Kamis, 23 September 2010

Allah bersama Orang Yang Berzikir

Allah bersama Orang Yang Berzikir


إِنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ يَقُوْلُ : أَنَا مَعَ عَبْدِيْ مَا ذَكَرَنِيْ وَتَحَرَّكَتْ بِيْ شَفَتَاهُ.

(رواه أحمد وابن ماجه )


“Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla berfirman: “Aku bersama hamba-Ku selagi dia mengingat-Ku dan kedua bibirnya bergerak-gerak menyebut-Ku.”

(HR. Ahmad dan Ibnu Majah)


Menurut firtahnya setiap orang mendambakan ketentraman dan kedamaian batin. Tak ingin hidup selalu diliputi kerisauan. Untuk mencapai ketenangan batin apapun dilakukannya. Memperoleh ketentraman batin bukan hal yang tidak mungkin. Siapapun mempunyai peluang untuk memperoleh ketentraman batin. Allah SWT mengajarkan hamba-hamba-Nya agar gemar berzikir. Zikir merupakan salah satu langkah nyata untuk mendapatkan ketenangan hati jauh dari kerisauan. Allah SWT berfirman di dalam al-qur’an:


الَّذِيْنَ اٰٰمَنُوْا وَتَطْمِئِنُّ قُلُوْبُهُمْ بِذِكْرِ اللهِ، أَلاَ بِذِكْرِ اللهِ تَطْمِئِنُّ الْقُلُوْبُ.


“(Yaitu)orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah (zikir). Ingatlah, dengan mengingat Allah, hati menjadi tentram.” (QS. Ar-Ra’du:28).


Dengan mengingat Allah hati menjadi tentram. Dengan zikir hidup akan berarti dan bermakna. Bahagia dan hati lapang akan mengiringi hidup orang yang gemar berzikir. Bagi orang terus berzikir hidupnya terasa sejuk bagai embun dipagi hari. Sebaliknya, saat orang jarang berzikir kepada Allah, hatinya akan kering dan gersang. Lihatlah, bagaimana gurun pasir yang tandus dan gersang tak tampak ada kehidupan. Begitulah hati orang lupa Allah.


Orang mukmin akan sungguh-sungguh ingin mendapatkan ketentraman batin akan nampak pada berapa banyak waktu dari 24 jam dia gunakan untuk mengingat Allah. Allah memulyakan orang yang senang mengingat Allah. Allah akan mengingat orang yang mengingat-Nya.


فَاذْكُرُوْنِيْ أَذْكُرْكُمْ . (البقرة :152)


“Ingatlah kamu keada-Ku, niscaya Aku (Allah) akan ingat kepadamu.”

(QS.Al-Baqarah: 152)


Orang yang banyak mengingat Allah di sela-sela kehidupannya, berarti Allah selalu mengingatnya. Banyak mengingat Allah, berarti banyak merasakan kedamaian. Sering lupa Allah, sering merasakan kerisauan. Jika ingat Allah saat shalat saja, maka diluar shalat batinnya sering dilanda kegelisahan. Jika ingat Allah saat tertimpa musibah, dikala hidup lapang dia lupa Allah. Memang, ingat Allah merupakan hidayah Allah yang diberikan kepada hamba-Nya yang terpilih. Karena itu, sering kita jumpai ada orang yang sama sekali dalam hidupnya tidak ingat Allah dan mengenal-Nya. Orang yang tidak pernah mengingat Allah atau tidak mengenal Allah, sungguh seberapa banyak harta yang dimilikinya, setinggi apapun derajatnya di sisi manusia, dan sehebat apapun dia niscaya hidupnya akan dihantui oleh kecemasan dan kegelisan.


Ingat Allah hati menjadi tertambat kepada-Nya. Manakala hati sudah tertambat kepada Allah, maka apa pun yang dia lihat, dia dengar, dan yang dia rasakan, selalu nampak keagungan Allah dan ada keterlibatan-Nya. Dalam keadaan apapun dia selalu ingat kepada Allah. Karena ingat Allah merupakan ibadah yang sangat utama bagi lidah setelah membaca al-qur’an. Dia ingat Allah dalam keadaan berdiri, duduk, dan berbaring. Hal ini disebutkan Allah dalam alqur’an surat Ali Imran ayat 191.“Orang-orang yang mengingat Allah dalam keadaan berdiri, duduk, dan berbaring. (QS.Ali Imran: 191) Zikir dapat menguatkan orang-orang yang lemah untuk bergegas beribadah. Dengan zikir orang akan dengan terampil dan bersegera melakukan kebaikan. Bagi orang yang merasa lemah untuk bangun malam (shalat malam), banyak harta tetapi terasa diri bakhil untuk menginfakkan, atau takut untuk berjuang di jalan Allah, maka perbanyaklah zikir kepada Allah. Memperbanyak zikir akan membawa pada keberuntungan. Allah berfirman: “berzikirlah sebanyak-banyaknya, agar kalian beruntung.” (QS. Al-Jum’ah: 10)


Sebagian ulama membagi zikir kedalam empat bagian, yaitu zikir lisan; zikir akal; zikir jawarih (anggota tubuh); dan zikir hati.



Pertama: zikir lisan. Dia gunakan lisan untuk banyak menyebut asma Allah, mengagungkan Allah, memperbanyak membaca Al-qur’an, berkata yang lemah lembut kepada sesama, lisannya tidak memancar kata-kata berduri yang menusuk hati saudaranya, selalu berusaha berkata benar, dan setiap apa yang keluar dari lisannya selalu berharap Allah meridhainya. Dia hindarkan lisannya dari perkataan haram, pergunjingan, profokasi, sumpah palsu, memaki, mencemooh, dan perkataan kotor lainnya. Lisannya selalu basih dengan menyebut asma Allah. Tiada hari yang dilaluinya, melainkan lisannya terus mengagungkan nama-nama Allah.



Kedua: Zikir akal. Anugrah Allah berupa akal yang diberikan kepadanya senantiasa dipergunakan untuk menyaksikan kebesaran dan keagungan Allah. Dengan akalnya direnungkan dalam-dalam bagaimana Allah menciptakan ala mini begitu indah? Keindahan dan begitu besar maha karya-Nya, menunjukkan bahwa betapa Maha Agungnya Allah. Dengan memikirkan ciptaan Allah, semakin bertambah keimanan dan ketaqwaan di dalam hatinya. Apapun yang terlintas dipikirannya selalu dikaitkan dengan kebesaran Allah. Dan berakhir dengan pengakukan bahwa Maha Suci Allah Yang telah menciptakan semuanya. Tidak sedikitpun dari ciptaan-Nya yang sia-sia. Akal yang berzikir kepada Allah, akan tunduk dan mengikuti hukum-hukum Allah. Olah pikir manusia sebatas bagaimana menyingkap rahasia di balik ciptaan-Nya.

Ketiga: Zikir jawarih. Zikir jawarih (anggota tubuh) merupakan implementasi dari hati yang terpaut dengan Allah. Kedua matanya setiap apa yang dilihatnya tampak kebesan Allah. Suara yang didengarnya menunjukkan suara-suara milik Allah. Kakinya tidak melangkah melainkan melangkah ke tempat yang Allah mau. Perutnya diisi cukup dengan hidangan yang Allah halalkan. Tangannya ringan bekerja mengais keridhaan Allah. Seluruh tubuhnya dijadikan modal untuk mendapatkan rahmat Allah. Beribadah dan beramal kebaikan di dasarkan pada ketentuan-Nya. Dia hentikan semua anggota tubuhnya dari perbuatan maksiat. Dia serahkan hasil jerih payah dan ikhtiarnya kepada Allah. Akan ringan dan tenang langkah-langkah yang diiringi dengan ingat Allah.


Keempat: Zikir hati. Hati yang berzikir mampu menangkap keagungan Allah. Peka terhadap seruan-Nya. Ketika disebut nama-nama Allah, bergetar hebat hatinya karena merasakan kedasyatan di balik nama tersebut. Hatinya selalu mengkilap bercahaya menerangi semua anggota tubuhnya. Sentuhan-sentuhan Ilahi disambutnya dengan lega dan ridha. Ia perintahkan lisan untuk berkata benar dan lemah lembut. Ia suruh mata untuk menundukkan diri di hadapan kebesaran Allah. Ia perintahkan kedua kaki untuk melangkah menuju seruan Allah. Ia bimbing semua anggota tubuh untuk selalu mengenal dan berpijak pada ketulusan. Ia cegah semua anggota tubuh dari mengingkari Allah dan durhaka kepada-Nya. Ia rasakan kedekatan Allah bersamanya. Hingga ia jalani perubahan hati yang begitu cepat tetap tenang bersama Allah. Hati yang bening dan terawat selalu penuh dengan zikir kepada Allah. Ketenangan dan ketentraman akan menyertai hati yang selalu bersih dan berzikir.

Indah sekali rasanya jikalau lisan yang terus menyebut nama-nama Allah, pikiran mampu menangkap rahasia di balik kebesaran ciptaan Allah, anggota tubuhnya ringan melangkah menuanikan perintah Allah, dan hatinya merasakan kedekatan dan kehadiran Allah. Sungguh sempurna iman dan ketaqwaan seorang hamba yang langgeng berzikir kepada Allah. Hidup menjadi optimis dengan berzikir. Kesulitan dihadapi dengan tenang. Permasalahan diselesaikan dengan lapang dada. Musibah dan ujian hidup yang menerpa di jalani dengan sabar dan shalat. Rizki yang sampai kepada dirinya disyukuri. Indah penuh kedamaian hati orang yang gemar berzikir.



Ada kisah yang cukup menarik untuk diperhatikan, yaitu kisah seorang nabi yang merasa malu kepada seekor cacing merah yang terus berzikir kepada Allah sepanjang hari sejak ia diciptakan. Beliau adalah Nabi Daud as. Kisahnya begini, Saat Nabi Daud as. Duduk sedang membaca kitab Zabur, tiba-tiba beliau melihat seekor cacing merah di tanah. Maka Nabi Daud as berkata dalam hati: “Apa yang dikehendaki Allah dengan seekor cacing ini?” Maka Allah mengizinkan cacing itu dapat berbicara. Lalu berkata cacing itu: “Hai Nabi Allah , Tuhanku telah memerintahkan kepadaku diwaktu siang agar aku berzikir (subhanallah, walhamdulillah, wa laa ilaaha illallah, wallaahu akbar) sebanyak seribu kali, dan diwaktu siang aku berzikir (allahumma shalli ‘ala Muhammadinin nabiyyil ummiyyi wa ‘alaa aalihi wa shahbihi wa sallam) sebanyak seribu kali, Sedangkan anda apa yang dapat anda ambil manfaat darimu?, maka Nabi Daud as menyesali perbuatannya telah meremehkan seekor cacing merah, dan takut kepada Allah, bertaubat, serta bertawakkal kepada-Nya. (Mukasyafatul Qulub, h.7)



Begitu besar fadilah berzikir bagi kehidupan manusia. Zikir merupakan perintah Allah yang dapat memberikan keselamat di dunia dan di akhirat. Ketentraman yang didambakan akan terwujut bagi orang yang gemar berzikir. Zikir juga menghilangkan kemunafikan, mengusir setan perusak hati, menguatkan iman seorang hamba, membersihkan hati dari karat dosa, dan zikir termasuk ibadah yang disukai oleh Allah. Zikir juga menjaga hamba terjatuh pada kehinaan. Subhanallah, begitu besar rahasia zikir bagi kehidupan manusia, hingga baginda Rasul SAW tidak pernah lepas dari berzikir. Semua waktunya beliau pergunakan untuk berzikir kepada Allah. Karena itu, berzikirlah kepada Allah dalam keadaan berdiri, duduk atau berbaring, sakit atau sehat, lapang atau sempit, diwaktu malam atau siang hari, di dalam rumah atau di luar rumah, di daratan atau di lautan, diwaktu kaya atau miskin, dengan pelan-pelan atau terang-terangan, intinya dalam setiap keadaan. Jika ini yang kita lakukan dalam menjalani kehidupan ini, insyaallah hidup kita akan tenang dan tentram.



Namun, kita tahu bahwa tiada daya dan kekuatan bagi kita untuk bisa istiqomah dalam berzikir kecuali atas pertolongan dan hidayah Allah semata. Karena itu, orang yang telah dianugrahi kesempatan berzikir berarti dia telah mendapatkan anugrah yang besar dari Allah SWT. Zikir akan menyebabkan Allah menurunkan jalan keluar dari kesulita-kesulitan yang dihadapinya. Sebab zikir, Allah menyayangi seorang hamba. Dengan zikir Allah curahkan nikmat dan rahmat-Nya hamba-hamba-Nya. Zikir menjadikan seorang hamba 24 jam akan bersama Allah SWT. Karena itu, ajak diri untuk terus berzikir dan membiasakan berzikir. Ajak diri, keluarga, teman, sahabat, saudara, dan masyarakat untuk selalu berzikir kepada Allah SWT. Hingga kebahagiaan dan ketentraman melekat dalam kehidupan mereka. Semoga kita semua dijadikan oleh Allah mnjadi hamba-hamba-Nya yang gemar berzikir. Amin.


Ajak diri bermunajat kepada Allah…..


اَللٰهُمَّ أَعِنَّا عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ.

Ya Allah, tolonglah kami agar selalu dapat berzikir kepada-Mu

(dengan hati, pikiran, jawarih, dan lisan kami selama hidup kami)

Dan juga agar kami senantiasa dapat mensyukuri nikmat-Mu…..…

Serta memperbaiki ibadah kami kepada-Mu……..…

Rabu, 08 September 2010

selamat idul fitri

Kata-kata ku tlah banyak menyakitimu,
perbuatanku tlah bnyak melukaimu.
di hari nan fitri ini, ijinkan kuucapkan
“TAQOBBALALLAHUMINNA WA MINKUM”,
minal aidzin wal faidzin,mohon maaf lahir & bathin


Smburat jingga tampak kemuning,
putih awan hadirkan suci..
hapuskan dendam,, leburkan angkuh,,
jemput ridho tuk terlahir kembali.
maaf lahir batin ya.
Taqobbalallahu Minna Wa Minkum


Menyambung kasih, merajut cinta,
beralas ikhlas, beratap DOA
Semasa hidup bersimbah khilaf & dosa,
berharap dibasuh maaf
Selamat Hari Raya Idul Fitri


Kedewasaan bukan berarti hidup tanpa kesalahan.
Kecerdasan bukan berarti hidup tanpa khilaf.
Dengan segala kerendahan hati
Ku tundukkan kepala tuk memohon maaf..
Minal aidin wal faidzin..


