Meskipun kedua mata Umar tidak dapat melihat, tetapi pandangan bashirahnya dapat melihat disebabkan hatinya bersinar”.
Sejak kecil beliau anak yang tekun beribadah, hidup zuhud dan telah tampak tanda-tanda kebesaran pada diri beliau. Sejak kecil, beliau sering ke kota Tarim dari dusunnya, Lisk dan melakukan sholat dua rakaat di setiap masjid yang ada di kota Tarim, bahkan kadang menimba air dari sumur untuk mengisi kolam-kolam masjid.
Beliau adalah salah satu guru utama dari al-Habib Abdullah al-Haddad, penyusun Ratib al-Haddad. Oleh karenanya Ratib al-Haddad banyak dipengaruhi oleh Ratib al-Athos.
Al-Habib Umar bin Abdurrahman al-Athos wafat di Nafhun pada malam kamis 23 Rabiul Akhir 1072 H dan dimakamkan di Huraidhah.
Nama Lain Ratib Al-Athos
Ratib Al-Athos mempunyai banyak nama, diantaranya:
- Aziiz al-Manaal wa Fath Baab al-Wishol (“Sesuatu yang sukar diperoleh dan kunci bagi pintu penghubung kepada Allah SWT)
- Husn al-Hashin (“Kubu yang kukuh”)
- Al-Kibriyaat al-Ahmar (“Belerang yang merah”)
- Zubdat al-Adzkar (“Pati segala zikir”)
- Maghnaathiis al-Asror Liman Wazhoba ‘Alaihi bi al-Lail wa an-Nahar (“Magnet segala rahasia bagi mereka yang tetap mengamalkannya pada waktu malam dan siang”)
- Ad-Diryaaq al-Mujarrob (“Penawar bagi racun yang mujarab”)
- Manhal al-Manaal wa fath Baab al-Wishol (“Sumber pencapaian dan kunci bagi penghubung kepada Allah SWT”)
Isi Ratib Al-Athos
1. Do’a perlindungan, penjagaan dan pemeliharaan Allah SWT
2. Do’a ampunan Allah SWT
3. Shalawat
4. Tahlil
5. Tasbih
6. Takbir
7. Tawakkal dan kepasrahan kepada Allah SWT
Riwayat Al Habib Al Ustadz Muhammad bin Husein bin Ali bin Muhammad Ba’abud
Inilah ringkasan riwayat hidup As Sayyid Al Habib Al Ustadz Muhammad bin Husein bin Ali bin Muhammad Ba’abud Al Alawi Al Husaini yang berhubungan dengan nasab beliau, masa pertumbuhan beliau, keluarga beliau, masa pendidikan, serta jasa beliau di dalam mengajarkan Al-Qur’an, bahasa Al-Qur’an, hukum-hukum syariat islam, dan lain sebagainya. Semoga ALLAH SWT menjadikan ringkasan ini sebagai ‘ibroh yang bermanfaat bagi diri kita sekalian dan sebagai peringatan bagi anak cucu beliau serta para kerabat dan murid beliau, amin. Allohumma amin.
Muhammad bin Husein bin Ali bin Muhammad bin Abdurrahman bin Abdullah bin Zein bin Musyayakh bin Alwi bin Abdullah bin Al Mu’allim Muhammad Ba’abud bin Abdullah yang bergelar ‘Abud bin Muhammad Maghfun bin Abdurrahman Ba-buthoinah bin Ahmad bin Alwi bin Al Faqih Ahmad bin Abdurrahman bin Alwi yang dikenal dengan ‘Ammul Faqih bin Syech Muhammad Shohib Mirbath bin Syech Ali Kholi’ Qosam bin Syech Alwi bin Syech Muhammad bin Alwi bin Syech Ubaidillah bin Al Muhajir Ilallah Ahmad bin Isa bin Muhammad An-Naqib bin Ali Al-‘Uroidhi bin Al Imam Ja’far As-Shodiq bin Muhammad Al Baqir bin Al Imam Ali Zainal Abidin bin Al Husein cucu Rasullullah dan buah hatinya bin Ali bin Abi Thalib wabnu Fatimah Az-Zahroh putri Rasulullah SAW.
