Jumat, 30 Juli 2010
Kamis, 22 Juli 2010
Wali-Wali Allah
Allah Ta'ala adalah wali mereka yang mencintai dan mendekatkan mereka. Sedang, mereka adalah wali-wali Allah Ta'ala yang mencintai-Nya, mengagungkan-Nya, memerintah dengan perintah-Nya, melaksanakan perintah-Nya, menjauhi larangan-Nya, melarang dengan larangan-Nya, mencintai dengan cinta-Nya, dan marah dengan kemarahan-Nya.
Jika mereka meminta sesuatu kepada Allah Ta'ala, maka Dia memberikan permintaan mereka. Jika mereka meminta pertolongan kepda Allah Ta'ala, maka Dia menolong mereka. Jika mereka meminta perlindungan kepada Allah Ta'ala, maka Dia melindungi mereka. Mereka adalah orang-orang beriman, orang-orang bertakwa, orang-orang yang memiliki karamah, dan orang-orang yang memiliki khabar gembira di dunia dan akhirat.
Setiap orang mukmin dan bertakwa adalah wali Allah Ta'ala. Hanya saja, tingkatan mereka berbeda tergantung kepada ketakwaaan mereka dan keimanan mereka. Siapa saja yang beriman dan ketakwaannya sempurna, maka kedudukannya di sisi Allah Ta'ala tinggi dan karamah-Nya lengkap. Pemimpin para wali adalah para rasul dan para nabi. Dan sesudah mereka adalah kaum Mukminin.
Karamah-karamah yang terjadi kepada wali-wali Allah Ta'ala dari kaum Mukminin, seperti makanan sedikit menjadi banyak, atau menyembuhkan sakit, atau menyelam di laut, atau tidak terbakar oleh api, adalah sejenis mukjizat. Bedanya, mukjizat terjadi setelah adanya tantangan. Contoh tantangan ialah seperti tantangan Rasulullah saw. kepada orang-orang Quraisy, "Bagaimana menurut kalian, jika aku mendatangkan ini dan itu, apakah kalian membenarkanku? Jika tidak, Allah akan menyiksa kalian karena kalian tidak beriman, padahal mukjizat telah diperlihatkan kepada kalian." Sedang, karamah tidak. Karamah terbesar ialah konsisten melaksanakan perintah-perintah yang disyariatkan, dan menjauhi hal-hal haram serta larangan-larangan.
Dalil-Dalil Wahyu
1. Penjelasan Allah Ta'ala tentang wali-wali-Nya, dan karamah-karamah mereka dalam firman-firman-Nya, seperti firman-firman-Nya berikut.
* "Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa. Bagi mereka berita gembira di kehidupan di dunia dan di akhirat. Tidak ada perubahan bagi kalimat-kalimat (janji-janji) Allah yang demikian itu adalah kemenangan yang besar." (Yunus: 62-64)
* "Allah pelindung (wali) orang-orang beriman, Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman)." (Al-Baqarah: 257)
* "Dan mereka bukanlah orang-orang yang berhak menguasainya? Orang-orang yang berhak menguasai(nya), hanyalah orang-orang yang bertakwa." (Al-Anfal: 34)
* "Sesungguhnya pelindungku (waliku) ialah Allah yang telah menurunkan Al-Kitab (Al-Qur'an) dan Dia melindungi orang-orang yang shalih." (Al-A'raf: 196)
* "Demikianlah, agar Kami memalingkan daripadanya kemungkinan dan kekejian sesungguhnya Yusuf termasuk hamba-hamba Kami yang terpilih." (Yusuf: 24)
* "Sesungguhnya hamba-hamba-Ku, kamu tidak dapat berkuasa atas mereka." (Al-Isra': 65)
* "Setiap Zakaria masuk untuk menemui Maryam di mihrab, ia dapati makanan di sisinya. Zakaria berkata, ‘Hai Maryam dari mana kamu memperoleh (makanan) ini?' Maryam menjawab, ‘Makanan itu dari sisi Allah'." (Ali Imran: 37)
* "Sesungguhnya Yunus benar-benar salah seorang rasul. (Ingatlah) ketika ia lari ke kapal yang penuh muatan. Kemudian ia ikut berundi lalu dia termasuk orang-orang yang kalah dalam undian. Maka ia ditelah oleh ikan paus besar dalam keadaan tercela. Maka kalau sekiranya dia tidak termasuk orang-orang yang banyak mengingat Allah. Niscaya ia akan tetap tinggal di perut ikan itu sampai hari berbangkit." (As-Shaffaat: 139-144)