Ramadhan membasuh hati yang berjelaga..
Saatnya meraih rahmat dan ampunan-Nya..
Untuk lisan dan sikap yang tak terjaga..
Mohon dibukakan pintu maaf yang sebesar-besarnya..
Selamat Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1431 H
Minal Aidin Wal Faidzin
Taqabalallahu minnaa wa minkum

Selasa, 07 September 2010

asakroni

Asyhadu alaa ilaha illaloh wahdahula syarikalah waasyhadu anna muhammadan ngabduhu warosuuluh
Aa mantu billahi wamala ikatihi wakutu bihi warusulihi wal yaumil akhiri wabil Qodari khoerihi wasyrrihi shoda Qollohu washodaqo rosuuluh shadaqollohu washodaqo rosuluh
Aa mantu bi syariingati wa shoddaqtu bi syarii ngati.wa ing qultu saian khilafal ijmangi roja’tu nganhu watabarro’tu mingkulli diinin kholafa diinal islam
Allohumma inni uuminu bima ta’lamu annahul haqqu ngindaka
Waabro-u ilaika mimma ta’lamu annahul ba thilu ngindaka fakhud minni jumalaw wala tutho libni fi tafshil
As taqhfirullohal ngadzim waatuubu ilaih,As taqhfirullohal ngadziim waatubu ilaih,nadimtu mingkulli syarri.
Asyhadu alla ilaaha illa llohu wahdahula syarikalah
Waasyhadu anna muhammadan ngabduhu warosuuluh wa-anangisa ngabdullohi warosulluh wabnu amatih.wakalimatuhu alqoha ila maryama waruuhu minhu.
Waannal jannata haqqu waannan naru haqqu waanna kulla ma akh baro bihi rosuulullohi shollallohu ngalaihi wasallam haqqu.
Waanna khoirod dunya wal akhiroti fi ma’shiyatillahi wa mukholafatih
Waannas sangata aatiyatul laroiba fiha waannalloha yab ngatsu mang fil qubur
Asyhadu alaa ilaa haillalloh wahdahuu laa syarikalah.waasyhadu anna sayyidina muhammadan ngbduhu warosuuluhu.
LAA ilaha illallahu ufni biha ngumri
LA ilaha illallohu ad khulu biha qobri
LA ilaha illallohu akhlu biha wahdi
LA ilaha illallohu alqo biha robbi
LA ilaha illallohu qobla kulli syaei
LA ilaha illallohu ba’da kulli syaei
LAA ilaha illallohu yabqo robbuna wayafnaa kullu syaei
Laa ilaha illallohu astaqhfirulloh
Laa ilaha illallohu astaqhfirulloh
Laa ilaha illallohu astaqhfirulloh waatuubuilaih

Ila ruuhi sayyidinal habib ngaliyibni abi bakrin asakroni wa ushuu lihii wa furuu ngihii annalloha yu’li darojaatihim fil jannati waay yungida ngalaina mim barokatihim wa asro rihim wa anwarihim wanguluu mihim wanafaha tihim fiddini waddun yaw al akhiroh.wailaa hodrotin nabiyyi sayyidina muhammadin shollallohu ngalaihi wasallam al fatihah ……………..
Allohumma inniih tatthu bidarbillahi = thuuluhuu ma syaa allohu,Qufluhu laa ilaaha illa lloha
Baa buhuu muhammadur rosuululloh sholallohu ngalaihi waalihi wasallam
Saqfuhuu la haula wala quwwata illa billahil ngaliyyil ngadzim
Ahatho bina mim bismillahirromanirrohim al hamdulillahi robbil ngalamin……………Amin……………….

Lajeng ngucap SUUUUUUUUUUUR di dawa aken terus tangan di usapaken sirah tekan sikil
Lajeng maos ayat kursi……..
ALLAHU LAA ILAAHA ILLA HUWAL HAYYUL QAYYUMU. LAA TA'KHUDZUHUU SINATUW WA LAA NAUUM. LAHUU MAA FISSAMAAWAATI WA MAA FIL ARDHI. MAN DZAL LADZII YASFA'U 'INDAHUU ILLAA BI IDZNIHI. YA'LAMU MAA BAINA AIDIIHIM WA MAA KHALFAHUM. WA LAA YUHITHUUNA BI SYAI-IN MIN 'ILMIHII ILLAA BI MAASYAA-A. WASI'A KURSIYYUHUSSAMAAWAATI WAL ARDHA. WA LAA YA-UDHUU HIFZHUHUMAA WAHUWAL 'ALIYYUL AZHIIM.
Binas tadarot kamas tadarotil mala ikatu bimadinatir rosuuli bila khondaqi wala suuri ming kulli amrim mah dzuri wa qodarim mahduri wamin amingis syuruuri. Tata rostu billah 3X
Min ngaduwina wangaduw willah
Ming saqi ngarsyillahi ilaa qoongi ardillah
Bimi ati alfi lafi alfi lahaula wala quwwata illa billahil ngaliyyil ngadzim
Shun ngatuhuu laa tang qothingu bimi ati alfi alfi alfi lahaula wala quwwata illa billahil ngaliyyil ngadzim
Ngazii matul la tang sya qqu bimi ati alfi alfi alfi la haula wala quwwata illabillahil ngaliyyil ngadziim
Allohumma in ahadan arodani bisuu-I minal jinni wal insi wal wuhuu syi waqhoerihim minal makhluu qooti mim basyarin au syaethonin au wiswasin fardud nadrohum fing tikas wa qulu bahum fi wiswas waaiidihim fii ahlas wa au biqhum minar rijli ilarro’si laa fi sahli yajdangu wala fi jabali yath langu bimi ati alfi alfi alfi la haula wala quwwata illa billahil ngaliyyil ngadzim

Jumat, 03 September 2010

NADHOM ASMAUL HUSNAA

NADHOM ASMAUL HUSNAA
BISMILLAHIR ROHMAANIR ROHIIM

BISMILAHI BADA’NA WALHAMDU LIROBBINAA
WASHOLATU WASSALAM LINNABII HABIBINA
YA ALLOH YA ROBBANA ANTA MAQSHUUDUNAA
RIDHOKA MATHLUUBUNAA DUNYANAWAUKHROONA
YA ROHMANU YAA ROHIM YA MALIKU YA QUDDUS
YA SALAAMU YA MU’MIN YA MUHAIMINU YA ‘AZIZ
YA JABBARU YA MUTAKABBIR YA KHOLIQU YA BARI
YA MUSHOWWIRU YA GHOFAR YA QOHHARU YA WAHHAB
YA ROZZAQU YA FATAH YA ‘ALIMU YA QOBIDH
YA BASHITHU YA KHOFIDH YA ROFI’U YA MUNIZU
YA MUDHILU YA SAMI’ YA BASHIRU YA HAKAM
YA ‘ADLU YA LATIFU YA KHOBIRU YA HALIMU
YA NGADZIMU YA G HOFUR YA SYAKURU YA ‘ALIY
YA KABIRU YA KHOFIDH YA MUQITHU YA HASIBU
YA JALILU YA KARIM YA ROQIBU YA MUJIB
YA WASI’U YA HAKIM YA WADUUDU YA MAJIID
YA BANGITSU YA SYAHID YA HAQQU YA WAKILU
YA QOWIYYU YA MATIN YA WALIYYU YA HAMID
YA MUHSHI YA MUBDIU YA QOYYUMU YA WAJIDU
YA MAJIDU YA WAHID YA AHADU YA SHOMAD
YA QODIR YA MUQTADIR YA MUQQODDIMU AKHIR
YA AWWALU YA AKHIR YA DHOHIRU YA BATHIN
YA WALI MUTANGALI YA BARRU YA TAWWABU
YA MUNTAQIMU YA NGAFUW YA RO UFU YA MALIK
YA MALIKAL MULKI YA DZALJALALI WALIKHROM
YA MUQSHITU YA JAMI’ YA GHONIYYU YA MUGHNI
YA MANINGU YA DHOORRU YA NA FINGU YA NUURU
YA HADI YA BADINGU YA BAQI YA WARITS
YA ROSYIDU YA SHOBUR NGAZZA JALLA DZIKRUHU


DOA

BIASMA IKAL HUSNA IGHFIRLANA DZUNU BANA
WALI WAALIDZINA WADZURIYYATINA.. KAFFIR NGAN SYAYIATINA
WASTUR NGALA NGUYUBINA WAJBUR NGALA NUQSHONINA
WARFA’DAROJATINA..WAZIDNA NGILMAN NAFINGAN
WARIZQOW WASINGAN,,HALALANG THOYIBAN WANGAMALAN SHOLIHAN
WANAWWIR QULUBANA WAYASIR UMURONA,,WASHOHIH AJSADANA
DAIMA HAYATINA..ILAL KHOIRI QORRIBNA,,NGANNI SYARRI BANGIDNA
WAL QURBA ROJA UNA AKHIRON NILNAL MUNA…BALIGH MAQOSHIDANA
WAQDHI HAWAI JANA,,,WAL HAMDU LILLAHINA AALLADZI HADAANA
SHOLLI WA SALLIM NGALA THOHA KHOLLILIR ROHMAN.
WA AALIHI WASHOHBIHI ILA AKHIRIS ZAMAN

Kamis, 02 September 2010

Merindu Lailatul Qodar

IHWAL kesemerawutan pasar-pasar dan pusat-pusat perbelanjaan yang dijejali manusia di penghujung Ramadan merupakan pemandangan biasa. Shaf-shaf tarawih di masjid-masjid makin maju ke depan, ditinggal jamaahnya yang sibuk menyiapkan keperluan lebaran.

Karena itu, melihat manusia berdesakan di masjid tampaknya merupakan sebuah fenomena yang luar biasa. Lebih-lebih hal itu terjadi di kota Cirebon yang sebagian masyarakatnya masih mengakui bahwa Cirebon sebagai kota wali yang cenderung mentadaburi nilai-nilai agama.

Menarik memang. Di saat kebanyakan orang sibuk berebut dunia, mereka (para pemburu pahala) malah asyik tafakur berdiam diri di masjid-masjid. Makin mendekati lebaran, shaf-shaf tarawih malah makin mundur ke belakang. Apalagi pada malam-malam ganjil yang salah-satunya diyakini merupakan Lailatul Qodar, malam yang lebih baik daripada seribu bulan. Untuk memburunya, mereka ramai-ramai melakukan I'tikaf di masjid sebagaimana yang dicontohkan Rasulullah SAW. Pemandangan seperti ini biasa ditemukan di Masjid Agung Sang Cipta Rasa Kasepuhan Cirebon.

Seperti tahun-tahun sebelumnya, menurut Ahmad (58 tahun), pngurus Masjid Agung Sang Cipta Rasa Kasepuhan Cirebon, banyak didatangi para pemburu pahala dari berbagai kota di Indonesia. Semenjak hari pertama bulan Ramadan hingga tanggal 27 Agustus 2010 peserta I'tikaf sudah mencapai 117 orang pria dan wanita. Bahkan, dua pria mualaf Held dan Loidl asal Osterretch, Austria sengaja datang jauh-jauh ke Masjid Agung Sang Cipta Rasa sejak tanggal 23 Agustus 2010 terdaftar di buku tamu pengurus masjid sebagai peserta I'tikaf, juga turut melakukan perburuan pahala. Keduanya berbaur dengan peserta I'tikaf lainnya.

Kegiatan di Masjid Agung Sang Cipta Rasa memang mempunyai daya tarik sendiri. Menurut Kholil Arief (24 tahun), koordinator remaja masjid, setiap bada tarawih para remaja masjid dan peserta I'tikaf biasa melakukan qiyamullail berjamaah yang bacaan surahnya menamatkan 3 juz Alquran. Targetnya, dalam tempo sepuluh malam mereka bisa menghatamkan 30 juz. Yang tak kalah mengesankan, ternyata sebagaian imamnya adalah remaja masjid yang berusia muda yang telah hafal Alquran. Di usia mereka yang masih sangat muda, namun telah hafal di luar kepala seluruh isi Alquran.

Meski mereka (remaja masjid) masih sangat muda, namun kefasihan bacaan dan kedalaman penghayatannya terhadap ayat-ayat yang dibacanya terbilang luar biasa. Seringkali makmum berisak tangis menyimak bacaannya. Ketika dibacakan ayat-ayat yang berbicara tentang keluasan rahmat Allah, bergelora-lah harapan dan kerinduan mereka untuk meraihnya.

Sebaliknya, ketika dibacakan ayat-ayat azab, tubuh mereka berguncang seolah-olah akan dilemparkan ke neraka. Selain qiyamullail, kegiatan I'tikaf pun diisi dengan berbagai kajian materi keislaman, seperti tafsir, hadits, fikih, sirah (perjalanan hidup) dan sejumlah materi lainnya yang merujuk langsung kepada sumber aslinya. Karena itu, tidak sedikit peserta yang datang berasal dari luar Cirebon.

Peserta I'tikaf di Masjid Agung Sang Cipta Rasa Kasepuhan Cirebon memang sebagian adalah kalangan wanita. Tidak hanya kalangan muda, namun banyak pula yang sudah lanjut usia. Ada juga yang sedang hamil tua. Bahkan, tidak sedikit ibu muda membawa balita. Tampaknya, dalam memburu pahala, mereka tak mau kalah dari kaum pria.

Ihwal, wanita melakukan I'tikaf bukanlah mengada-ada. Ketika Rasulullah SAW melakukan I'tikaf, istri-istri beliau pun melakukan hal sama. Bahkan, setelah beliau meninggal dunia, para ummahatul mukminin itu tetap meneruskannya.

Dari sekian peserta I'tikaf, adakah yang mengetahui kapan Lailatul Qodar itu tiba? Tak seorangpun tahu kapan Lailatul Qodar akan tiba. Allah SWT menjadikannya sebagai suatu rahasia, sehingga manusia harus berjuang keras untuk meraihnya. Sejumlah ulama mengatakan, Lailatul Qodar terjadi pada 10 hari terakhir bulan Ramadan, terutama di malam-malam ganjil, yaitu malam 21, 23, 25, 27, dan 29.

Rasulullah SAW bersabda, Lailatul Qodar terdapat di epuluh malam yang tersisa. Siapa yang mendirikan malam-malamnya, demi mencari dan menunggu kedatangannya, maka sesungguhnya Allah SWT akan mengampuni dosa-dosanya yang telah lalu dan setelahnya. Itulah malam-malam yang hitungannya ganjil: Sembilan, tujuh, lima, tiga, atau bahkan di hari terakhir." (HR. Ahmad).

Dalam hadits lain, Rasulullah SAW bahkan menyebut sebagian tanda-tanda alam ketika Lailatul Qodar itu tiba. "Sesungguhnya tanda-tanda datangnya Lailatul Qodar itu langit sangat cerah seolah-olah ada sekelompok besar bulan datar, tenang, dan indah. Suhu udara pada malam itu tidak panas dan juga tidak dingin. Allah tidak menghalalkan planet-planet dijatuhkan pada malam itu, sampai datang pagi hari tiba. Tanda-tanda lainnya, matahari pada pagi harinya terlihat sangat cerah, tidak bersinar seperti sinar bulan ketika terjadi perang Badar. Dan, tidak dihalalkan bagi setan untuk keluar bersama malam itu." Fathul Baari/IV/329 dan 318).

Namun demikian, kedatangan Lailatul Qodar yang sesungguhnya tetaplah rahasia. Ia merupakan hal gaib yang hanya diketahui Allah SWT. Karenanya Rasulullah SAW berpesan agar memburu malam Lailatul Qodar bukan segalanya. Motivasi ibadah sesungguhnya hanya pengabdian kepada Allah. Lailatul Qodar adalah sebuah 'fasilitas' luar biasa, yang dianugerahkan Allah bagi umat Muhammad agar beribadah sebaik-baiknya dan mendapatkan pahala sebanyak-banyaknya.
Rasulullah juga menganjurkan kepada para sahabat dan istrinya, Aisyah, untuk membaca sebuah doa serta menghayati maknanya, ketika merasakan hadirnya Lailatul Qodar. Doa itu adalah: Rabbanaa aatinaa fiddunnya hasanah, wa fil aakhirati hasanah wa qinaa 'adzaabannaar (wahai Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami kebajikan di dunia dan kebajikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa api neraka).


Doa itu bukan saja bertujuan agar kita dapat memperoleh kebaikan dunia dan akhirat. Tapi lebih dari itu, bertujuan memantapkan langkah dalam upaya meraih kebajikan yang dimaksud. Permohonan itu juga berarti upaya untuk menjadikan kebajikan dan kebahagiaan yang diperoleh dalam kehidupan dunia dan pengharapan untuk memperoleh kebahagiaan hidup di akhirat.