Muhammad bin Ni’mah binti Hasyim bin Abdullah bin Aqil bin Umar bin Aqil bin Syech bin Abdurrahman bin Aqil bin Ahmad bin Yahya bin Hasan bin Ali bin Alwi bin Muhammad Mauladdawilah bin Ali bin Alwi bin Muhammad Al Faqihil Muqoddam bin Ali bin Muhammad Shohib Mirbath dan seterusnya sampai akhir nasab yang tersebut diatas.
Sekilas tentang ayah beliau :
Al Habib Husein dilahirkan di “Bour”, Hadramaut pada tahun 1288 Hijriyah dari ayahnya Al Habib Ali, seorang yang alim dan Waliyullah yang merupakan salah seorang murid dari Al Habib Abdullah bin Husein bin Thohir dan Al Habib Abdullah bin Husein bil Faqih. Sedangkan ibunya adalah As-Syarifah Muzenah binti Sayyid Muhammad bin Abdullah bin Ja’far Alaydrus yang berasal dari daerah Tarbeh, Hadramaut.Ketika usia Al Habib Husein 3 tahun wafatlah ayah beliau yaitu pada tahun 1291 Hijriyah di ‘Ardh Kheleh, Bour, maka ibundanyalah yang memelihara beliau, adapun ibunda beliau wafat pada tahun 1322 Hijriyah di kota Sewun yaitu yang ketika itu Al Habib Husein telah berada di Jawa.Al Habib Husein dibesarkan di Bour dan belajar ilmu pada guru-guru disana, terutama ialah Al Habib Zein bin Alwi Ba’abud. Pada usia 20 tahun Al Habib Husein menikah dengan As-Syarifah Syifa’ binti As-Sayyid Abdullah bin Zein Ba’abud, yang mana As-Syarifah Syifa’ tersebut wafat di masa hidup Al Habib Husein. Pada tahun 1318 Hijriyah, berlayarlah Al Habib Husein ke Jawa, Indonesia dan berdiam beberapa lama di rumah keponakan beliau Muhammad bin Ahmad bin Ali Ba’abud di Surabaya.Dan setelah wafat keponakan beliau tersebut, Al Habib Hasyim bin Abdullah bin Yahya menulis surat kepada Al Habib Husein yang ketika itu tinggal di Batu Pahat, Malaysia dimana isi surat itu meminta kepada Al Habib Husein untuk kembali ke Indonesia dan menikah dengan anak beliau yaitu janda dari keponakan Al Habib Husein sendiri As-Syarifah Ni’mah, agar supaya Al Habib Husein memelihara anak – anaknya yaitu Sidah, Abdurrahman dan Ahmad, oleh karena Al Habib Hasyim telah mengetahui kebaikan budi pekerti Al Habib Husein dan memilihnya untuk menjadi suami putrinya.Maka datanglah Al Habib Husein ke Surabaya dan menikahinya, dan Allah SWT mengaruniai mereka berdua satu putra dan tujuh putri yaitu Muzenah, Alwiyah, Ruqoyyah, Muhammad, Nur, Maryam, Aminah, dan Aisyah. Al Habib Husein adalah seorang pedagang, beliau mempunyai sebuah toko dan mengirim barang-barang ke Sulawesi dan Kalimantan pada langganan-langganan beliau.Cara hidup Al Habib Husein sangat sederhana, bersih, mengatur waktu sebaik-baiknya, tidur agak sore dan bangun tengah malam untuk bertahajud, di waktu pagi hari pergi ke toko sampai siang hari, beliau lazim sholat berjamaah di Masjid Ampel dan setelah sholat Maghrib beliau lazim mebaca Al-Qur’an dan Rotibul Haddad bersama anak-anaknya.Beliau sangat memuliakan tamu yang datang padanya dan disaat lain beliau gemar membaca kitab-kitab atau menghadiri