* "Maka Jibril menyerunya dari tempat yang rendah, ‘Janganlah kamu bersedih hati, sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan anak sungai di bawahmu. Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu. Maka makan, minum dan bersenang hatilah kamu." (Maryam: 24-26)
* "Kami berfirman, ‘Hai api menjadi dinginlah, dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim.' Mereka hendak berbuat makar terhadap Ibrahim, maka Kami menjadikan mereka itu orang-orang yang paling merugi." (Al-Anbiya: 69-70)
* "Atau kamu kira bahwa orang-orang yang mendiami gua dan (yang mempunyai) raqim itu, mereka termasuk tanda-tanda kekuasaan Kami yang mengherankan? (Ingatlah) tatkala pemuda-pemuda itu mencari tempat berlindung ke dalam gua lalu mereka berdoa, 'Wahai Tuhan kami berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami (ini).' Maka kami tutup telinga mereka beberapa tahun dalam gua itu." (Al-Kahfi: 9-12)
2. Penjelasan Rasulullah saw. tentang wali-wali Allah Ta'ala, dan karomah-karomahnya mereka dalam hadits-haditsnya, seperti dalam hadits-hadits berikut ini.
* Sabda Rasulullah saw. yang beliau riwayatkan dari Allah Azza wa Jalla yang berfirman, "Siapa memusuhi wali-Ku, Aku mengumumkan perang terhadapnya. Hamba-Ku tidak mendekat kepada-Ku dengan sesuatau yang paling aku cintai daripada apa yang Aku wajibkan kepadanya. Hamba-Ku tidak henti-hentinya mendekat kepada-Ku dengan ibadah-ibadah sunnah hingga Aku mencintainya. Jika aku telah menintainya, Aku menjadi telinganya di mana ia mendengar dengannya, Aku menjadi matanya di mana ia melihat dengannya, Aku menjadi tangannya di mana ia bertindak dengannya, dan Aku menjadi kakinya di mana ia berjalan dengannya. Jika ia meminta sesuatu kepada-Ku, Aku pasti memberi permintaannya. Jika ia meminta perlindungan kepada-Ku, Aku pasti melindunginya." (Diriwayatkan Al-Bukhari).
* Sabda Rasulullah saw. dalam haditsnya yang beliau riwayatkan dari Allah Ta'ala yang berfirman, "Aku pasti balas dendam bagi wali-wali-Ku seperti balas dendamnya singa yang marah."
* "Sesungguhnya Allah mempunyai orang-orang jika mereka bersumpah dengan Allah, maka Allah pasti mengabulkan sumpahnya." (Muttafaq Alaih).
* "Sungguh pada umat-umat sebelum kalian terdapat orang-orang muhaddatsun (orang yang diberi ilham kebenaran di mulut mereka). Jika di umatku terdapat salah seorang dari mereka, maka dialah Umar bin Khaththab." (Muttafaq Alaih).
* "Seorang wanita menyusui anaknya, kemudian ia melihat seorang laki-laki mengendarai kuda molek, ia pun berkata, ‘Ya Allah, jadikan anakku seperti itu.' Kemudian anak yang disusuinya menoleh ke arah orang tersebut, dan berkata, ‘Ya Allah, jangan jadikan aku seperti dia'." (Muttafaq Alaih). Ucapan anak yang masih menyusui tersebut adalah karamah bagi ayahnya, dan bagi dia sendiri.
* Sabda Rasulullah saw. tentang kisah ahli ibadah Juraij, dan ibunya, ketika ibunya berkata, "Ya Allah, jangan matikan dia (Juraij) hingga Engkau memperlihatkan padanya wajah wanita-wanita pelacur." Allah Ta'ala mengabulkan doa ibu Juraij sebagai karamah dari-Nya kepadanya. Ahli ibadah, Juraij berkata -ketika ia dituduh bahwa bayi haram adalah anaknya- kepada bayi tersebut, "Siapa ayahmu, nak?" Bayi tersebut menjawab, "Ayahku adalah pengembala kambing." (Diriwayatkan Al-Bukhari). Ucapan bayi tersebut adalah karamah bagi Juraij.