Rasulullah juga menganjurkan agar kita memperbanyak doa di bulan Ramadan. Apalagi pada sepuluh malam terakhir, terutama tanggal ganjil. Aisyah pernah bertanya kepada Rasulullah, "Ya Rasulullah, jika sekiranya mendapatkan Lailatul Qodar, apa yang harus saya baca?" Rasulullah menjawab, "Allahumma innaka 'afuwwun tuhibbul 'afwa fa 'fu 'annii."

Kegiatan kreatif pengurus dan remaja masjid di atas menunjukan bahwa semangat umat untuk beribadah di bulan suci Ramadan sebenarnya sangat tinggi. Beruntunglah mereka, karena melalui I'tikaf bisa menghisab diri, menghitung-hitung kesalahan untuk melakukan perbaikan. Paling tidak, dua target harus terlampau, membersihkan dosa dan menuai pahala. Melalui jalan seperti ini, peluang untuk meraih kembali fitrah yang sempat hilang makin terbuka lebar.

Sayang, belum banyak orang yang telah terbuka nuraninya untuk menghidupkan kembali sunnah Rasulullah. Padahal, jauh-jauh hari beliau sudah mensinyalir bahwa salah satu kelompok manusia yang akan memperoleh perlindungan Allah di hari kiamat adalah meraka yang hatinya selalu merindukan rumah-Nya.

Maha Suci Allah yang telah membuka rahmat-Nya dengan menurunkan satu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu, pintu surga terbuka lebar bagi hamba-hamba yang memohon kelapangan-Nya. Malam yang penuh berkah. Kedamaian hingga datangnya fajar. Malam dimana pahala amalan dilipatgandakan. Adakah malam yang lebih baik darinya? (*)

Makna Hidup Dalam Pandangan Islam

HIDUP ini sebuah misteri dan penuh rahasia! Manusia memiliki keterbatasan dalam memahami makna hidup. Pada umumnya, manusia tidak mengetahui banyak hal tentang sesuatu, yang mereka ketahui hanyalah realitas yang nampak saja (Q.S 30: 6-7). Tidak ada seorang pun yang tahu berapa lama ia akan hidup, di mana ia akan mati, (Q.S 31: 34) dalam keadaan apa ia akan mati, dan dengan cara apa ia akan mati, sebagian manusia menyangka bahwa hidup ini hanya satu kali dan setelah itu mati ditelan bumi. Mereka meragukan dan tidak percaya bahwa mereka akan dibangkitkan kembali setelah mati (Q.S An-Naml: 67). Adapun mengenai kepercayaan adanya kehidupan setelah mati pandangannya sangat beragam tergantung pada agama dan kepercayaan yang dipeluk dan diyakini.

Islam menjelaskan makna hidup yang hakiki melalui perbandingan dua ayat yang sangat kontras, seperti dicontohkan di dalam Alquran. Seorang yang telah mati menurut mata lahir kita, bahkan telah terkubur ribuan tahun, jasadnya telah habis dimakan cacing dan belatung lalu kembali menjadi tanah, namanya sudah hampir dilupakan orang. Tetapi yang mengherankan, Allah SWT memandangnya masih hidup dan mendapat rezeki di sisi-Nya serta melarang kepada kita menyebut mati kepada orang tersebut. Hal ini dapat kita lihat dalam (Q.S 3: 169). "Janganlah kalian menyangka orang-orang yang gugur di jalan Allah itu telah mati, bahkan mereka itu hidup dan mendapat rezeki di sisi Allah." Sebaliknya ada orang yang masih hidup menurut mata lahir kita, masih segar-bugar, masih bernapas, jantungnya masih berdetak, darahnya masih mengalir, matanya masih berkedip, tetapi justru Allah menganggapnya tidak ada dan telah mati, seperti disebutkan dalam firmannya "Tidak sama orang yang hidup dengan orang yang sudah mati. Sesungguhnya Allah SWT mendengar orang yang dikehendaki-Nya, sedangkan kamu tidak bisa menjadikan orang-orang yang di dalam kubur bisa mendengar," (QS Al-Fathir 22). Maksud ayat ini menjelaskan Nabi Muhammad tidak bisa memberi petunjuk kepada orang-orang musyrikin yang telah mati hatinya.

Dua ayat ini memberikan perbandingan yang terbalik, di satu sisi orang yang telah mati dianggap masih hidup, dan di sisi lain orang yang masih hidup dianggap telah mati. Lalu apa hakikat makna hidup menurut Islam?

Seorang filusuf Yunani Descartes pernah mendefinisikan, manusia ada dan dinyatakan hidup di dunia bila ia melakukan aktivitas berpikir. Kemudian Karl Marx menyatakan, manusia ada dan dinyatakan hidup jika manusia mampu berusaha untuk mengendalikan alam dalam rangka mempertahankan hidupnya. Sedangkan Islam menjelaskan manusia ada dan dianggap hidup jika ia telah melakukan aktivitas "jihad" seperti yang telah dijelaskan oleh Allah SWT dalam Q.S. Ali Imron: 169 di atas. Tentu saja jihad dalam pengertian yang sangat luas. Jihad dalam pengertian bukan hanya sebatas mengangkat senjata dalam peperangan saja, tetapi jihad dalam konteks berusaha mengisi hidup dengan karya dan kerja nyata. Jihad dalam arti berusaha memaksimalkan potensi diri agar hidup ini berarti dan bermanfaat bagi diri, keluarga, masyarakat, dan bangsa. Misalnya, seseorang yang berusaha mencari dan menemukan energi alternatif ketika orang sedang kesulitan BBM itu juga sudah dipandang jihad karena ia telah mampu memberikan manfaat kepada orang lain. Seseorang yang keluar dari sifat malas, kemudian bekerja untuk memerangi kemiskinan, kebodohan, itu juga termasuk jihad karena ia telah mampu mengalahkan hawa nafsunya sendiri, dan bukankah ini jihad yang paling besar karena Rasulullah sendiri menyatakan bahwa jihad yang paling akbar adalah melawan hawa nafsu sendiri.

Hidup dalam pandangan Islam adalah kebermaknaan dalam kualitas secara berkesinambungan dari kehidupan dunia sampai akhirat, hidup yang penuh arti dan manfaat bagi lingkungan. Hidup seseorang dalam Islam diukur dengan seberapa besar ia melaksanakan kewajiban-kewajiban sebagai manusia hidup yang telah diatur oleh Dienull Islam. Ada dan tiadanya seseorang dalam Islam ditakar dengan seberapa besar manfaat yang dirasakan oleh umat dengan kehadiran dirinya. Sebab Rasul pernah bersabda "Sebaik-baiknya manusia di antara kalian adalah yang paling banyak memberikan manfaat kepada orang lain. (Alhadis). Oleh karena itu, tiada dipandang berarti (dipandang hidup) ketika seseorang melupakan dan meninggalkan kewajiban-kewajiban yang telah diatur Islam.

Dengan demikian, seorang muslim dituntut untuk senantiasa meningkatkan kualitas hidup sehingga eksistensinya bermakna dan bermanfaat di hadapan Allah SWT, yang pada akhirnya mencapai derajat Al-hayat Al-thoyyibah (hidup yang diliputi kebaikan). Untuk mencapai derajat tersebut maka setiap muslim diwajibkan beribadah, bekerja, berkarya berinovasi atau dengan kata lain beramal saleh. Sebab esensi hidup itu sendiri adalah bergerak (Al-Hayat) kehendak untuk mencipta (Al-Khoolik), dorongan untuk memberi yang terbaik (Al-Wahhaab) serta semangat untuk menjawab tantangan zaman (Al-Waajid).

Makna hidup yang dijabarkan Islam jauh lebih luas dan mendalam dari pada pengertian hidup yang dibeberkan Descartes dan Marx. Makna hidup dalam Islam bukan sekadar berpikir tentang realita, bukan sekadar berjuang untuk mempertahankan hidup, tetapi lebih dari itu memberikan pencerahan dan keyakinan bahwa. Hidup ini bukan sekali, tetapi hidup yang berkelanjutan, hidup yang melampaui batas usia manusia di bumi, hidup yang harus dipertanggungjawabkan di hadapan sang Kholik. Setiap orang beriman harus meyakini bahwa setelah hidup di dunia ini ada kehidupan lain yang lebih baik, abadi dan lebih indah yaitu alam akhirat (Q.S. Adl-dluha: 4).

Setiap muslim yang aktif melakukan kerja nyata (amal saleh), Allah menjanjikan kualitas hidup yang lebih baik seperti dalam firmannya "Barang siapa yang melakukan amal saleh baik laki-laki maupun wanita dalam keadaan ia beriman, maka pasti akan kami hidupkan ia dengan al-hayat al-thoyibah (hidup yang berkualitas tinggi)." (Q.S. 16: 97). Ayat tersebut dengan jelas sekali menyatakan hubungan amal saleh dengan kualitas hidup seseorang.

Aktualisasi diri!

Salah satu kebutuhan manusia yang paling mendasar adalah pengakuan dari komunitas manusia yang disebut masyarakat. Betapa menderitanya seseorang, sekalipun umpamanya ia seorang kaya raya, berkedudukan, mempunyai jabatan, namun masyarakat di sekitarnya tidak mengakui keberadaannya bahkan menganggapnya tidak ada, antara ada dan tiada dirinya tidak berpengaruh bagi masyarakat. Dan hal ini adalah sebuah fenomena yang terjadi pada masyarakat muslim. Terlebih rugi lagi jika keberadaan kita tidak diakui oleh Allah SWT, berarti alamat sebuah kemalangan yang akan menimpa. Ketika usia kita tidak menambah kebaikan terhadap amal-amal, ketika setiap amal perbuatan tidak menambah dekatnya diri dengan Sang Pencipta, berarti hidup kita sia-sia belaka. Allah menganggap kita sudah mati sekalipun kita masih hidup.

Oleh karena itu, seorang muslim "diwajibkan" untuk mengaktualisasikan dirinya dalam segenap karya nyata (amal saleh) dalam kehidupan. "Sekali berarti, kemudian mati" begitulah sebaris puisi yang diungkapkan penyair terkenal Chairil Anwar. Walaupun ia meninggal dalam keadaan masih muda dan telah lama dikubur di pemakaman Karet Jakarta, tetapi nama dan karya-karyanya masih hidup sampai sekarang. Kalau Chairil Anwar telah "berjihad" selama hidupnya di bidang sastra. Bagaimana dengan kita? Mari berjihad dengan amal saleh di bidang-bidang yang lain. Agar kita dipandang hidup oleh Allah SWT. Amin.***

Minggu, 15 Agustus 2010

Dal Dal boey: കുംപുലന്‍ പുസി romantis

Dal Dal boey: കുംപുലന്‍ പുസി romantis: "KUMPULAN PUISI Sambutlah ‘si CINTA’ Saat malam mulai larut Suasanapun semakin senyap Aku terbujur dalam kekakuan Karena hati terp..."

കുംപുലന്‍ പുസി romantis

KUMPULAN PUISI


Sambutlah ‘si CINTA’



Saat malam mulai larut

Suasanapun semakin senyap

Aku terbujur dalam kekakuan

Karena hati terpasung dalam kesepian
Kesedihan dengan kesendirian

Seakan menggugurkan sejuta harapan

Sepinya malam berlalu sudah

Pagi datang mengawali hari baru

Aku terbangun dari panjangnya malam

Perlahan aku bergerak,

Berdiri dan kubuka jendela

Tersiratlah cahaya mentari pagi

Menyinari……

Menghempaskan semua khayalan kepahitan


Memang, Aku harus tetap tegar berdiri

Songsong hari yang baru

Sambut dengan sesuatu yang indah

Wujudkan misteri cita dan cinta


Sambutlah ‘si CINTA’ yang cantik

Berikan dia senyum

Warnailah hari-hari dengan cinta

Kebenderangan

Kala malam semakin larut

Aku terpaku di dalam kesunyian

Terdiam menatap ilusi kesendirian

Diriku seakan terbiar dalam kehampaan


Kebekuan jiwa menjelma

Kedinginan nurani selalu menemani

Aku merindu tentang kehangatan

Aku bermimpi tentang keindahan


Saat tirai kegalauan mulai tersibak

Fatamorgana menjauh dari realita

Hingga tersingkaplah kebenderangan

Makna kedamaian yang hakiki


Arti Cinta

Di dalam kedinginan jiwaku

Kau hadir mendekap erat kalbuku

Dalam kesendirian nuraniku

Kau temani aku dengan kemesraan

Dalam kegalauan jiwaku

Kau hadir untuk menghiburku

Dalam kesepian malamku

Kau hadir dalam indahnya mimpiku

Tiada yang kupikirkan selama ini

Kecuali aku merasa berarti bersamamu

Kan kuayun langkahku ini

Bersama irama kerinduan

Kangen khan slalu menyelimuti hatiku

Tak ada sesuatu terindah untuku

Karena kau segala-galanya bagiku


Arti perasaan

Dikala aku merindu

Ingin kutulis sejuta syair indah

Ingin rasanya aku berkisah

Tentang semua kekangenanku


Di saat ini seolah aku sulit mencari

Dermaga yang berairkan tinta emas

Dan pena antik untuk mengukirnya

Aku takut terdampar di pulau sana

Yang penuh dengan ketidakpastian


Paradigma ?!!!


Hari demi hari terus berjalan

Pergantian waktupun tidak dapat dielakan

Perubahan adalah sebuah realitas yang harus dihadapi

Sebagai konsekwensi logis atas akhir dari setiap langkah

Paradigma hidup merupakan acuan dalam melangkah

Sebagai barometer dalam menjalani hidup

Menuju sebuah wujud misteri

‘Cita-cita’


Perenungkan kembali tentang Paradigma hidup

Tentang cita-cita yang tergantung di angkasa

Katakanlah kamu bisa untuk meraihnya

Kamu bisa untuk menjalaninya

Gapailah semuanya


‘Sungguh beruntunglah orang yang slalu mensucikan diri

(Kembali kepada fitrah dan kesucian )’

‘Selamat Ulang Tahun ’

Success for You




Kujelang….