majlis pengajian Sayyidina Habib Abu Bakar bin Umar bin Yahya di Surabaya, begitu pula beliau banyak mendapat faedah ilmu dari mertuanya Al Habib Hasyim bin Abdullah bin Yahya yang terkenal kealimannya, begitu juga daripada mufti Jakarta masa itu Al Habib Ustman bin Abdullah bin Yahya adik dari mertua beliau apabila datang dari Jakarta ke Surabaya tinggal di rumah beliau dan mengadakan majlis ta’lim dan pengajian selama ia tinggal di Surabaya, dan banyak lagi majlis pengajian atau rouhah para ulama yang beliau hadiri seperti majlis Al ‘Allamah As-Sayyid Yahya Al Mahdali Al Yamani, Majlis Al Habib Muhammad bin Idrus Al Habsyi, Al Habib Muhammad bin Ahmad Al Muhdor, Al Habib Ahmad bin Muhsin Al Haddar yang tinggal di kota Bangil, Majlis Al Habib Alwi bin Thohir Al Haddad mufti Johor, Al Habib Abu Bakar bin Muhammad Assegaf Gresik, dan Al Habib Ali bin Abdurrahman Al Habsyi Kwitang Jakarta yang mana ia adalah juga sahabat beliau semasa menuntut ilmu di Hadramaut, rohimahumullahu ta’ala.Ciri-ciri Al Habib Husein diantaranya ialah beliau berparas tampan dan berkulit putih, berhidung mancung dan berbadan tinggi, bersih pada badan dan pakaiannya. Akhlak beliau murah hati, jujur, kasih sayang terutama pada fakir miskin dan anak-anak kecil, beliau rajin di dalam berumah tangga serta menjunjung tinggi ahli ilmu, dan beliau sering kali berkata pada istrinya dan juga keluarga bahwa ia memohon kepada Allah dan mengharap supaya putra beliau yaitu Al Ustadz Muhammad menjadi seorang yang mengajarkan ilmu, yang mana ALLAH SWT telah mengabulkan do’a tersebut.Al Habib Husein banyak berjasa diantaranya seringkali menjamin pendatang-pendatang baru dari Hadramaut, terkadang memberi uang tanggungan, beliau sering memberi hutang kepada orang yang membutuhkan lalu menghalalkannya, banyak bershodaqoh, menderma untuk masjid ampel, dab beliau adalah sebagai salah satu pengurus Madrasah Al Khoiriyyah Surabaya dan Robitothul Alawiyyah, yang mana beliau bekerja secara jujur dan ikhlas.Pada malam Jum’at tanggal 3 Muharram 1376 Hijriyah bertepatan dengan tanggal 9 Agustus 1956 pukul 10.20 Al Habib Husein pulang ke rahmatullah, banyak sekali para pengantar jenazah beliau dari dalam dan luar kota lalu disembahyangkan di Masjid Jami’ Lawang yang diimami oleh sahabat beliau Qodhi Arob di masa itu yaitu Al Habib Ahmad bin Gholib Al Hamid, dan dimakamkan di pemakaman Bambangan Lawang, rohimahullahu rohmatal abror.Adapun ibunda Al Ustadz Muhammad yaitu As-Syarifah Ni’mah dilahirkan di Surabaya pada tahun 1288 Hijriyah dari seorang ayah yaitu Al Habib Hasyim bin Abdullah bin Aqil bin Yahya, dan dari seorang ibu As-Syarifah Maryam binti Al Habib Abdurrahim bin Abdullah Al Qodiri Al Djaelani keturunan daripada As-Syech Abdil Qodir Al Djaelani.Beliau adalah putri bungsu Al Habib Hasyim, beliau tumbuh di sebuah rumah yang penuh ilmu dan ibadah, yang mana ibunda beliau As-Syarifah Maryam