* Sabda Rasulullah saw. tentang tiga sekawan yang tertahan di dalam gua karena batu menutup pintunya, kemudian mereka berdoa kepada Allah Ta'ala dan mendekat kepada-Nya dengan amal perbuatan mereka. Allah Ta'ala pun mengabulkan doa mereka, dan membukakan pintu gua bagi mereka, hingga mereka dapat keluar daripadanya dengan selamat. Itu adalah karomah mereka. (Muttafaq Alaih).
* Sabda Rasulullah saw. tentang pendeta dengan muridnya. Beliau berkisah bahwa murid pendeta tersebut melempar batu ke hewan yang menghalangi perjalanan manusia, kemudian hewan tersebut mati, dan manusia pun bisa berjalan kembali dengan normal. Itu adalah karamah bagi murid tersebut. Raja ketika itu berupaya membunuh sang murid dengan berbagai cara, namun semuanya gagal. Bahkan, mereka melemparkanya dari gunung tinggi, namun sang murid tidak mati. Raja melempar sang murid ke laut, namun ia keluar daripadanya dengan berjalan dan tidak mati. Itun semua adalah karamah bagi sang murid yang beriman dan shalih. (Diriwayatkan Al-Bukhari).
3. Penglihatan langsung ribuan ulama terhadap para wali dan karamah-karamah mereka yang tidak bisa dihitung (sebagian besar karomah-karomah ini disebutkan dalam Shahih Al-Bukhari, Sunan-Sunan yang shahih, dan atsar-atsar yang diterima dengan mutawatir).
* Diriwayatkan bahwa para malaikat mengucapkan salam kepada Imran bin Hushain r.a.
* Salman dan Abu Darda' Radhiyallahu Anhuma makan di salah satu piring, kemudian piring tersebut, atau makanan yang ada di dalamnya bertasbih.
* Khabbab r.a. ditawan di Makkah, kemudian ia diberi anggur oleh seseorang yang kemudian ia makan, padahal di Makkah tidak ada anggur.
* Al-Barra' bin Azib, jika ia bersumpah dengan sesuatu kepada Allah Ta'ala, maka Dia mengabulkannya. Di Perang Al-Qadisiyyah, ia bersumpah kepada Allah Ta'ala, agar Dia membuat kaum Muslimin bisa memenggal kepala orang-orang musyrikin. Dan ia orang yang pertama kali syahid di dalamnya. Permintaan Al-Barra' bin Azib tersebut betul-betul terkabul.
* Ketika Umar bin Khaththab r.a. berkhutbah di atas mimbar Rasulullah saw., tiba-tiba ia berkata "Hai Sariyah, ke gunung! Hai Sariyah, ke gunung!" Umar bin Khaththab memberi pengarahan kepada komandan pasukan yang bernama Sariyah, dan Sariyah pun mendengar suara Umar bin Khaththab. Kemudian pasukan bergerak ke gunung. Itu adalah kemenangan mereka, dan kekalahan musuh-musuh mereka, kaum musyrikin. Ketika Sariyah pulang ke Madinah, ia bercerita kepada Umar bin Khaththab dan para sahabat, bahwa ia mendengar suara Umar bin Khaththab yang diucapkan di atas mimbar Rasulullah saw.
* Jika Al-Ala' bin Al-Hadhrami r.a. berkata dalam doanya, "Wahai Dzat Yang Maha Mengetahui, Wahai Dzat Yang Maha Bijaksana, Wahai Dzat Yang Maha Tinggi dan Wahai Dzat Yang Maha Agung," maka doanya dikabulkan Allah Ta'ala. Bahkan, ketika ia dan pasukannya mengarungi lautan, maka pelana kuda-kuda mereka tidak basah.
* Hasan Basri mendoakan keburukan kepada orang yang menyakitinya, kemudian orang tersebut meninggal dunia saat itu juga.
* Salah seorang dari An-Nakh'i sedang mengendarai keledainya, tiba-tiba keledainya mati dalam perjalanannya. Kemudian ia berwudhu, shalat dua rakaat, dan berdoa kepada Allah Azza wa Jalla. Tiba-tiba Allah menghidupkan kembali keledainya, kemudian ia letakkan barangnya di atas keledainya lagi. Dan karamah-karamah lainnya yang tidak bisa dihitung, dan disaksikan ribuan manusia, bahkan jutaan manusia.