Pagi yang indah kujelang kembali

Menghempaskan mimpi meraih bergantinya hari

Di ufuk timur tersirat cahaya kedamaian

Membangkitkan semangat menghangatkan perasaan

Hembusan angin menemaniku berjalan

Mengiringi langkah berpadu dalam kepastian

Gemersik dedaunan bak irama kehidupan

Selalu setia menyanyikan lagu kemenangan

Dalam menggapai makna cita dan cinta

Dalam mewujudkan makna hidup yang sesungguhnya

Biarkan pergantian hari terus berjalan

Karena setiap saat akan selalu kujelang


Bingkai kehidupan

Masa demi masa berlalu sudah

Kemana kaki jalan melangkah

Liku-liku kehidupan mengukir sejarah

Kini saatnya berpotret diri

Berbenah dari segala keburukan

Meningkatkan semua kebaikan

Ramadhan sebentar khan tiba

Kini saatnya tuk membuka pintu hati

Memaafkan semua kehilafan

Mari kita sambut dengan gembira

Dengan memperbanyak ibadah

Tuk menggapai tingkatan taqwa

Derajat tertinggi disisi khalik

Semoga Allah selalu membimbing kita

Dan nanti memasukkan kita dalam surga-Nya

Amiin


Puisi angin

Di kesepian malam aku sendiri

Termenung dibawah cahaya rembulan

Pucuk-pucuk daun meliuk indah

Mengikuti irama angin perlahan


Angin…., Aku hargai kau menghiburku

Memang tidak ingin aku berlama-lama

Larut dengan gelapnya malam

Terombang-ambing oleh kelamnya awan

Angin…., Tolong katakan pada bintangku

Aku rindu dan berharap dia hadir disini

Dengan segala ketulusan cintanya

Ingin aku mengajaknya bernyanyi

Menari, berdansa berdua

Angin…, katakanlah padanya

Aku perlu belaian sejuta kasihnya

Ingin aku menikmati indahnya malam ini

Dengan kehangatan peluk mesranya

Angin…, untuk yang terakhir

Katakanlah padanya

Aku benci dengan kesendirian ini




Kesendirian


Di kesepian malam aku sendiri

Fikiran menerawang menjelajah angkasa

Ingin rasanya kubuka semua tabir gelap

Sehingga bisa kunikmati indahnya rembulan

Beserta gemerlapnya selaksa bintang


Semilir angin berhembus perlahan-lahan

Seolah tak ingin mengusikku dari lamunan

Pucuk-pucuk daun menari penuh kemesraan

Seakan tiada bosan untuk selalu menghibur

Semua gundah dan keresahan hatiku


Ketika malam semakin larut

Aku sadari akan kesenmdirianku

Semuanya memang penuh ketidakpastian

Kecuali…. Bisa kunikmati sisa hidup ini

Dengan cinta dan kasih sayang

Dimana semuanya serba tulus

Dimana semuanya serba ikhlas

Dimana semuanya penuh kerelaan

Tanpa pamrih dan pengharapan


Kepastain


Ketika kupaksa mata ini terpejam

Justru hati terus cerita

Bicara tentang kesepian malam

Tentang matahari yang telah tenggelam

Kesepian adalah pengharapan kasih

Sedang tenggelam adalah masa lalu


Saat akhir tidak berarti kebahagiaan

Perasaan menjadi terlukakan

Khan kucari mutiara ketulusan

Kristal mujarab penawar kepedihan

Sungguh, hanya sang dewi yang memiliki

Sebelum fajar di ufuk timur menjelang

Kupastikan sang dewi adalah penentuan

Kesembuhan atas sayatan luka-luka ini




Cinta

Ketika aku datang

Di dunia pewayangan cinta

Cuma satu yang aku bawa

Perasaan kasih di dalam dada

Yang bisa merubah satu wacana

Menjadi cerita panjang

Yang berbelit susah mengambarkannya


Tak ada alasan lain tentang cinta

Karena hanya satu yaitu kasih

Kecuali hanya mengada-ada

Kalau ada aku tak percaya

Alasan itu dipaksakan

Dan akan aku katakan

Sungguh malang nasib mereka

Karena tak beda dengan si penjaja


Cinta adalah rindu

Yang datang dari dalam kalbu

Bisa membawa tentram

Dalam merih kedamaian hidup



Kangen


Dalam remang cahaya lilin

Sekilas nampak kilauan kasih

Memedarkan arti kekelabuan hati

Sesaat seolah redup

Membisakan harapan cinta dan kerinduan


Dalam dada menyesak arti ketidakpastian

Sesekali ingin semua cita teraih

Namun, tak dapat menembus batas ruang

Yang semakin menjauh


Dikala sekelebat kilat menyala

Cahayanya menyilaukan mata

Bukan terang yang kuraih

Namun kegelapan setelahnya


Hamparan bunga cinta menjadi merana

Kedinginan, ingin ada yang memetiknya

Dipandang ditaruh dalam vas bunga

Walau nantinya layu

Namun hidupnya menjadi berarti

Menikmati semua tujuan yang dicapai

PERJALANAN

Saat hujan semakin deras

kusuri jalan selangkah demi selangkah

Kuraba bajuku yang sudah kuyup

serasa dingin udara menusuk

sebentar kutoleh kebelakang

Terlihat jelas roda sejarah membentang

Angin kencang

Percikan hujan

Halilintar

Semuanya adalah terpaan kehidupan

Aku berharap reda khan tiba

Terang khan menjelma

Menjadikan hidup penuh makna



Puisi Jarum Dan Jerami

Seandainya kau tak membisu

Tentu dengan mudah aku meraihmu

Walau begitu,

Biarlah kuuji kesabaranku

Khan kuambil jerami ini satu-satu

Sampai aku dapat menemukanmu

Lalu kau rajut kembali kainku

Fatamorgana

Gelap malam penuh kesunyian

Membukakan pintu-pintu ilusi

Menyibakan tirai-tirai kegalauan jiwa

Saat perjalanan adalah perasaan
Hati gelisah menjadi tumpuan
Perlahan-lahan rasio menjauh

Akalpun pergi tanpa berpesan

Saat kusadari semuanya

Aku terbujur di negeri khayalan

Berharap akan fatamorgana

Senyumanmu

Aku terbayang akan manisnya senyumanmu

Seakan hanya aku yang menikmatinya

Namun aku hanya bisa merindu

Akankah cintaku terdampar disuatu pulau ?

Terbawa hanyut bersama gelombang kasmaran

Dan berlabuh di pantai asmara


Tetapi aku sangat yakin

Disana kita khan bercinta

Memadu kasih

Bercerita tentang hari esok

Khan kubiarkan semilir angin membelai tubuhku

Hingga aku tertidur dalam sandaran pelukmu

Namun mengapa suara ombak membangunkanku

Saat mimpiku menerawang angkasa

Menjelajahi ruang-ruang khayalan


Tuhan, mengapa aku ini ?

Terlalu menikmati senyuman itu

Apakah aku telah menduakan cintaku dari-Mu
Sampai hatiku bergetar menahan rasa

Namun kini khan kubiarkan semua berlalu

Terhempas terbawa arus

Ke suatu negeri nun jauh disana



SIANG YANG BERLALU

Saat mentari mulai tenggelam

Sayap malam menutup perlahan

Gelap sudah menjelang

Panasnya siang jadi terlupakan

Semua berlalu

Biarkanlah siang ini berlalu



IBU

Ibu…

Kini aku tahu

Kesabaranmu

Ketabahanmu

Kecintaanmu


Ibu…

Kini aku rindu

Masakkanmu

Senyumanmu

Belaianmu


Ibu…

Aku tak akan lupa

Kebaikkanmu

Jasamu

Nasehatmu

Ibu…

Ternyata kau adalah segalanya bagiku

Kuharap kasihmu abadi selama-alamanya untukku

BUNGAKU

Bungaku…

Kala pagi atau sore hari

Kau taburkan aroma kasih

Membelai kalbu selembut awan putih

Membawaku ke alam khayalan indah

Penuh kedamaian dan kebahagiaan


Bungaku…

Kau laksana dewi kayangan

Selalu dipuji setiap orang

Sunggingan senyummu tak menjemukan

Menggoda mengetarkan hati


Bungaku…

Setiap saat aku nantikan

Lambaian tanganamu mengajakku

Melepas semua kepedihan hidup

Menyandarkan semua kesusahan

Menuju ketenangan bathin

Dalam menikmati hidup ini

Perubahan

Saat rembulan tertunduk sendu

Gema petir menggelegar

Awan kaget ikut bermuram

Mencucur hujan rintik perlahan

Merubah egois yang membatu

Menjadikan hati penuh pengharapan
Arti Kembali

Pohon besar di tanah gersang

Saat hujan Menerjang

Dia jatuh dengan terlentang

Dimakan rayap terlapukkan

Jadikan semua tak berdaya

Semuanya menjadi satu

Tidak terkenali lagi


Puisi Batu

Goresan itu

Mengukir batu jadi saksi

Membisu

Dengan satu kalimat

Aku cinta kamu !!

Penilaian Cinta

Dusun yang sepi

Ada seorang perempuan tua

Dengan suami renta yang buta

Seolah mereka tak berdaya

Mereka hanya berkebun

Itulah kedamaian mereka

Kenapa orang hanya menduga

Padahal mereka punya cinta

Yang tak seorangpun mampu menilainya
Terbujur

Aku terbujur

Di sebuah sudut yang pengap

Hanya coro yang menemaniku

Dia katakan sesuatu padaku

Orang memandang kita hina

Tetapi …

Bisakah kita katakan

Bahwa mereka bijaksana

Biarkan mereka menilai kita

karena kita adalah kita

Kepahitan

Pisau menoreh hatiku

Melukakan perasaan

Menyayat

Menjadikan hidup berubah arti

Saat takdir itu merenggut

Kepahitan adalah realita

Kebahagiaan jadi impian

Akhirpun tak terelakkan

Salam perpisahan

Kini, hatiku tergores kesedihan

Ketika terucap salam perpisahan

Walau air mataku tak berlinang

Bukan berarti suatu kerelaan

Saat-saat langkah terayun

Jarak kita-pun semakin membentang

Akankah semuanya jadi terkenang

Atau hanyut terbawa gelombang

Bahkan mungkin terkubur oleh waktu dan keadaan


Sobat, dalam hatiku ini

Akan tetap membekas suatu kenangan

Kau sungguh baik, supel dan komunikatif

Siapapun mengenalmu pasti akan merindu

Namun untukku, janganlah kau biarkan

Aku terkulai lemas dalam kehampaan

Karena rasa kangenku yang tidak kau harapkan
Gelisah

Gelap malam penuh kesunyian

Lamunan jauh menerawang angkasa

Membukakan pintu-pintu mimpi

Menyibakan tirai-tirai kegalauan jiwa


Bias keremangan memudarkan kasih

Memutar hati menguak arti ilusi

Memedarkan beribu warni cahaya

Membayang menjauh dari arah cita


Katak merengek ikut meresah

Menggugah hati kala gelisah

Air hujan menetes berduka

Membasah bumi ikut bersedih


Gema kegundahan kian bertalu

Gemercik air melantun irama nan merdu

Berhembus angin membelai lembut

Gemerisik suara daun menghibur

Membangkit menggugah kalbu


Meliuk menari rumput nan ayu

Melambai perlahan seolah mengajak

Melepas duka menjemput cinta

Merayu bernyanyi kerinduan

Menyongsong esok akan kebahagiaan



Di Sisi Malam

Ketika kabut tersibak

Rembulan memancarkan sinarnya

Malam yang muram telah berlalu

Makna kegelapan menjadi tertampikan

Nur kebenaran adalah kebenderangan


Saat kepala makin merunduk

Kucium tanah bukti kehinaanku

Sebagai tanda Agungnya sang Khalik


Isak tangisan begitu lirih

Seirama kidung detak jantung

Air mata berderai tak tertahan

Mencapai kekhusukan semakin dalam


Saat dingin semakin menusuk

Disinilah aku semakin mengenal Tuhan



Aku Tak Ragu

Tuhan,

Aku yakin dengan segala kasih-Mu

Dan aku percaya akan semua sayang-Mu

Namun mengapa aku ini ???

Selalu tak tahu diri

Apakah ada sesuatu yang mengunci hatiku ?!

Sehingga aku lupa akan semua cinta-Mu

Tuhan,

Kau pasti selalu mendekapku

Namun aku tempikkan arti kehangatan-Mu

Apakah aku insan tak tahu balas budi ?!

Kurang bersyukur

Selalu mencari dan berharap yang lebih

Bahkan tanpa terasa dan tak tersadari

Mungkin aku memohon selain kepada-Mu

Tuhan,

Andaikan aku selalu bersujud pada-Mu

Dan bersimpuh di dalam rumah-Mu

Tentu Engkau mau menerima tobatku

Namun aku kadang merasa lain
Karena banyak dosa yang kulakukan


Tuhan,

Aku tahu tangisku tak berarti bagi-Mu !!

Kini biarlah aku merenungi semuanya

Dan akan kucari pintu insyafku

Tapi, aku yakin dan tak meragukan

Akan semua ampunan-Mu, Tuhan.



Keagungan Tuhan


Merah merona bola api di atas cakrawala

Tanda terbitnya sang surya di ufuk pagi

Suara burung bernyanyi riang bergerak kian kemari

Menggugurkan sejuta embun dari kerindangan daun

Semua itu bukti Agungnya ciptaan Tuhan


Sebagai manusia hendaklah bersyukur

Ketemu lagi akan hari

Setelah sesaat mengunci rasa

Melupakan semua problema

Kini ditantang perjalanan hidup

Membuktikankan semua impian dan harapan

Kalau kita sadar, nyata ataupun tidak

Itulah garis takdir Tuhan

Semuanya ini perjalanan waktu

Manusia hanya bercita

Namun begitu, yakinkan diri ini

Hidup ini jangan disia-siakan

Berbagi Kasih

Kulihat daun meliuk

Disaat kejora mulai menghilang

Pagi datang begitu cepat

Sayang sungguh sayang memang !!

Juita malam menjadi penantian


Indahnya pagi di pantai pengharapan

Merupakan suatu makna keceriaan

Saat ombak menuju ke tengah

Pasti ia akan kembali lagi

Membawa buih putih arti kehidupan

Meratakan hamparan pasir yang berserakan


Di tengah laut dari kejauhan

Perahu kecil terihat menepi

Membawa seribu ikan hasil tangkapan

Dengan senyum kebahgiaan nelayan


Ketika terkatung di tengah samudra

Tidaklah sempat berfikir tentang cinta

Semuanya seakan sirna

Kini saatnya berbagi kasih

Dengan permata hati

Yang slalu menanti



Malang

Saat sosok itu terlentang

Terkulai di kamar yang remang

Tanpa busana

Tak kenal budaya

Aku hanya mendengar

Gertakan kuat

‘ingat aku adalah uang’



Perjalanan

Wanita malam jadi kenangan

Dalam suatu perjalanan

Bola matanya indah menggoda

Memberi rayuan tentang kemesraan


Sungguh murah kau tawarkan

Ternyata cukup uang recehan

Cuma sekedar untuk membeli jajanan


Pernah sesekali aku tanyakan

Mengapa tak kau tinggalkan hal demikian

Sebab itu kesia-siaan


Tak salah memang kau katakan

Kalau itu saling menguntungkan

Tetapi ada pihak yang dirugikan

Ibumu yang melahirkan



Wanita

Wanita punya hak juga memiliki kewajiban

Tetapi selalu disalahtafsirkan

Hingga kadang menyalahi aturan

Emansipasi diputarbalikkan

Sebagai dalih atau alasan


Hanya untuk mencari kepuasan

Kau korbankan kasih sayang

Anak-anak kau terlantarkan

Dan masih banyak yang dicampakkan


Lalu bagaimana akan nasib bangsamu

Saat keluarga tak kau hiraukan

Sungguh, slogan indah jadi kenagan

Wanita tiang negara

Kini menjadi puntung yang berserakkan

Syair metafisik

(Merambah kegaiban dunia lain)


Alam ini seolah tidak nyata

Seakan-akan dunia bayangan

Tetapi dunia ini punya dimensi

Dimensi lain yang imateri

Hanya rasa iman yang bisa menggapainya

Entahlah, memang alam ini serba aneh

Pengamanannya sungguh ekslusive

Penjagaan yang ekstra ketat

Dengan benteng yang begitu kokoh

Seakan beruratkan besi bertulangkan baja

Begitu susah menembus dunia ini

Hanya dengan akses yang tepat

Dan prasarat pasport yang lengkap

Barulah bisa memasukinya dengan aman

Ketika ada yang mencoba memaksa

Hanya mengakibatkan luka-luka

Seandainya memang bisa

Hanya mengakibatkan sengsara

Merantau di dunia metafisik

Tanpa arah dan tujuan yang pasti

Kehancuran buat si pemaksa

Siksa menjelma menggerogoti hidupnya

Hanya Tuhan-lah yang dapat menyembuhkannya

Andai kesabaran menghinggapi kehidupannya



Kata iya

Mengangguk kata setuju

Tapi bukan berarti iya

Mengapa sahabat tak bertanya ?!

Hanya bergeleng kepala


Kalau sahabat tak paham

Uneg-uneg jangan disimpan

Ungkapkan semua perasaan

Hak berpendapat dijamin undang-undang

Sudah jelas di pasal dua delapan


Diam bukanlah emas

Emas ada di busang

Katanya sedang diributkan

Siapa yang bakal jadi jutawan

Mungkin mereka yang menambang

Sahabat juga mungkin nanti kecipratan

He…. he….