mendapatkan ilmu dan ketaqwaan berkat pendidikan ayahnya Al Habib Abdurrahim yang telah membawanya ke negeri Haromain dan tinggal beberapa lama di Madinatul Munawwaroh dan perjalanannya ke sebagian jazirah arab diantaranya Negeri Baghdad, maka tumbuhlah As-Syarifah Ni’mah ini atas ketaatan dan ketaqwaan dan cinta ilmu, lebih-lebih lagi paman beliau Al Habib Utsman bin Abdullah bin Yahya yang sering datang ke Surabaya dan tinggal di rumahnya menjadikan beliau bertambah ilmu dan cahaya.Beliau sangatlah menjaga sholatnya dan bangun akhir malam, membaca Al-Qur’an dan dzikir-dzikir serta sholawat atas Nabi SAW, dan kebanyakan duduk-duduk beliau dengan para tamunya perempuan berisikan masalah-masalah agama, nasehat-nasehat atau membaca kitab-kitab, syair-syair dan hikayat-hikayat yang bermanfaat. Beliau sangatlah menjaga diri, bersih, murah hati dan membantu suaminya di dalam menerima tamu, bahkan setiap hari beliau membuat makanan-makanan untuk persiapan jika datang tamu, lalu jika tidak ada tamu yang datang beliau mengirimkan makanan tersebut ke Masjid yang dekat dengan rumahnya sebagai sedekah untuk anaknya yang telah meninggal dunia dan para kerabat beliau, khususnya kedua orang tua beliau.
Dan daripada nasib baik bagi beliau yaitu pada akhir tahun ajaran tepatnya pada bulan Sya’ban tahun 1343 Hijriyyah ketika para pelajar yang lulus menerima ijazah kelulusan yang dibagikan langsung oleh Al Habib Muhammad bin Ahmad Al Muhdor, beliau menerima ijazah dengan peringkat ke-satu dari seluruh pelajar yang lulus waktu itu, bersamaan dengan itu Al Habib Muhammad Al Muhdor menghadiahkan kepada beliau sebuah jam kantong yang bermerk “Sima”. Lalu Al Habib Muhammad Al Muhdor mengusap-usap kepala dan dada beliau sambil mendo’akan beliau ketika Al Habib Aqil bin Ahmad bin Aqil pengurus madrasah waktu itu memberitahukan bahwa Al Ustadz Muhammad tahun itu akan diangkat menjadi guru di Al Madrosatul Khoiriyyah. Setelah beliau menjadi guru di Madrosatul Khoiriyyah, disamping mencurahkan tenaga di dalam memberikan pelajaran pagi dan sore di madrasah beliau juga banyak sekali memberikan ceramah-ceramah di banyak tempat serta menterjemahkan dari bahasa Arab ke bahasa Indonesia ceramah-ceramah para mubaligh Islam yang datang dari luar negeri seperti Ad Da’i As Syech Abdul Alim As Shiddiqi dari India dan yang selainnnya. Rohimahumullahu ta’ala.
Di dalam tasawwuf dan tarikh ialah ayahanda beliau Al Habib Husein bin Ali Ba’abud, di dalam membaca dan menulis bahasa Arab As Syech Ali bin Ahmad Ba-bubay, di dalam Al Qur’anul karim As Syech Abdullah bin Muhammad Ba Mazru’, dalam bahasa Arab, Khot, Insya’, dan Hisab As Sayyid Abdurrohman binahsan bin Syahab, di dalam fiqih, tafsir, tasawwuf, nahwu, dan ilmu balaghoh Al Habib Abdul Qodir bin Ahmad bil Faqih, di dalam fiqih dan tajwid Al Habib Hasan bin Abdullah Alkaf, di dalam nahwu dan hisab As Sayyid Ja’far bin Zein Aidid.