Umar bin Abdurrahman Al athos
Belakangan ia dikenal sebagai seorang sufi yang banyak menguasai ilmu lahir dan batin, pengayom anak yatim piatu, janda, dan fakir miskin. Siang mengajar, malamnya ia gunakan untuk melakukan riyadhah, beribadah, bermunajat kepada Allah SWT, dan sangat jarang tidur.
Sebagai ulama besar dan sufi, Habib Umar dikenal dengan beberapa karamahnya. Ia sangat termasyhur, bahkan sampai ke negari Cina. Suatu hari, salah seorang anak Habib Abdurrahman melawat ke Cina. Di sana ia bertemu seorang sufi yang memberi salam dan hormat, padahal ia tidak mengenalnya.
”Bagaimana engkau mengenalku, padahal kita belum pernah berjumpa?” tanyanya.
”Bagaimana aku tidak mengenal engkau? Ayahmu, Habib Umar bin Abdurrahman Al-Atthas, adalah guru kami, dan kami sangat menghormatinya. Habib Umar sering datang ke negeri kami dan ia sangat terkenal di negeri ini,” jawab sufi tersebut. Padahal jarak antara Hadramaut dan Cina sangat jauh, namun Habib Umar telah berdakwah sampai ke sana.
Syekh Muhammad Baqais, salah seorang muridnya, bercerita, ”Satu kali Habib Umar mendamaikan beberapa suku yang berperang sampai berkali-kali. Tapi, tetap saja ia tidak mendapatkan tanggapan baik. Karena itu beliau pun melemparkan biji tasbihnya kepada mereka. Dengan izin Allah biji tasbih itu menjadi ular. Barulah mereka sadar dan mohon maaf.”
Nama Habib Umar tak bisa dipisahkan dari karya agung yang diberinya judul ‘Azizul Manal wa Fathu Babil Wishal, alias “Anugerah nan Agung dan Pembuka Pintu Tujuan” – yang di belakang hari sangat terkenal sebagai Ratib Al-Atthas. Habib Umar sendiri berwasiat, “Rahasia dan hikmah telah kutitipkan di dalam ratib itu.”
Melindungi Kota
Menurut Habib Abdurrahman Al-Habsyi (Kwitang, Jakarta Pusat), Ratib Al-Aththas lebih tua dibanding Ratib Al-Haddad. Ratib Al-Haddad disusun pada 1071 H/1651 M oleh Habib Abdullah Al-Haddad, atau sekitar 350 tahun lalu, sedang Ratib Al-Atthas disusun jauh sebelumnya. Ada beberapa wirid atau doa yang tidak ada dalam Ratib Al-Atthas tapi terdapat dalam Ratib Al-Haddad, demikian pula sebaliknya. Namun, seperti ratib-ratib yang lain, keduanya tetap mengacu pada doa yang diajarkan oleh Rasulullah SAW.
Ratib Al-Atthas biasa dibaca usai salat Magrib, tapi boleh juga dibaca setiap pagi, siang, atau tengah malam. Bisa dibaca sendiri atau secara berjemaah. Manfaat ratib ini sangat besar. Bahkan ada sebagian ulama yang mengatakan, dengan membaca Ratib Al-Atthas atau Ratib Al-Haddad setiap malam, Allah SWT akan menjaga dan memelihara seluruh penghuni kota tempat tinggal kita, menganugerahkan kesehatan, dan mengucurkan rezeki-Nya kepada segenap penduduk.
Dalam keadaan sangat khusus dan mendesak, ratib tersebut bisa dibaca tujuh hingga 41 kali berturut-turut. Pendapat ini mengacu pada beberapa hadis Rasulullah SAW tentang manfaat istigfar dan doa-doa lainnya. Sebab, dalam ratib-ratib tersebut antara lain terdapat selawat, tahlil, tasbih, tahmid, dan istigfar.
Begitu hebat fadilah atau keutamaan ratib-ratib itu, hingga Habib Husein bin Abdullah bin Muhammad bin Muhsin bin Husein Al-Atthas menyatakan bahwa mereka yang mengamalkan ratib tersebut tidak akan terluka jika pada suatu hari terpatuk ular. “Orang yang biasa mengamalkan ratib-ratib itu tidak akan merasa takut, ia akan selamat dari segala yang ditakuti,” katanya.