Jangan terlalu banyak termangu

Sebentar lagi khan pemilu

Jangan sampai terpancing isyu

Sekarang khan musim dikompor-komporin

Apa lagi sambil dikipas-kipasin

Bisa-bisa kebakaran nanti



Dengarlah kami

Saat-saat kaki terlangkahkan

Sejenak hati berfikir tentang keadilan

Ketika bangsa dilanda bencana

Ketika rakyat kecil dirundung duka

Ketika semua orang berharap tanya

Mana yang benar dan mana yang salah ?!

Banyak sosok muncul seolah pakar

Berteriak-teriak seakan benar

Seharusnya begini dan seharusnya begitu !!

Ternyata semua hanya teori membingungkan

Di sudut-sudut kota dan pelosok negeri

Rakyat jelata menggeliat kelaparan

Anak-anak mulai putus harapan

Akan kemana kami mencari

Napas kebebsan yang semakin sesak

Angin kehidupan yang mulai hilang

Sungguh tragis dan ironis

Rupiah terpuruk dalam kekhawatiran

Si awam hanya bertanya

Dosa siapakah ini ?!

Kok kami yang mendapat siksa

Kami tidak perlu banyak partai

Kami perlu banyak beras

Kami perlu banyak susu

Kami perlu makan

Dan kami perlu keadilan



Seminggu Di Ladang Tua

Sekian lama aku tak jumpa

Bayangan kerinduan kian terasa

Tak tahan ingin mendengar cerita

Seperti beberapa waktu yang lalu

Ketika kau berkisah di ladang tua


Hari pertama

Kau terdiam tak dapat bicara

Hanya mencucurkan air mata

Saat kucoba menghapusnya

Kau tepiskan tanganku

Waktu itu aku bertanya

Mengapa ???

Namun kau tak kuasa menjawabnya

Tapi aku tahu kau tidak merahasiakannya


Hari kedua

Kau baru menjawabnya

Kau merasa khawatir tentang adikmu

Yang hidup dirantau orang

Kau takut dia tergoda

Oleh bias remang cahaya kota

Namun kau tak kuasa meneruskan cerita

Kau cucurkan lagi air mata



Hari ketiga

Kau melanjutkan ceritanya

Bagiku makan tidak masalah

Hidup di desa tak akan kelaparan

Namun di kota adikku mau makan apa

Justru aku takut adikku dimakan orang

Katanya di kota saat sekarang

Tidak berfikir lagi besok makan apa

Tetapi besok saya mau makan siapa

Kau menangis lagi

Membuang air mata tanda berduka


Hari keempat

Ini tak akan ku lupa

Saat kau merayuku agar menanggapi

Semua cerita tiga hari yang lalu

Aku tak mau untuk bicara

Akhirnya kau meneruskan cerita

Tentang adiknya yang sangat dia cintai

Sampai kini tak kunjung pulang

Kau berharap agar adikmu cepat kembali

Hari kelima

Kau bercerita tentang metropolitan

Yang penuh dengan aktivitas kejahatan

Sikut kiri sikut kanan itu kebiasaan

Apakah adikku selamat dari todongan

Kesombongan dan kekerasan zaman

Kau menangis lagi

Dan tak kuasa cerita lagi


Hari keenam

Aku masih teringat

Saat kau bertutur tentang ibumu

Ketika dia mulai tua renta

Bahkan sampai akhir hayatnya

Kau katakan ibumu adalah keabadian kasih

Tak pandang pamrih

Ikhlas dalam menjaga anak-anaknya

Inikah arti surga di bawah telapak kaki ibu

Kau malah merenung sampai tak cerita apapun lgi



Hari ketujuh

Ini hari terakhir kau bercerita padaku

Karena aku akan ke rantau

Mencari pengalaman ke kota orang

Kau berharp agar aku dapat bertemu dengan adiknya

Dan menyampaikan salam kekangenannya

Sekarang kau akan mencoba untuk melupakannya

Karena adikmu tak memberi kabar berita

Kau ucapkan selamat jalan padaku

Inilah kisah seminggu di ladang tua

Namun sampai kini ku takkan lupa

Dan sekarang akan kucoba mencari adiknya

Untuk membantu temanku disana

Yang selalu berduka tentang adiknya

Berdoalah temanku agar aku menemukannya

Amiin


Diaolog rasio dan hati

(Tentang ungkapan perasaan hati)


Rasio berkata “ kenapa kau laukan itu hati?”

“entahlah, hanya itu yang ingin aku katakan” jawab hati.

“apakah aku terlalu ….Egois, emosi atau agresif”,

Lanjut hati.

“sudahlah, mungkin aku yang salah ?,

Aku tidak bisa memantaumu”, lanjut rasio.

“tidak rasio, aku terlalu memaksakan,

Seolah aku tak sadar dengan keadaanku.

Mungkin aku benar-benar lupa dan lalai,

Dan kau menganggapku konyol khan ?”

Kata hati panjang lebar.

“biarlah rasio, apa yang telah aku katakan

Aku yang akan menanggung akibatnya

Aku telah coba melakukan yag terbaik untukku

Walau harus menghancurkan diriku

Asal aku tidak melukakan orang lain

Aku akan tetap berbahagia.

Kau telah mengingatkanku rasio, terima kasih”

Hati menambahkan ungkapannya.

“hati, biarlah semuanya berjalan dengan relita

Mungkin kita harus bersikap sedikit bijak

Tidak usah terlalu berharap”Rasio menambahkan.

“aku setuju rasio” sahut hati.

Lalu keduanya terdiam seolah tidak ada pembicaraan lagi.

Dan begitulah sampai keduanya terlelap dalam tidur karena kelelahan.



From my friend

………..


Sobatku, di tengah malam

Yang sepi …..

Aku termenung sendiri

Dan dalam kesendirian ini

Aku tak tahu apa …..

Rasa rindu selalu ada

Tapi akupun tak tahu

Apa yang aku rindukan …..

Sobat, siramilah diriku

Dengan kasih dan cintamu…..

Agar aku tahu apa arti

Kesendirian dan rinduku ini

From : Ririe


Betapa

Tuhan …

Betapa dingin dekapan-mu

Sejak aku tak pernah lagi ke rumah-mu

Betapa kabur penglihatanku

Sejak cahaya-mu semakin redup

Pada setiap sudut pengembaraanku

Betapa sunyi pendengaranku

Sejak aku tak perduli

Suara orang-orang memanggil-mu

Tuhan

Betapa seluruh tubuhku luluh

Sebab matahari mengantarai jarak kita semakin jauh

Tuhan

Betapa aku tak mampu
Luput dari dekapan-mu
Sebab kini kumengerti

Dirumah-mu aku adalah tamu

from Dian H.


Yang tersayang


Kau bangun

Kugendong

Kutimang


Kau bermain

Kuasuh

Kutemani


Kau menangis

Kuhibur

Kucanda


Kau mengantuk

Kudendangkan

kukisahkan


Kau tidur

kubelai

kucium

Kudekap


Kau pergi

Kutersedu

Kucari

kurindu


Kau ….

From Dian



Tujuh Paragraf Saja


Paragraf pertama

Saat hujan semakin deras

kusuri jalan selangkah demi selangkah

Kuraba bajuku yang sudah kuyup

serasa dingin udara menusuk

sebentar kutoleh kebelakang

Begitu dalam arti perjalanan

percikan air adalah terpaan

Halilintar pemanis makna

Saat reda adalah harapan jiwa

menjadikan terang nur kehidupan


Paragraf kedua

Kala membayang terang rembulan

merenung menjadi makana harapan

waktu kecil adalah kedamaian

saat remaja masa pematangan jiwa

kini kutatap cermin kedewasaan

kukerutkan keningku

seraya aku berkata pada bayanganku

belajarlah dari perjalanan hidupmu

raihlah cita-citamu diatas bintang persia

dan jadilah dirimu dalam sebuah jati diri

Kamis, 22 Juli 2010

Wali-Wali Allah

Orang Muslim beriman bahwa Allah Ta'ala mempunyai wali-wali dari hamba-hamba-Nya yang Dia pilih untuk beribadah kepada-Nya, menjadikan mereka taat kepada-Nya, memuliakan mereka dengan memberikan cinta-Nya kepada mereka, dan memberikan karamah-karamah-Nya kepada mereka.
Allah Ta'ala adalah wali mereka yang mencintai dan mendekatkan mereka. Sedang, mereka adalah wali-wali Allah Ta'ala yang mencintai-Nya, mengagungkan-Nya, memerintah dengan perintah-Nya, melaksanakan perintah-Nya, menjauhi larangan-Nya, melarang dengan larangan-Nya, mencintai dengan cinta-Nya, dan marah dengan kemarahan-Nya.

Jika mereka meminta sesuatu kepada Allah Ta'ala, maka Dia memberikan permintaan mereka. Jika mereka meminta pertolongan kepda Allah Ta'ala, maka Dia menolong mereka. Jika mereka meminta perlindungan kepada Allah Ta'ala, maka Dia melindungi mereka. Mereka adalah orang-orang beriman, orang-orang bertakwa, orang-orang yang memiliki karamah, dan orang-orang yang memiliki khabar gembira di dunia dan akhirat.

Setiap orang mukmin dan bertakwa adalah wali Allah Ta'ala. Hanya saja, tingkatan mereka berbeda tergantung kepada ketakwaaan mereka dan keimanan mereka. Siapa saja yang beriman dan ketakwaannya sempurna, maka kedudukannya di sisi Allah Ta'ala tinggi dan karamah-Nya lengkap. Pemimpin para wali adalah para rasul dan para nabi. Dan sesudah mereka adalah kaum Mukminin.

Karamah-karamah yang terjadi kepada wali-wali Allah Ta'ala dari kaum Mukminin, seperti makanan sedikit menjadi banyak, atau menyembuhkan sakit, atau menyelam di laut, atau tidak terbakar oleh api, adalah sejenis mukjizat. Bedanya, mukjizat terjadi setelah adanya tantangan. Contoh tantangan ialah seperti tantangan Rasulullah saw. kepada orang-orang Quraisy, "Bagaimana menurut kalian, jika aku mendatangkan ini dan itu, apakah kalian membenarkanku? Jika tidak, Allah akan menyiksa kalian karena kalian tidak beriman, padahal mukjizat telah diperlihatkan kepada kalian." Sedang, karamah tidak. Karamah terbesar ialah konsisten melaksanakan perintah-perintah yang disyariatkan, dan menjauhi hal-hal haram serta larangan-larangan.

Dalil-Dalil Wahyu

1. Penjelasan Allah Ta'ala tentang wali-wali-Nya, dan karamah-karamah mereka dalam firman-firman-Nya, seperti firman-firman-Nya berikut.
* "Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa. Bagi mereka berita gembira di kehidupan di dunia dan di akhirat. Tidak ada perubahan bagi kalimat-kalimat (janji-janji) Allah yang demikian itu adalah kemenangan yang besar." (Yunus: 62-64)
* "Allah pelindung (wali) orang-orang beriman, Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman)." (Al-Baqarah: 257)
* "Dan mereka bukanlah orang-orang yang berhak menguasainya? Orang-orang yang berhak menguasai(nya), hanyalah orang-orang yang bertakwa." (Al-Anfal: 34)
* "Sesungguhnya pelindungku (waliku) ialah Allah yang telah menurunkan Al-Kitab (Al-Qur'an) dan Dia melindungi orang-orang yang shalih." (Al-A'raf: 196)
* "Demikianlah, agar Kami memalingkan daripadanya kemungkinan dan kekejian sesungguhnya Yusuf termasuk hamba-hamba Kami yang terpilih." (Yusuf: 24)
* "Sesungguhnya hamba-hamba-Ku, kamu tidak dapat berkuasa atas mereka." (Al-Isra': 65)
* "Setiap Zakaria masuk untuk menemui Maryam di mihrab, ia dapati makanan di sisinya. Zakaria berkata, ‘Hai Maryam dari mana kamu memperoleh (makanan) ini?' Maryam menjawab, ‘Makanan itu dari sisi Allah'." (Ali Imran: 37)
* "Sesungguhnya Yunus benar-benar salah seorang rasul. (Ingatlah) ketika ia lari ke kapal yang penuh muatan. Kemudian ia ikut berundi lalu dia termasuk orang-orang yang kalah dalam undian. Maka ia ditelah oleh ikan paus besar dalam keadaan tercela. Maka kalau sekiranya dia tidak termasuk orang-orang yang banyak mengingat Allah. Niscaya ia akan tetap tinggal di perut ikan itu sampai hari berbangkit." (As-Shaffaat: 139-144)
* "Maka Jibril menyerunya dari tempat yang rendah, ‘Janganlah kamu bersedih hati, sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan anak sungai di bawahmu. Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu. Maka makan, minum dan bersenang hatilah kamu." (Maryam: 24-26)
* "Kami berfirman, ‘Hai api menjadi dinginlah, dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim.' Mereka hendak berbuat makar terhadap Ibrahim, maka Kami menjadikan mereka itu orang-orang yang paling merugi." (Al-Anbiya: 69-70)
* "Atau kamu kira bahwa orang-orang yang mendiami gua dan (yang mempunyai) raqim itu, mereka termasuk tanda-tanda kekuasaan Kami yang mengherankan? (Ingatlah) tatkala pemuda-pemuda itu mencari tempat berlindung ke dalam gua lalu mereka berdoa, 'Wahai Tuhan kami berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami (ini).' Maka kami tutup telinga mereka beberapa tahun dalam gua itu." (Al-Kahfi: 9-12)
2. Penjelasan Rasulullah saw. tentang wali-wali Allah Ta'ala, dan karomah-karomahnya mereka dalam hadits-haditsnya, seperti dalam hadits-hadits berikut ini.
* Sabda Rasulullah saw. yang beliau riwayatkan dari Allah Azza wa Jalla yang berfirman, "Siapa memusuhi wali-Ku, Aku mengumumkan perang terhadapnya. Hamba-Ku tidak mendekat kepada-Ku dengan sesuatau yang paling aku cintai daripada apa yang Aku wajibkan kepadanya. Hamba-Ku tidak henti-hentinya mendekat kepada-Ku dengan ibadah-ibadah sunnah hingga Aku mencintainya. Jika aku telah menintainya, Aku menjadi telinganya di mana ia mendengar dengannya, Aku menjadi matanya di mana ia melihat dengannya, Aku menjadi tangannya di mana ia bertindak dengannya, dan Aku menjadi kakinya di mana ia berjalan dengannya. Jika ia meminta sesuatu kepada-Ku, Aku pasti memberi permintaannya. Jika ia meminta perlindungan kepada-Ku, Aku pasti melindunginya." (Diriwayatkan Al-Bukhari).
* Sabda Rasulullah saw. dalam haditsnya yang beliau riwayatkan dari Allah Ta'ala yang berfirman, "Aku pasti balas dendam bagi wali-wali-Ku seperti balas dendamnya singa yang marah."
* "Sesungguhnya Allah mempunyai orang-orang jika mereka bersumpah dengan Allah, maka Allah pasti mengabulkan sumpahnya." (Muttafaq Alaih).
* "Sungguh pada umat-umat sebelum kalian terdapat orang-orang muhaddatsun (orang yang diberi ilham kebenaran di mulut mereka). Jika di umatku terdapat salah seorang dari mereka, maka dialah Umar bin Khaththab." (Muttafaq Alaih).
* "Seorang wanita menyusui anaknya, kemudian ia melihat seorang laki-laki mengendarai kuda molek, ia pun berkata, ‘Ya Allah, jadikan anakku seperti itu.' Kemudian anak yang disusuinya menoleh ke arah orang tersebut, dan berkata, ‘Ya Allah, jangan jadikan aku seperti dia'." (Muttafaq Alaih). Ucapan anak yang masih menyusui tersebut adalah karamah bagi ayahnya, dan bagi dia sendiri.
* Sabda Rasulullah saw. tentang kisah ahli ibadah Juraij, dan ibunya, ketika ibunya berkata, "Ya Allah, jangan matikan dia (Juraij) hingga Engkau memperlihatkan padanya wajah wanita-wanita pelacur." Allah Ta'ala mengabulkan doa ibu Juraij sebagai karamah dari-Nya kepadanya. Ahli ibadah, Juraij berkata -ketika ia dituduh bahwa bayi haram adalah anaknya- kepada bayi tersebut, "Siapa ayahmu, nak?" Bayi tersebut menjawab, "Ayahku adalah pengembala kambing." (Diriwayatkan Al-Bukhari). Ucapan bayi tersebut adalah karamah bagi Juraij.
* Sabda Rasulullah saw. tentang tiga sekawan yang tertahan di dalam gua karena batu menutup pintunya, kemudian mereka berdoa kepada Allah Ta'ala dan mendekat kepada-Nya dengan amal perbuatan mereka. Allah Ta'ala pun mengabulkan doa mereka, dan membukakan pintu gua bagi mereka, hingga mereka dapat keluar daripadanya dengan selamat. Itu adalah karomah mereka. (Muttafaq Alaih).
* Sabda Rasulullah saw. tentang pendeta dengan muridnya. Beliau berkisah bahwa murid pendeta tersebut melempar batu ke hewan yang menghalangi perjalanan manusia, kemudian hewan tersebut mati, dan manusia pun bisa berjalan kembali dengan normal. Itu adalah karamah bagi murid tersebut. Raja ketika itu berupaya membunuh sang murid dengan berbagai cara, namun semuanya gagal. Bahkan, mereka melemparkanya dari gunung tinggi, namun sang murid tidak mati. Raja melempar sang murid ke laut, namun ia keluar daripadanya dengan berjalan dan tidak mati. Itun semua adalah karamah bagi sang murid yang beriman dan shalih. (Diriwayatkan Al-Bukhari).
3. Penglihatan langsung ribuan ulama terhadap para wali dan karamah-karamah mereka yang tidak bisa dihitung (sebagian besar karomah-karomah ini disebutkan dalam Shahih Al-Bukhari, Sunan-Sunan yang shahih, dan atsar-atsar yang diterima dengan mutawatir).
* Diriwayatkan bahwa para malaikat mengucapkan salam kepada Imran bin Hushain r.a.
* Salman dan Abu Darda' Radhiyallahu Anhuma makan di salah satu piring, kemudian piring tersebut, atau makanan yang ada di dalamnya bertasbih.
* Khabbab r.a. ditawan di Makkah, kemudian ia diberi anggur oleh seseorang yang kemudian ia makan, padahal di Makkah tidak ada anggur.
* Al-Barra' bin Azib, jika ia bersumpah dengan sesuatu kepada Allah Ta'ala, maka Dia mengabulkannya. Di Perang Al-Qadisiyyah, ia bersumpah kepada Allah Ta'ala, agar Dia membuat kaum Muslimin bisa memenggal kepala orang-orang musyrikin. Dan ia orang yang pertama kali syahid di dalamnya. Permintaan Al-Barra' bin Azib tersebut betul-betul terkabul.
* Ketika Umar bin Khaththab r.a. berkhutbah di atas mimbar Rasulullah saw., tiba-tiba ia berkata "Hai Sariyah, ke gunung! Hai Sariyah, ke gunung!" Umar bin Khaththab memberi pengarahan kepada komandan pasukan yang bernama Sariyah, dan Sariyah pun mendengar suara Umar bin Khaththab. Kemudian pasukan bergerak ke gunung. Itu adalah kemenangan mereka, dan kekalahan musuh-musuh mereka, kaum musyrikin. Ketika Sariyah pulang ke Madinah, ia bercerita kepada Umar bin Khaththab dan para sahabat, bahwa ia mendengar suara Umar bin Khaththab yang diucapkan di atas mimbar Rasulullah saw.
* Jika Al-Ala' bin Al-Hadhrami r.a. berkata dalam doanya, "Wahai Dzat Yang Maha Mengetahui, Wahai Dzat Yang Maha Bijaksana, Wahai Dzat Yang Maha Tinggi dan Wahai Dzat Yang Maha Agung," maka doanya dikabulkan Allah Ta'ala. Bahkan, ketika ia dan pasukannya mengarungi lautan, maka pelana kuda-kuda mereka tidak basah.
* Hasan Basri mendoakan keburukan kepada orang yang menyakitinya, kemudian orang tersebut meninggal dunia saat itu juga.
* Salah seorang dari An-Nakh'i sedang mengendarai keledainya, tiba-tiba keledainya mati dalam perjalanannya. Kemudian ia berwudhu, shalat dua rakaat, dan berdoa kepada Allah Azza wa Jalla. Tiba-tiba Allah menghidupkan kembali keledainya, kemudian ia letakkan barangnya di atas keledainya lagi. Dan karamah-karamah lainnya yang tidak bisa dihitung, dan disaksikan ribuan manusia, bahkan jutaan manusia.