Selain guru-guru ini masih banyak lagi dari golongan para wali dan alim ulama yang beliau sering membaca kitab-kitab di hadapan mereka, dan kebanyakannya adalah kitab-kitab hadits, tasawwuf, dan kitab-kitab karangan para salaf Alawiyyin. Diantara para ulama tersebut adalah :
Al Habib Muhammad bin Ahmad Al Muhdor dari Bondowoso, Al Habib Ali bin Abdurrohman Al Habsyi Kwitang Jakarta, Al Habib Abu Bakar bin Muhammad Assegaf Gresik, Al Habib Al Alamah Alwi bin Thohir Al Haddad Johor, Al Habib Thohir bin Ali Al Jufri, Al Habib Ahmad bin Tholibul Athos Pekalongan, Al Habib Abdurrohman bin Zein Ba’abud, dan Al Habib Zein bin Muhammad Ba’abud, rodhiallahuanhum.
Pada bulan Jum’adil Akhir tahun 1359 Hijriyyah bertepatan pada bulan Juli 1940 masehi, dengan kehendak ALLAH SWT beliau sekeluarga pindah dari Surabaya ke kota Lawang, dan dikota inilah beliau mendirikan madrasah dan pondok pesantren “Darun Nasyiien”, yang pembukaan resminya jatuh pada awal bulan Rojab 1359 Hijriyyah, bertepatan dengan 5 Agustus 1940 Masehi. Yang mana pondok tersebut mendapat perhatian oleh banyak orang dari Jawa dan luar Jawa, serta memberi hasil dan barokah, alhamdullillah.
Barangsiapa tidak mampu menjalankan semuanya itu maka setidak-tidaknya janganlah keluar atau menyimpang daripada jalan ataupun petunjuk para salafus sholeh yaitu para leluhur kita yang sholeh serta terbukti kewaliannya. Dan barangsiapa belum mendapat jua taufik hidayat untuk itu semua maka paling tidak hendaknya ia meneladani kepada saya, yaitu meneladani di dalam hal ibadahku juga kholwatku, dan di dalam menjauhkan diri dari kebanyakan orang bersamaan dengan perlakuanku yang baik terhadap anak kecil dan orang besar laki-laki dan perempuan jauh maupun dekat tanpa harus sering berkumpul atau banyak bergaul, dan tanpa harus saling tidak peduli ataupun saling benci-membenci.
* Dan saya berpesan pula kepada diri saya dan kepada orang-orang yang tersebut tadi agar supaya banyak beristikhoroh dan musyawarah di dalam segala urusan dan hendaknya selalu mengambil jalan yang hati-hati, walaupun pada hakekatnya berhati-hati itu tidak dapat meloloskan seseorang daripada ketentuan ALLAH dan takdir-NYA, akan tetapi menjalankan sebab-sebab tidaklah boleh ditinggalkan, justru oleh sebab itulah wasiat atau pesan-pesan dan nasehat-nasehat itu diperlukan dan dianjurkan, oleh karena hal itu semua adalah salah satu segi dari sebab-sebab di dalam mengajak orang kepada ALLAH dan mengajak untuk menuju kebahagiaan serta keselamatan di dunia dan akhirat.
Semoga ALLAH SWT mencurahkan kasih sayangnya terhadap orang-orang yang suka bernasehat dan membalas mereka dengan kebaikan yang banyak, dan semoga ALLAH Ta’ala memberikan taufik kepada kita untuk mengamalkan segala apa yang mereka katakan.
—
Itulah sekilas tentang salah satu dari waliyullah. Hidupnya digunakan untuk mensyiarkan kebenaran Islam.
Semoga ALLAH memunculkan kembali para wali - wali-NYA yang dapat menuntun manusia menuju kebenaran jalan-NYA.
Amiin.