Betapa hormat para ulama kepada Habib Umar bin Abdurrahman Al-Atthas. Tergambar ketika suatu hari seorang ulama, Syekh Salim bin Ali, mengunjungi Imam Masjidilharam, Habib Muhammad bin Alwi Assegaf, dan menyampaikan salam dari Habib Umar. Seketika itu juga Habib Muhammad pun menundukan kepala sejenak, lalu katanya, ”Layaklah setiap orang menundukkan kepala kepada Habib Umar. Demi Allah, saya mendengar suara gemuruh di langit untuk menghormati beliau. Sementara di bawah langit ini tidak ada orang lebih utama daripada beliau.”
Habib Umar bin Abdurrahman Al-Atthas wafat pada 23 Rabiulakhir 1072 H/1652 M, dan jenazahnya dimakamkan di Hadramaut
Rabu, 21 Juli 2010
Ratib Al-Athos
Kata ratib (rootib) mempunyai banyak arti, sedangkan yang dimaksudkan di sini adalah berasal dari kata ro – ta – ba yang berarti mengatur atau menyusun. Ratib adalah suatu yang tersusun, teratur dengan rapi. Seperti dalam istilah sholat sunnah rawatib, adalah sholat-sholat sunnah yang diamalkan oleh Rasulullah SAW pada waktu-waktu tertentu. Begitupun dengan Ratib Al-Athos yang mengandung zikir-zikiran berupa do’a yang berasal dari Al-Qur’an dan Hadis Nabi SAW yang telah tersusun dan dibaca pada waktu-waktu tertentu.
Dalam kitab Al-Qirthos, istilah Ratib berarti penjaga; pelindung; tameng atau benteng. Maksudnya adalah do'a-do'a yang mengandung perlindungan atau penjagaan. hal ini pun dapat kita lihat dalam isi Ratib Al-Athos yang mengandung banyak do'a atau permohonan penjagaan kepada Allah SWT mulai dari hal-hal zhohir (lahir atau jasmani) hingga penjagaan hal-hal bathin (rohani).
Istilah ratib digunakan kebanyakan di negeri Hadramaut dalam menyebut zikiran-zikiran yang biasanya pendek dengan bilangan zikir yang sedikit (seperti 3, 7, 10, 11 dan 40) diamalkan dan dibaca pada waktu-waktu tertentu, yaitu sekali pada waktu pagi dan sekali pada waktu malam.
Sebenarnya banyak sekali ratib-ratib lain yang serupa dengan Ratib Al-Athos, diantaranya Ratib Al-Haddad, Ratib Al-Idrus, Ratib Al-Muhdhor dan lain-lain.
Penyusun
Beliau adalah Al-Habib Umar bin Abdurrahman Al-Athos. Sedangkan nasab lengkapnya adalah Umar bin Abdurrahman bin Aqil bin Salim bin Ubaidullah bin Abdurrahman bin Abdullah bin Syeikh al-Ghauts Abdurrahman As-Seggaf bin Muhammad Maula Dawilah bin Ali bin Alawi bin Muhammad bin Alwi bin Ubaidullah bin Imam al-Muhajir Ahmad bin Isa bin Muhammad an-naqib bin Imam Ali al-Uraidhi bin Ja’far as-Shodiq bin Imam Muhammad al-Baqir bin al-Imam Ali Zainal Abidin bin al-Imam Husein as-Sibth bin al-Imam Ali bin Abi Thalib dan al-Batul as-Sayyidah Fatimah az-Zahrah binti Rasulullah SAW.
Beliau dilahirkan di Lisk dekat dengan desa Ainat, dibagian bawah negeri Hadramaut di akhir abad ke-10, tepatnya pada tahun 992 H. Sejak kecil beliau diasuh dan dididik oleh ayah beliau sendiri, al-Habib Abdurrahman bin Aqil. Sejak kecil mata beliau buta. Namun demikian Allah SWT memberi kecderdasan otak dan bashirah sehingga beliau mudah menghafal apa saja yang pernah didengarnya. Ayah beliau pernah berkata kepada Syeikh Abdurrahman bin Aqil al-Junied Bawazir, yang dikenal dengan panggilan al-Mu’allim; “Hendaknya anda lebih banyak memberikan perhatian kepada Umar, karena kedua matanya tidak dapat melihat”. Syekh Abdurrahman menjawab: “Meskipun kedua mata Umar tidak dapat melihat, tetapi pandangan bashirahnya dapat melihat disebabkan hatinya bersinar”.