Umar bin Abdurrahman Al athos

Kita tentu tidak asing lagi dengan Rotib Al athos yang selalu di baca baik itu di majlis-majlis ta’lim maupun di amalkan secara individu. Rotib AL athos adalah susunan dzikir yang disusun oleh Habib Umar bin Abdurrahman Alathos. Beliau adalah seorang ulama besar yang lahir di Hadro maut Yaman pada tahun 992 H atau 1572 M Di kota Isnat. Ayah beliau bernama Al habib Abdurrahman bin aqil dan Ibunya bernama syarifah Muznah binti Muhammad Al jufri. Karamah kewalian Habib Umar bin abdurrahman Al athos sudah nampak sejak beliau dalam kandungan ibunya ,janin tersebut bersin dan tentu ini adalah sesuatu diluar kebiasaan manusia pada umumnya dan hingga beliau mendapat gelar “Al athos { orang yang bersin }. Sejak kecil beliau sudah mengalami kebutaan namun tidak mengurangi semangat beliau dalam menuntut ilmu. Beliau belajar dari ayahnya dan ulama-ulama setempat lainnya seperti Syeck Umar bin isa,Syeck abu bakar bin salim dan Habib Husein bin syech abubakar bin salim.beliu juga membuka taklim dengan mengajarkan ilmu agama. Dakwahnya pun menyebar ke segenap penjuru Hadramaut.

Belakangan ia dikenal sebagai seorang sufi yang banyak menguasai ilmu lahir dan batin, pengayom anak yatim piatu, janda, dan fakir miskin. Siang mengajar, malamnya ia gunakan untuk melakukan riyadhah, beribadah, bermunajat kepada Allah SWT, dan sangat jarang tidur.
Sebagai ulama besar dan sufi, Habib Umar dikenal dengan beberapa karamahnya. Ia sangat termasyhur, bahkan sampai ke negari Cina. Suatu hari, salah seorang anak Habib Abdurrahman melawat ke Cina. Di sana ia bertemu seorang sufi yang memberi salam dan hormat, padahal ia tidak mengenalnya.
”Bagaimana engkau mengenalku, padahal kita belum pernah berjumpa?” tanyanya.
”Bagaimana aku tidak mengenal engkau? Ayahmu, Habib Umar bin Abdurrahman Al-Atthas, adalah guru kami, dan kami sangat menghormatinya. Habib Umar sering datang ke negeri kami dan ia sangat terkenal di negeri ini,” jawab sufi tersebut. Padahal jarak antara Hadramaut dan Cina sangat jauh, namun Habib Umar telah berdakwah sampai ke sana.
Syekh Muhammad Baqais, salah seorang muridnya, bercerita, ”Satu kali Habib Umar mendamaikan beberapa suku yang berperang sampai berkali-kali. Tapi, tetap saja ia tidak mendapatkan tanggapan baik. Karena itu beliau pun melemparkan biji tasbihnya kepada mereka. Dengan izin Allah biji tasbih itu menjadi ular. Barulah mereka sadar dan mohon maaf.”
Nama Habib Umar tak bisa dipisahkan dari karya agung yang diberinya judul ‘Azizul Manal wa Fathu Babil Wishal, alias “Anugerah nan Agung dan Pembuka Pintu Tujuan” – yang di belakang hari sangat terkenal sebagai Ratib Al-Atthas. Habib Umar sendiri berwasiat, “Rahasia dan hikmah telah kutitipkan di dalam ratib itu.”

Melindungi Kota
Menurut Habib Abdurrahman Al-Habsyi (Kwitang, Jakarta Pusat), Ratib Al-Aththas lebih tua dibanding Ratib Al-Haddad. Ratib Al-Haddad disusun pada 1071 H/1651 M oleh Habib Abdullah Al-Haddad, atau sekitar 350 tahun lalu, sedang Ratib Al-Atthas disusun jauh sebelumnya. Ada beberapa wirid atau doa yang tidak ada dalam Ratib Al-Atthas tapi terdapat dalam Ratib Al-Haddad, demikian pula sebaliknya. Namun, seperti ratib-ratib yang lain, keduanya tetap mengacu pada doa yang diajarkan oleh Rasulullah SAW.
Ratib Al-Atthas biasa dibaca usai salat Magrib, tapi boleh juga dibaca setiap pagi, siang, atau tengah malam. Bisa dibaca sendiri atau secara berjemaah. Manfaat ratib ini sangat besar. Bahkan ada sebagian ulama yang mengatakan, dengan membaca Ratib Al-Atthas atau Ratib Al-Haddad setiap malam, Allah SWT akan menjaga dan memelihara seluruh penghuni kota tempat tinggal kita, menganugerahkan kesehatan, dan mengucurkan rezeki-Nya kepada segenap penduduk.
Dalam keadaan sangat khusus dan mendesak, ratib tersebut bisa dibaca tujuh hingga 41 kali berturut-turut. Pendapat ini mengacu pada beberapa hadis Rasulullah SAW tentang manfaat istigfar dan doa-doa lainnya. Sebab, dalam ratib-ratib tersebut antara lain terdapat selawat, tahlil, tasbih, tahmid, dan istigfar.
Begitu hebat fadilah atau keutamaan ratib-ratib itu, hingga Habib Husein bin Abdullah bin Muhammad bin Muhsin bin Husein Al-Atthas menyatakan bahwa mereka yang mengamalkan ratib tersebut tidak akan terluka jika pada suatu hari terpatuk ular. “Orang yang biasa mengamalkan ratib-ratib itu tidak akan merasa takut, ia akan selamat dari segala yang ditakuti,” katanya.
Betapa hormat para ulama kepada Habib Umar bin Abdurrahman Al-Atthas. Tergambar ketika suatu hari seorang ulama, Syekh Salim bin Ali, mengunjungi Imam Masjidilharam, Habib Muhammad bin Alwi Assegaf, dan menyampaikan salam dari Habib Umar. Seketika itu juga Habib Muhammad pun menundukan kepala sejenak, lalu katanya, ”Layaklah setiap orang menundukkan kepala kepada Habib Umar. Demi Allah, saya mendengar suara gemuruh di langit untuk menghormati beliau. Sementara di bawah langit ini tidak ada orang lebih utama daripada beliau.”
Habib Umar bin Abdurrahman Al-Atthas wafat pada 23 Rabiulakhir 1072 H/1652 M, dan jenazahnya dimakamkan di Hadramaut

Rabu, 21 Juli 2010

Ratib Al-Athos

Arti Kata Ratib

Kata ratib (rootib) mempunyai banyak arti, sedangkan yang dimaksudkan di sini adalah berasal dari kata ro – ta – ba yang berarti mengatur atau menyusun. Ratib adalah suatu yang tersusun, teratur dengan rapi. Seperti dalam istilah sholat sunnah rawatib, adalah sholat-sholat sunnah yang diamalkan oleh Rasulullah SAW pada waktu-waktu tertentu. Begitupun dengan Ratib Al-Athos yang mengandung zikir-zikiran berupa do’a yang berasal dari Al-Qur’an dan Hadis Nabi SAW yang telah tersusun dan dibaca pada waktu-waktu tertentu.


Dalam kitab Al-Qirthos, istilah Ratib berarti penjaga; pelindung; tameng atau benteng. Maksudnya adalah do'a-do'a yang mengandung perlindungan atau penjagaan. hal ini pun dapat kita lihat dalam isi Ratib Al-Athos yang mengandung banyak do'a atau permohonan penjagaan kepada Allah SWT mulai dari hal-hal zhohir (lahir atau jasmani) hingga penjagaan hal-hal bathin (rohani).


Istilah ratib digunakan kebanyakan di negeri Hadramaut dalam menyebut zikiran-zikiran yang biasanya pendek dengan bilangan zikir yang sedikit (seperti 3, 7, 10, 11 dan 40) diamalkan dan dibaca pada waktu-waktu tertentu, yaitu sekali pada waktu pagi dan sekali pada waktu malam.


Sebenarnya banyak sekali ratib-ratib lain yang serupa dengan Ratib Al-Athos, diantaranya Ratib Al-Haddad, Ratib Al-Idrus, Ratib Al-Muhdhor dan lain-lain.


Penyusun

Beliau adalah Al-Habib Umar bin Abdurrahman Al-Athos. Sedangkan nasab lengkapnya adalah Umar bin Abdurrahman bin Aqil bin Salim bin Ubaidullah bin Abdurrahman bin Abdullah bin Syeikh al-Ghauts Abdurrahman As-Seggaf bin Muhammad Maula Dawilah bin Ali bin Alawi bin Muhammad bin Alwi bin Ubaidullah bin Imam al-Muhajir Ahmad bin Isa bin Muhammad an-naqib bin Imam Ali al-Uraidhi bin Ja’far as-Shodiq bin Imam Muhammad al-Baqir bin al-Imam Ali Zainal Abidin bin al-Imam Husein as-Sibth bin al-Imam Ali bin Abi Thalib dan al-Batul as-Sayyidah Fatimah az-Zahrah binti Rasulullah SAW.


Beliau dilahirkan di Lisk dekat dengan desa Ainat, dibagian bawah negeri Hadramaut di akhir abad ke-10, tepatnya pada tahun 992 H. Sejak kecil beliau diasuh dan dididik oleh ayah beliau sendiri, al-Habib Abdurrahman bin Aqil. Sejak kecil mata beliau buta. Namun demikian Allah SWT memberi kecderdasan otak dan bashirah sehingga beliau mudah menghafal apa saja yang pernah didengarnya. Ayah beliau pernah berkata kepada Syeikh Abdurrahman bin Aqil al-Junied Bawazir, yang dikenal dengan panggilan al-Mu’allim; “Hendaknya anda lebih banyak memberikan perhatian kepada Umar, karena kedua matanya tidak dapat melihat”. Syekh Abdurrahman menjawab: “Meskipun kedua mata Umar tidak dapat melihat, tetapi pandangan bashirahnya dapat melihat disebabkan hatinya bersinar”.


Sejak kecil beliau anak yang tekun beribadah, hidup zuhud dan telah tampak tanda-tanda kebesaran pada diri beliau. Sejak kecil, beliau sering ke kota Tarim dari dusunnya, Lisk dan melakukan sholat dua rakaat di setiap masjid yang ada di kota Tarim, bahkan kadang menimba air dari sumur untuk mengisi kolam-kolam masjid.


Beliau adalah salah satu guru utama dari al-Habib Abdullah al-Haddad, penyusun Ratib al-Haddad. Oleh karenanya Ratib al-Haddad banyak dipengaruhi oleh Ratib al-Athos.


Al-Habib Umar bin Abdurrahman al-Athos wafat di Nafhun pada malam kamis 23 Rabiul Akhir 1072 H dan dimakamkan di Huraidhah.

Nama Lain Ratib Al-Athos

Ratib Al-Athos mempunyai banyak nama, diantaranya:

  1. Aziiz al-Manaal wa Fath Baab al-Wishol (“Sesuatu yang sukar diperoleh dan kunci bagi pintu penghubung kepada Allah SWT)
  2. Husn al-Hashin (“Kubu yang kukuh”)
  3. Al-Kibriyaat al-Ahmar (“Belerang yang merah”)
  4. Zubdat al-Adzkar (“Pati segala zikir”)
  5. Maghnaathiis al-Asror Liman Wazhoba ‘Alaihi bi al-Lail wa an-Nahar (“Magnet segala rahasia bagi mereka yang tetap mengamalkannya pada waktu malam dan siang”)
  6. Ad-Diryaaq al-Mujarrob (“Penawar bagi racun yang mujarab”)
  7. Manhal al-Manaal wa fath Baab al-Wishol (“Sumber pencapaian dan kunci bagi penghubung kepada Allah SWT”)

Isi Ratib Al-Athos

1. Do’a perlindungan, penjagaan dan pemeliharaan Allah SWT

2. Do’a ampunan Allah SWT

3. Shalawat

4. Tahlil

5. Tasbih

6. Takbir

7. Tawakkal dan kepasrahan kepada Allah SWT

Riwayat Al Habib Al Ustadz Muhammad bin Husein bin Ali bin Muhammad Ba’abud



Inilah ringkasan riwayat hidup As Sayyid Al Habib Al Ustadz Muhammad bin Husein bin Ali bin Muhammad Ba’abud Al Alawi Al Husaini yang berhubungan dengan nasab beliau, masa pertumbuhan beliau, keluarga beliau, masa pendidikan, serta jasa beliau di dalam mengajarkan Al-Qur’an, bahasa Al-Qur’an, hukum-hukum syariat islam, dan lain sebagainya. Semoga ALLAH SWT menjadikan ringkasan ini sebagai ‘ibroh yang bermanfaat bagi diri kita sekalian dan sebagai peringatan bagi anak cucu beliau serta para kerabat dan murid beliau, amin. Allohumma amin.

Nasab beliau dari pihak ayah :
Muhammad bin Husein bin Ali bin Muhammad bin Abdurrahman bin Abdullah bin Zein bin Musyayakh bin Alwi bin Abdullah bin Al Mu’allim Muhammad Ba’abud bin Abdullah yang bergelar ‘Abud bin Muhammad Maghfun bin Abdurrahman Ba-buthoinah bin Ahmad bin Alwi bin Al Faqih Ahmad bin Abdurrahman bin Alwi yang dikenal dengan ‘Ammul Faqih bin Syech Muhammad Shohib Mirbath bin Syech Ali Kholi’ Qosam bin Syech Alwi bin Syech Muhammad bin Alwi bin Syech Ubaidillah bin Al Muhajir Ilallah Ahmad bin Isa bin Muhammad An-Naqib bin Ali Al-‘Uroidhi bin Al Imam Ja’far As-Shodiq bin Muhammad Al Baqir bin Al Imam Ali Zainal Abidin bin Al Husein cucu Rasullullah dan buah hatinya bin Ali bin Abi Thalib wabnu Fatimah Az-Zahroh putri Rasulullah SAW.