Sejak kecil beliau anak yang tekun beribadah, hidup zuhud dan telah tampak tanda-tanda kebesaran pada diri beliau. Sejak kecil, beliau sering ke kota Tarim dari dusunnya, Lisk dan melakukan sholat dua rakaat di setiap masjid yang ada di kota Tarim, bahkan kadang menimba air dari sumur untuk mengisi kolam-kolam masjid.
Beliau adalah salah satu guru utama dari al-Habib Abdullah al-Haddad, penyusun Ratib al-Haddad. Oleh karenanya Ratib al-Haddad banyak dipengaruhi oleh Ratib al-Athos.
Al-Habib Umar bin Abdurrahman al-Athos wafat di Nafhun pada malam kamis 23 Rabiul Akhir 1072 H dan dimakamkan di Huraidhah.
Nama Lain Ratib Al-Athos
Ratib Al-Athos mempunyai banyak nama, diantaranya:
- Aziiz al-Manaal wa Fath Baab al-Wishol (“Sesuatu yang sukar diperoleh dan kunci bagi pintu penghubung kepada Allah SWT)
- Husn al-Hashin (“Kubu yang kukuh”)
- Al-Kibriyaat al-Ahmar (“Belerang yang merah”)
- Zubdat al-Adzkar (“Pati segala zikir”)
- Maghnaathiis al-Asror Liman Wazhoba ‘Alaihi bi al-Lail wa an-Nahar (“Magnet segala rahasia bagi mereka yang tetap mengamalkannya pada waktu malam dan siang”)
- Ad-Diryaaq al-Mujarrob (“Penawar bagi racun yang mujarab”)
- Manhal al-Manaal wa fath Baab al-Wishol (“Sumber pencapaian dan kunci bagi penghubung kepada Allah SWT”)
Isi Ratib Al-Athos
1. Do’a perlindungan, penjagaan dan pemeliharaan Allah SWT
2. Do’a ampunan Allah SWT
3. Shalawat
4. Tahlil
5. Tasbih
6. Takbir
7. Tawakkal dan kepasrahan kepada Allah SWT
Riwayat Al Habib Al Ustadz Muhammad bin Husein bin Ali bin Muhammad Ba’abud
Inilah ringkasan riwayat hidup As Sayyid Al Habib Al Ustadz Muhammad bin Husein bin Ali bin Muhammad Ba’abud Al Alawi Al Husaini yang berhubungan dengan nasab beliau, masa pertumbuhan beliau, keluarga beliau, masa pendidikan, serta jasa beliau di dalam mengajarkan Al-Qur’an, bahasa Al-Qur’an, hukum-hukum syariat islam, dan lain sebagainya. Semoga ALLAH SWT menjadikan ringkasan ini sebagai ‘ibroh yang bermanfaat bagi diri kita sekalian dan sebagai peringatan bagi anak cucu beliau serta para kerabat dan murid beliau, amin. Allohumma amin.
Muhammad bin Husein bin Ali bin Muhammad bin Abdurrahman bin Abdullah bin Zein bin Musyayakh bin Alwi bin Abdullah bin Al Mu’allim Muhammad Ba’abud bin Abdullah yang bergelar ‘Abud bin Muhammad Maghfun bin Abdurrahman Ba-buthoinah bin Ahmad bin Alwi bin Al Faqih Ahmad bin Abdurrahman bin Alwi yang dikenal dengan ‘Ammul Faqih bin Syech Muhammad Shohib Mirbath bin Syech Ali Kholi’ Qosam bin Syech Alwi bin Syech Muhammad bin Alwi bin Syech Ubaidillah bin Al Muhajir Ilallah Ahmad bin Isa bin Muhammad An-Naqib bin Ali Al-‘Uroidhi bin Al Imam Ja’far As-Shodiq bin Muhammad Al Baqir bin Al Imam Ali Zainal Abidin bin Al Husein cucu Rasullullah dan buah hatinya bin Ali bin Abi Thalib wabnu Fatimah Az-Zahroh putri Rasulullah SAW.
Muhammad bin Ni’mah binti Hasyim bin Abdullah bin Aqil bin Umar bin Aqil bin Syech bin Abdurrahman bin Aqil bin Ahmad bin Yahya bin Hasan bin Ali bin Alwi bin Muhammad Mauladdawilah bin Ali bin Alwi bin Muhammad Al Faqihil Muqoddam bin Ali bin Muhammad Shohib Mirbath dan seterusnya sampai akhir nasab yang tersebut diatas.
Sekilas tentang ayah beliau :
Al Habib Husein dilahirkan di “Bour”, Hadramaut pada tahun 1288 Hijriyah dari ayahnya Al Habib Ali, seorang yang alim dan Waliyullah yang merupakan salah seorang murid dari Al Habib Abdullah bin Husein bin Thohir dan Al Habib Abdullah bin Husein bil Faqih. Sedangkan ibunya adalah As-Syarifah Muzenah binti Sayyid Muhammad bin Abdullah bin Ja’far Alaydrus yang berasal dari daerah Tarbeh, Hadramaut.Ketika usia Al Habib Husein 3 tahun wafatlah ayah beliau yaitu pada tahun 1291 Hijriyah di ‘Ardh Kheleh, Bour, maka ibundanyalah yang memelihara beliau, adapun ibunda beliau wafat pada tahun 1322 Hijriyah di kota Sewun yaitu yang ketika itu Al Habib Husein telah berada di Jawa.Al Habib Husein dibesarkan di Bour dan belajar ilmu pada guru-guru disana, terutama ialah Al Habib Zein bin Alwi Ba’abud. Pada usia 20 tahun Al Habib Husein menikah dengan As-Syarifah Syifa’ binti As-Sayyid Abdullah bin Zein Ba’abud, yang mana As-Syarifah Syifa’ tersebut wafat di masa hidup Al Habib Husein. Pada tahun 1318 Hijriyah, berlayarlah Al Habib Husein ke Jawa, Indonesia dan berdiam beberapa lama di rumah keponakan beliau Muhammad bin Ahmad bin Ali Ba’abud di Surabaya.Dan setelah wafat keponakan beliau tersebut, Al Habib Hasyim bin Abdullah bin Yahya menulis surat kepada Al Habib Husein yang ketika itu tinggal di Batu Pahat, Malaysia dimana isi surat itu meminta kepada Al Habib Husein untuk kembali ke Indonesia dan menikah dengan anak beliau yaitu janda dari keponakan Al Habib Husein sendiri As-Syarifah Ni’mah, agar supaya Al Habib Husein memelihara anak – anaknya yaitu Sidah, Abdurrahman dan Ahmad, oleh karena Al Habib Hasyim telah mengetahui kebaikan budi pekerti Al Habib Husein dan memilihnya untuk menjadi suami putrinya.Maka datanglah Al Habib Husein ke Surabaya dan menikahinya, dan Allah SWT mengaruniai mereka berdua satu putra dan tujuh putri yaitu Muzenah, Alwiyah, Ruqoyyah, Muhammad, Nur, Maryam, Aminah, dan Aisyah. Al Habib Husein adalah seorang pedagang, beliau mempunyai sebuah toko dan mengirim barang-barang ke Sulawesi dan Kalimantan pada langganan-langganan beliau.Cara hidup Al Habib Husein sangat sederhana, bersih, mengatur waktu sebaik-baiknya, tidur agak sore dan bangun tengah malam untuk bertahajud, di waktu pagi hari pergi ke toko sampai siang hari, beliau lazim sholat berjamaah di Masjid Ampel dan setelah sholat Maghrib beliau lazim mebaca Al-Qur’an dan Rotibul Haddad bersama anak-anaknya.Beliau sangat memuliakan tamu yang datang padanya dan disaat lain beliau gemar membaca kitab-kitab atau menghadiri majlis pengajian Sayyidina Habib Abu Bakar bin Umar bin Yahya di Surabaya, begitu pula beliau banyak mendapat faedah ilmu dari mertuanya Al Habib Hasyim bin Abdullah bin Yahya yang terkenal kealimannya, begitu juga daripada mufti Jakarta masa itu Al Habib Ustman bin Abdullah bin Yahya adik dari mertua beliau apabila datang dari Jakarta ke Surabaya tinggal di rumah beliau dan mengadakan majlis ta’lim dan pengajian selama ia tinggal di Surabaya, dan banyak lagi majlis pengajian atau rouhah para ulama yang beliau hadiri seperti majlis Al ‘Allamah As-Sayyid Yahya Al Mahdali Al Yamani, Majlis Al Habib Muhammad bin Idrus Al Habsyi, Al Habib Muhammad bin Ahmad Al Muhdor, Al Habib Ahmad bin Muhsin Al Haddar yang tinggal di kota