Adapun nasab beliau dari pihak ibu adalah :
Muhammad bin Ni’mah binti Hasyim bin Abdullah bin Aqil bin Umar bin Aqil bin Syech bin Abdurrahman bin Aqil bin Ahmad bin Yahya bin Hasan bin Ali bin Alwi bin Muhammad Mauladdawilah bin Ali bin Alwi bin Muhammad Al Faqihil Muqoddam bin Ali bin Muhammad Shohib Mirbath dan seterusnya sampai akhir nasab yang tersebut diatas.
Sekilas tentang ayah beliau
:
Al Habib Husein dilahirkan di “Bour”, Hadramaut pada tahun 1288 Hijriyah dari ayahnya Al Habib Ali, seorang yang alim dan Waliyullah yang merupakan salah seorang murid dari Al Habib Abdullah bin Husein bin Thohir dan Al Habib Abdullah bin Husein bil Faqih. Sedangkan ibunya adalah As-Syarifah Muzenah binti Sayyid Muhammad bin Abdullah bin Ja’far Alaydrus yang berasal dari daerah Tarbeh, Hadramaut.Ketika usia Al Habib Husein 3 tahun wafatlah ayah beliau yaitu pada tahun 1291 Hijriyah di ‘Ardh Kheleh, Bour, maka ibundanyalah yang memelihara beliau, adapun ibunda beliau wafat pada tahun 1322 Hijriyah di kota Sewun yaitu yang ketika itu Al Habib Husein telah berada di Jawa.Al Habib Husein dibesarkan di Bour dan belajar ilmu pada guru-guru disana, terutama ialah Al Habib Zein bin Alwi Ba’abud. Pada usia 20 tahun Al Habib Husein menikah dengan As-Syarifah Syifa’ binti As-Sayyid Abdullah bin Zein Ba’abud, yang mana As-Syarifah Syifa’ tersebut wafat di masa hidup Al Habib Husein. Pada tahun 1318 Hijriyah, berlayarlah Al Habib Husein ke Jawa, Indonesia dan berdiam beberapa lama di rumah keponakan beliau Muhammad bin Ahmad bin Ali Ba’abud di Surabaya.Dan setelah wafat keponakan beliau tersebut, Al Habib Hasyim bin Abdullah bin Yahya menulis surat kepada Al Habib Husein yang ketika itu tinggal di Batu Pahat, Malaysia dimana isi surat itu meminta kepada Al Habib Husein untuk kembali ke Indonesia dan menikah dengan anak beliau yaitu janda dari keponakan Al Habib Husein sendiri As-Syarifah Ni’mah, agar supaya Al Habib Husein memelihara anak – anaknya yaitu Sidah, Abdurrahman dan Ahmad, oleh karena Al Habib Hasyim telah mengetahui kebaikan budi pekerti Al Habib Husein dan memilihnya untuk menjadi suami putrinya.Maka datanglah Al Habib Husein ke Surabaya dan menikahinya, dan Allah SWT mengaruniai mereka berdua satu putra dan tujuh putri yaitu Muzenah, Alwiyah, Ruqoyyah, Muhammad, Nur, Maryam, Aminah, dan Aisyah. Al Habib Husein adalah seorang pedagang, beliau mempunyai sebuah toko dan mengirim barang-barang ke Sulawesi dan Kalimantan pada langganan-langganan beliau.Cara hidup Al Habib Husein sangat sederhana, bersih, mengatur waktu sebaik-baiknya, tidur agak sore dan bangun tengah malam untuk bertahajud, di waktu pagi hari pergi ke toko sampai siang hari, beliau lazim sholat berjamaah di Masjid Ampel dan setelah sholat Maghrib beliau lazim mebaca Al-Qur’an dan Rotibul Haddad bersama anak-anaknya.Beliau sangat memuliakan tamu yang datang padanya dan disaat lain beliau gemar membaca kitab-kitab atau menghadiri majlis pengajian Sayyidina Habib Abu Bakar bin Umar bin Yahya di Surabaya, begitu pula beliau banyak mendapat faedah ilmu dari mertuanya Al Habib Hasyim bin Abdullah bin Yahya yang terkenal kealimannya, begitu juga daripada mufti Jakarta masa itu Al Habib Ustman bin Abdullah bin Yahya adik dari mertua beliau apabila datang dari Jakarta ke Surabaya tinggal di rumah beliau dan mengadakan majlis ta’lim dan pengajian selama ia tinggal di Surabaya, dan banyak lagi majlis pengajian atau rouhah para ulama yang beliau hadiri seperti majlis Al ‘Allamah As-Sayyid Yahya Al Mahdali Al Yamani, Majlis Al Habib Muhammad bin Idrus Al Habsyi, Al Habib Muhammad bin Ahmad Al Muhdor, Al Habib Ahmad bin Muhsin Al Haddar yang tinggal di kota Bangil, Majlis Al Habib Alwi bin Thohir Al Haddad mufti Johor, Al Habib Abu Bakar bin Muhammad Assegaf Gresik, dan Al Habib Ali bin Abdurrahman Al Habsyi Kwitang Jakarta yang mana ia adalah juga sahabat beliau semasa menuntut ilmu di Hadramaut, rohimahumullahu ta’ala.Ciri-ciri Al Habib Husein diantaranya ialah beliau berparas tampan dan berkulit putih, berhidung mancung dan berbadan tinggi, bersih pada badan dan pakaiannya. Akhlak beliau murah hati, jujur, kasih sayang terutama pada fakir miskin dan anak-anak kecil, beliau rajin di dalam berumah tangga serta menjunjung tinggi ahli ilmu, dan beliau sering kali berkata pada istrinya dan juga keluarga bahwa ia memohon kepada Allah dan mengharap supaya putra beliau yaitu Al Ustadz Muhammad menjadi seorang yang mengajarkan ilmu, yang mana ALLAH SWT telah mengabulkan do’a tersebut.Al Habib Husein banyak berjasa diantaranya seringkali menjamin pendatang-pendatang baru dari Hadramaut, terkadang memberi uang tanggungan, beliau sering memberi hutang kepada orang yang membutuhkan lalu menghalalkannya, banyak bershodaqoh, menderma untuk masjid ampel, dab beliau adalah sebagai salah satu pengurus Madrasah Al Khoiriyyah Surabaya dan Robitothul Alawiyyah, yang mana beliau bekerja secara jujur dan ikhlas.Pada malam Jum’at tanggal 3 Muharram 1376 Hijriyah bertepatan dengan tanggal 9 Agustus 1956 pukul 10.20 Al Habib Husein pulang ke rahmatullah, banyak sekali para pengantar jenazah beliau dari dalam dan luar kota lalu disembahyangkan di Masjid Jami’ Lawang yang diimami oleh sahabat beliau Qodhi Arob di masa itu yaitu Al Habib Ahmad bin Gholib Al Hamid, dan dimakamkan di pemakaman Bambangan Lawang, rohimahullahu rohmatal abror.Adapun ibunda Al Ustadz Muhammad yaitu As-Syarifah Ni’mah dilahirkan di Surabaya pada tahun 1288 Hijriyah dari seorang ayah yaitu Al Habib Hasyim bin Abdullah bin Aqil bin Yahya, dan dari seorang ibu As-Syarifah Maryam binti Al Habib Abdurrahim bin Abdullah Al Qodiri Al Djaelani keturunan daripada As-Syech Abdil Qodir Al Djaelani.Beliau adalah putri bungsu Al Habib Hasyim, beliau tumbuh di sebuah rumah yang penuh ilmu dan ibadah, yang mana ibunda beliau As-Syarifah Maryam mendapatkan ilmu dan ketaqwaan berkat pendidikan ayahnya Al Habib Abdurrahim yang telah membawanya ke negeri Haromain dan tinggal beberapa lama di Madinatul Munawwaroh dan perjalanannya ke sebagian jazirah arab diantaranya Negeri Baghdad, maka tumbuhlah As-Syarifah Ni’mah ini atas ketaatan dan ketaqwaan dan cinta ilmu, lebih-lebih lagi paman beliau Al Habib Utsman bin Abdullah bin Yahya yang sering datang ke Surabaya dan tinggal di rumahnya menjadikan beliau bertambah ilmu dan cahaya.Beliau sangatlah menjaga sholatnya dan bangun akhir malam, membaca Al-Qur’an dan dzikir-dzikir serta sholawat atas Nabi SAW, dan kebanyakan duduk-duduk beliau dengan para tamunya perempuan berisikan masalah-masalah agama, nasehat-nasehat atau membaca kitab-kitab, syair-syair dan hikayat-hikayat yang bermanfaat. Beliau sangatlah menjaga diri, bersih, murah hati dan membantu suaminya di dalam menerima tamu, bahkan setiap hari beliau membuat makanan-makanan untuk persiapan jika datang tamu, lalu jika tidak ada tamu yang datang beliau mengirimkan makanan tersebut ke Masjid yang dekat dengan rumahnya sebagai sedekah untuk anaknya yang telah meninggal dunia dan para kerabat beliau, khususnya kedua orang tua beliau.
As-Syarifah Ni’mah pulang ke rahmatullah pada pagi hari Jum’at pukul 06.40 pada tanggal 5 Jumadil Ula tahun 1358 Hijriyah bertepatan dengan tanggal 23 Juni 1939 Masehi, dan dimakamkan di pemakaman Pegirian Surabaya di belakang makam ayahanda beliau Al Habib Hasyim bin Abdullah bin Yahya, rohimahumullahu jami’an amin.
Demikianlah sedikit tentang kedua orang tua Al Ustadz Muhammad bin Husein Ba’ab Ada pun beliau Al Ustadz Muhammad dilahirkan di Surabaya daerah Ampel Masjid di sebuah rumah keluarga yang dekat dengan Masjid Ampel sekitar 20 meter, pada malam Rabu tanggal 9 Dzulhijjah tahun 1327 Hijriyyah. Menurut cerita ayahanda beliau bahwa ibunda beliau saat melahirkan beliau mengalami kesukaran hingga pingsan, maka ayahanda beliau bergegas mendatangi rumah Al Habib Abu Bakar bin Umar bin Yahya yang memberikan air kepada ayahanda beliau untuk diminumkan pada ibunda beliau, maka setelah diminumkannya air tersebut, dengan kekuasaan Allah ibunda beliau melahirkan dengan selamat. Dan Al Habib Abu Bakar bin Yahya berpesan untuk dilaksanakan sunnah aqiqoh dengan dua ekor kambing tanpa mengundang seseorang pada waktu walimah kecuali sanak keluarga ibunda beliau saja, maka terlaksanalah walimah tersebut dengan dihadiri oleh Al Habib Abu Bakar bin Yahya, dan beliau pula lah yang memberi nama dengan nama “Muhammad” disertai dengan pembacaan do’a – do’a dan fatihaah dari beliau.Al Ustadz Muhammad mendapatkan kasih sayang dari kedua orang tuanya dari masa kecilnya, lebih – lebih ayahanda beliau sedikit memanjakan beliau dikarenakan beliau adalah putra satu – satunya dan juga disebabkan firasat baik ibunda beliau terhadap beliau. Lalu pada saat umur beliau 7 tahun adalah masa beliau berkhitan, yang mana ayahanda beliau mengadakan walimah yang besar, dan setelah itu ayahanda beliau memasukkan beliau di madrasah Al Mu’allim Abdullah Al Maskati Al Qodir, hal ini sesuai isyaroh dari Al habib Abu Bakar bin Umar bin Yahya, akan tetapi beliau tidak mendapat banyak dari Al Mu’allim Al Maskati tersebut dan tidaklah lama masa belajar beliau disitu, kemudian ayahanda beliau memasukkannya di madrasah Al Khoiriyyah. Dan dikarenakan pada masa itu susunan pelajaran di dalam madrasah tidaklah seperti yang diharapkan, disebabkan oleh tidak adanya kemampuan yang cukup bagi para pengajarnya, maka beliau merasa tidak mendapatkan pelajaran kecuali hanya sedikit, akan tetapi setelah beliau berada di kelas 4 terbukalah hati beliau untuk ilmu, terutama setelah datangnya para tenaga pengajar dari Tarim Hadramaut, seperti guru beliau Al Habib Abdul Qodir bin Ahmad bil Faqih dan Al Habib Hasan bin Abdullah Alkaf, ditambah dengan adanya guru-guru yang mempunyai kemampuan yang cukup seperti Al Habib Abdurrohman binahsan bin Syahab dan terutama oleh karena perhatian dari Al Arif billah Sayyidinal Habib Muhammad bin Ahmad Al Muhdor, yang mana Al Ustadz Muhammad merasakan berkat pandangan serta do’a-do’a beliau di dalam majlis-majlis rouhahnya, dimana Al Ustadz Muhammad sangatlah rajin menghadirinya, dan telah membaca beberapa kitab di hadapan beliau, juga bernasyid “Rosyafat” gubahan Al Habib Abdurrohman bin Abdullah bil Faqih dihadapan beliau bersama As Sayyid Ali bin Abu Bakar bin Umar bin Yahya. Al Habib Muhammad Al Muhdor sangat menyayangi beliau dan sering kali mendo’akan beliau, maka ketika itulah beliau merasa mendapatkan futuh dan manfaat juga barokah daripada belajar ilmu. Berlangsunglah masa belajar beliau di kelas 6 sampai hampir 6 tahun, dan di tengah-tengah masa belajar itu beliau sering menggantikan tempat para guru-guru di dalam mengajar bilamana mereka berudzur untuk datang mengajar.
Dan daripada nasib baik bagi beliau yaitu pada akhir tahun ajaran tepatnya pada bulan Sya’ban tahun 1343 Hijriyyah ketika para pelajar yang lulus menerima ijazah kelulusan yang dibagikan langsung oleh Al Habib Muhammad bin Ahmad Al Muhdor, beliau menerima ijazah dengan peringkat ke-satu dari seluruh pelajar yang lulus waktu itu, bersamaan dengan itu Al Habib Muhammad Al Muhdor menghadiahkan kepada beliau sebuah jam kantong yang bermerk “Sima”. Lalu Al Habib Muhammad Al Muhdor mengusap-usap kepala dan dada beliau sambil mendo’akan beliau ketika Al Habib Aqil bin Ahmad bin Aqil pengurus madrasah waktu itu memberitahukan bahwa Al Ustadz Muhammad tahun itu akan diangkat menjadi guru di Al Madrosatul Khoiriyyah. Setelah beliau menjadi guru di Madrosatul Khoiriyyah, disamping mencurahkan tenaga di dalam memberikan pelajaran pagi dan sore di madrasah beliau juga banyak sekali memberikan ceramah-ceramah di banyak tempat serta menterjemahkan dari bahasa Arab ke bahasa Indonesia ceramah-ceramah para mubaligh Islam yang datang dari luar negeri seperti Ad Da’i As Syech Abdul Alim As Shiddiqi dari India dan yang selainnnya. Rohimahumullahu ta’ala.
Dan inilah diantara guru – guru beliau :
Di dalam tasawwuf dan tarikh ialah ayahanda beliau Al Habib Husein bin Ali Ba’abud, di dalam membaca dan menulis bahasa Arab As Syech Ali bin Ahmad Ba-bubay, di dalam Al Qur’anul karim As Syech Abdullah bin Muhammad Ba Mazru’, dalam bahasa Arab, Khot, Insya’, dan Hisab As Sayyid Abdurrohman binahsan bin Syahab, di dalam fiqih, tafsir, tasawwuf, nahwu, dan ilmu balaghoh Al Habib Abdul Qodir bin Ahmad bil Faqih, di dalam fiqih dan tajwid Al Habib Hasan bin Abdullah Alkaf, di dalam nahwu dan hisab As Sayyid Ja’far bin Zein Aidid.
Selain guru-guru ini masih banyak lagi dari golongan para wali dan alim ulama yang beliau sering membaca kitab-kitab di hadapan mereka, dan kebanyakannya adalah kitab-kitab hadits, tasawwuf, dan kitab-kitab karangan para salaf Alawiyyin. Diantara para ulama tersebut adalah :
Al Habib Muhammad bin Ahmad Al Muhdor dari Bondowoso, Al Habib Ali bin Abdurrohman Al Habsyi Kwitang Jakarta, Al Habib Abu Bakar bin Muhammad Assegaf Gresik, Al Habib Al Alamah Alwi bin Thohir Al Haddad Johor, Al Habib Thohir bin Ali Al Jufri, Al Habib Ahmad bin Tholibul Athos Pekalongan, Al Habib Abdurrohman bin Zein Ba’abud, dan Al Habib Zein bin Muhammad Ba’abud, rodhiallahuanhum.
Pada tahun 1348 Hijriyyah, tepatnya pada hari Kamis sore tanggal 22 bulan Robi’ust Tsani ayahanda beliau menikahkan beliau dengan As Syarifah Aisyah binti As Sayyid Husein bin Muhammad bil Faqih, walimatul aqad berlangsung di rumah ayahanda beliau, dan yang menjadi wali adalah saudara kandung As Syarifah Aisyah yaitu As Sayyid Syech bin Husein bil Faqih yang telah mewakilkan aqad kepada Qodhi Arob di Surabaya masa itu yaitu Al Habib Ahmad bin Hasan bin Smith. Sedangkan walimatul urs pada malam Jum’at 22 Robi’ust Tsani di rumah istri beliau di Nyamplungan gang 4 Surabaya. Allah SWT telah mengaruniai beliau pada pernikahan ini enam putra dan delapan putri.
Pada bulan Jum’adil Akhir tahun 1359 Hijriyyah bertepatan pada bulan Juli 1940 masehi, dengan kehendak ALLAH SWT beliau sekeluarga pindah dari Surabaya ke kota Lawang, dan dikota inilah beliau mendirikan madrasah dan pondok pesantren “Darun Nasyiien”, yang pembukaan resminya jatuh pada awal bulan Rojab 1359 Hijriyyah, bertepatan dengan 5 Agustus 1940 Masehi. Yang mana pondok tersebut mendapat perhatian oleh banyak orang dari Jawa dan luar Jawa, serta memberi hasil dan barokah, alhamdullillah.
Mula-mula tempat untuk madrasah adalah di jalan Talun timur pasar Lawang, yang sekarang berubah namanya menjadi jalan Pandowo, dan setelah beberapa bulan berpindah pula ayahanda beliau dari Surabaya ke Lawang dan tinggal bersama-sama beliau, yang mana menambahkan barokah bagi rumah dan pondok beliau. Dan pada waktu penjajahan Jepang sampai awal masa kemerdekaan berpindah-pindahlah beliau dari satu tempat ke tempat yang lain di daerah sekitar kota Lawang, seperti Karangsono, Simping, dan Bambangan yang ketika itu terjadi serangan penjajah Belanda atas kota Malang. Walhamdulillah pada masa-masa berubah-ubah pemerintahan, pelajaran tidak terputus kecuali pada waktu penjajahan Jepang sekitar 17 hari karena penjajah Jepang pada waktu itu memerintahkan untuk menutup madrasah-madrasah ketika mereka menduduki suatu daerah, lalu ketika kembalinya penjajahan Belanda yang kedua terpaksa beliau menutup madrasah demi keamanan selama 3 bulan saja. Dan semenjak 1 April 1951 beliau sekeluarga pindah ke jalan Pandowo yang beliau diami sampai akhir hayat beliau, yang tepat dibelakangnya terdapat pondok pesantren dengan bangunan yang cukup baik untuk para pelajar yang tinggal, dengan kamar-kamar dan musholla bernama “Baitur Rohmah”, serta kelas-kelas, dan yang telah mengurusi pembangunan serta mengarsiktekturinya adalah putra beliau Al Ustadz Ali bin Muhammad Ba’abud.
Banyak sekali para pengunjung daripada ulama dan orang-orang sholeh ke rumah serta ke pondok beliau, diantara mereka adalah Al Habib Ali bin Abdurrohman Al Habsyi Jakarta, Al Habib Zein bin Abdullah bin Muhsin Al Athos Bogor dan saudaranya Al Habib Husein, Al Habib Sholeh bin Muhsin Al Hamid Tanggul, Al Habib Alwi bin Ali Al Habsyi Solo, Al Habib Alwi bin Abdullah Al Habsyi Barabai Kalimanatan, Al Habib Husein bin Abdullah Al Hamid Tuban, Al Habib Abdul Qodir bin Ahmad bil Faqih Malang, Al Habib Abdullah Umar Alaydrus Surabaya, Al Habib Ali bin Husein Al Athos, Al Habib Salim bin Ahmad bin Jindan, Al Habib Abdul Qodir bin Ahmad Assegaf Jeddah, Al Habib Salim bin Abdullah As Syathiri Tarim, As Sayyid Muhammad bin Alwi bin Abbas Al Maliki Makkah, dan banyak lagi selain mereka yang hal itu semua adalah membuahkan keberkahan Insya ALLAH Ta’ala.
Dan setelah ayahanda beliau wafat, ALLAH SWT mengilhami beliau untuk mengadakan rouhah atau majlis ta’lim pada tiap hari Kamis sore yang ditutup dengan bacaan tahlil atas arwah ayah bunda beliau untuk memperingati mereka berdua serta dengan tujuan memberi manfaat kepada para santri beliau dan selain mereka daripada para pecinta ilmu dari dalam dan luar kota, maka ketika As Sayyid Al Arif billah Al Habib Muhammad bin Umar Alaydrus Surabaya mendengar tentang hal itu beliau sangat gembira seraya mendo’akan untuk Ustadz Muhammad dan majlisnya. Maka dengan rahmat Allah SWT rouhah tersebut telah berlangsung selama 36 tahun di masa hidup beliau dan telah memberi kesan yang sangat baik.
Pengajian rouhah tersebut adalah rouhah yang berbarokah dengan dalil sebagian mimpi-mimpi dari sebagian keluarga dan selain mereka, yaitu bahwa rouhah dan sebagian majlis-majlis yang lain dihadiri oleh An Nabi SAW dan arwah para salafus sholeh, dimana terdapat tanda-tanda yang menunjukkan tentang hal itu, walhamdulillah.
Pada hari Rabu pagi jam 10:20 tanggal 18 Dzulhijjah tahun 1413 Hijriyyah bertepatan dengan tanggal 9 Juni 1993 beliau pulang ke rahmatullah SWT, ayahanda dan guru kami tercinta Al Ustadz Muhammad bin Husein Ba’abud. Almarhum disembahyangkan di pondok pesantren beliau pada keesokan harinya yaitu hari Kamis dan diantar jenazahnya oleh banyak orang ke pemakaman Bambangan Lawang dan dimakamkan beliau disamping makam ayahanda beliau.
Inilah yang diwasiatkan oleh hamba yang faqir kepada rahmat ALLAH SWT Muhammad bin Husein Ba’abud sesuai dengan yang diwasiatkan oleh Al Habib Abdullah bin Husein bin Thohir kepada istri-istrinya dan dzuriyatnya laki-laki dan perempuan selama turun temurun, wasiat ini teruntuk mereka dan untuk siapa saja yang mendengarnya, yaitu :
* Hendaknya mereka menjalankan sunnah-sunnah nya atau perilaku atau perjalan penghulu daripada utusan ALLAH SWT, yaitu Sayyiduna Muhammad SAW, dan juga supaya mengikuti sunnah dan perjalanan para kholifah yang mendapat petunjuk al-khulafaur rosyidin, kesemuanya ini sesuai dengan firman ALLAH SWT dan berdasarkan sabda Rasulullah SAW .
Barangsiapa tidak mampu menjalankan semuanya itu maka setidak-tidaknya janganlah keluar atau menyimpang daripada jalan ataupun petunjuk para salafus sholeh yaitu para leluhur kita yang sholeh serta terbukti kewaliannya. Dan barangsiapa belum mendapat jua taufik hidayat untuk itu semua maka paling tidak hendaknya ia meneladani kepada saya, yaitu meneladani di dalam hal ibadahku juga kholwatku, dan di dalam menjauhkan diri dari kebanyakan orang bersamaan dengan perlakuanku yang baik terhadap anak kecil dan orang besar laki-laki dan perempuan jauh maupun dekat tanpa harus sering berkumpul atau banyak bergaul, dan tanpa harus saling tidak peduli ataupun saling benci-membenci.
* Hendaknya sangatlah berhati-hati di dalam bermusuhan dan berselisih ataupun berkelahi dengan siapa saja, di dalam apa saja dan bagaimanapun juga.
* Bagi yang telah mengalami saya diantara kalian maka janganlah tidak meneladani kepada jalanku yaitu di dalam hal-hal yang sifatnya terpuji, janganlah lebih sedikit dari itu.
* Dan aku wasiatkan kepada mereka semua untuk selalu memohonkan kasih sayang rahmat ALLAH atas diriku serta memohonkan ampun dengan membacakan istighfar untukku sesuai dengan kesanggupannya masing-masing pada setiap waktu dan lebih-lebih di dalam hari-hari As Syuro dan hari-hari di bulan Rojab dan di bulan Romadhon serta bulan Haji dan pada bulan dimana pada bulan dimana ALLAH SWT mentakdirkan akan wafatku, dan barangsiapa diluaskan oleh ALLAH atasnya dan dimudahkan atasnya untuk bershodaqoh maka hendaknya bershodaqoh untukku dengan apa-apa yang ringan atasnya sedikit atau pun banyak khususnya di dalam waktu-waktu yang lima ini. Dan aku mengizinkan bagi siapa saja yang hendak berhaji atau umroh atas diriku, dikerjakan oleh dirinya sendiri ataupun mengupahkan kepada orang lain sesungguhnya perbuatan itu dilipat gandakan oleh ALLAH SWT 10 kali lipat, ALLAH jua lah yang dapat menolong seseorang untuk berbuat kebajikan, semoga ALLAH SWT memberikan pertolongannya bagi diri kita sekalian untuk berbuat baik.* Kemudian aku juga berpesan kepada kalian untuk mempererat tali silaturahmi yaitu ikatan kekeluargaan, karena sesungguhnya silaturahmi itu sangat memberi pengaruh terhadap keberkahan harta dan rezeki dan salah satu penyebab dipanjangkannya umur, silaturahmi itu menunjukkan keluhuran budi pekerti dan tanda-tanda seseorang mendapat kebaikan di hari kemudian. Maka hati-hatilah kalian daripada memutuskan tali persaudaraan, karena sesungguhnya perbuatan itu sangatlah keji juga siksanya sangatlah pedih, seseorang yang memutus silaturrahim itu terkutuk berdasarkan dalil Al Qur’an, orang yang memutus adalah pertanda orang yang lemah iman, orang yang memutus tidak akan mencium bau surga, orang yang memutus maka kesialannya menular kepada tetangga-tetangganya, maka sambunglah tali persaudaraan kalian wahai saudara-saudaraku karena sesungguhnya tali rahim itu bergantung pada salah satu tiangnya singgasana ALLAH yang Maha Pengasih.

* Dan saya berpesan pula kepada diri saya dan kepada orang-orang yang tersebut tadi agar supaya banyak beristikhoroh dan musyawarah di dalam segala urusan dan hendaknya selalu mengambil jalan yang hati-hati, walaupun pada hakekatnya berhati-hati itu tidak dapat meloloskan seseorang daripada ketentuan ALLAH dan takdir-NYA, akan tetapi menjalankan sebab-sebab tidaklah boleh ditinggalkan, justru oleh sebab itulah wasiat atau pesan-pesan dan nasehat-nasehat itu diperlukan dan dianjurkan, oleh karena hal itu semua adalah salah satu segi dari sebab-sebab di dalam mengajak orang kepada ALLAH dan mengajak untuk menuju kebahagiaan serta keselamatan di dunia dan akhirat.

Semoga ALLAH SWT mencurahkan kasih sayangnya terhadap orang-orang yang suka bernasehat dan membalas mereka dengan kebaikan yang banyak, dan semoga ALLAH Ta’ala memberikan taufik kepada kita untuk mengamalkan segala apa yang mereka katakan.

Itulah sekilas tentang salah satu dari waliyullah. Hidupnya digunakan untuk mensyiarkan kebenaran Islam.
Semoga ALLAH memunculkan kembali para wali - wali-NYA yang dapat menuntun manusia menuju kebenaran jalan-NYA.
Amiin.