Bangil, Majlis Al Habib Alwi bin Thohir Al Haddad mufti Johor, Al Habib Abu Bakar bin Muhammad Assegaf Gresik, dan Al Habib Ali bin Abdurrahman Al Habsyi Kwitang Jakarta yang mana ia adalah juga sahabat beliau semasa menuntut ilmu di Hadramaut, rohimahumullahu ta’ala.Ciri-ciri Al Habib Husein diantaranya ialah beliau berparas tampan dan berkulit putih, berhidung mancung dan berbadan tinggi, bersih pada badan dan pakaiannya. Akhlak beliau murah hati, jujur, kasih sayang terutama pada fakir miskin dan anak-anak kecil, beliau rajin di dalam berumah tangga serta menjunjung tinggi ahli ilmu, dan beliau sering kali berkata pada istrinya dan juga keluarga bahwa ia memohon kepada Allah dan mengharap supaya putra beliau yaitu Al Ustadz Muhammad menjadi seorang yang mengajarkan ilmu, yang mana ALLAH SWT telah mengabulkan do’a tersebut.Al Habib Husein banyak berjasa diantaranya seringkali menjamin pendatang-pendatang baru dari Hadramaut, terkadang memberi uang tanggungan, beliau sering memberi hutang kepada orang yang membutuhkan lalu menghalalkannya, banyak bershodaqoh, menderma untuk masjid ampel, dab beliau adalah sebagai salah satu pengurus Madrasah Al Khoiriyyah Surabaya dan Robitothul Alawiyyah, yang mana beliau bekerja secara jujur dan ikhlas.Pada malam Jum’at tanggal 3 Muharram 1376 Hijriyah bertepatan dengan tanggal 9 Agustus 1956 pukul 10.20 Al Habib Husein pulang ke rahmatullah, banyak sekali para pengantar jenazah beliau dari dalam dan luar kota lalu disembahyangkan di Masjid Jami’ Lawang yang diimami oleh sahabat beliau Qodhi Arob di masa itu yaitu Al Habib Ahmad bin Gholib Al Hamid, dan dimakamkan di pemakaman Bambangan Lawang, rohimahullahu rohmatal abror.Adapun ibunda Al Ustadz Muhammad yaitu As-Syarifah Ni’mah dilahirkan di Surabaya pada tahun 1288 Hijriyah dari seorang ayah yaitu Al Habib Hasyim bin Abdullah bin Aqil bin Yahya, dan dari seorang ibu As-Syarifah Maryam binti Al Habib Abdurrahim bin Abdullah Al Qodiri Al Djaelani keturunan daripada As-Syech Abdil Qodir Al Djaelani.Beliau adalah putri bungsu Al Habib Hasyim, beliau tumbuh di sebuah rumah yang penuh ilmu dan ibadah, yang mana ibunda beliau As-Syarifah Maryam mendapatkan ilmu dan ketaqwaan berkat pendidikan ayahnya Al Habib Abdurrahim yang telah membawanya ke negeri Haromain dan tinggal beberapa lama di Madinatul Munawwaroh dan perjalanannya ke sebagian jazirah arab diantaranya Negeri Baghdad, maka tumbuhlah As-Syarifah Ni’mah ini atas ketaatan dan ketaqwaan dan cinta ilmu, lebih-lebih lagi paman beliau Al Habib Utsman bin Abdullah bin Yahya yang sering datang ke Surabaya dan tinggal di rumahnya menjadikan beliau bertambah ilmu dan cahaya.Beliau sangatlah menjaga sholatnya dan bangun akhir malam, membaca Al-Qur’an dan dzikir-dzikir serta sholawat atas Nabi SAW, dan kebanyakan duduk-duduk beliau dengan para tamunya perempuan berisikan masalah-masalah agama, nasehat-nasehat atau membaca kitab-kitab, syair-syair dan hikayat-hikayat yang bermanfaat. Beliau sangatlah menjaga diri, bersih, murah hati dan membantu suaminya di dalam menerima tamu, bahkan setiap hari beliau membuat makanan-makanan untuk persiapan jika datang tamu, lalu jika tidak ada tamu yang datang beliau mengirimkan makanan tersebut ke Masjid yang dekat dengan rumahnya sebagai sedekah untuk anaknya yang telah meninggal dunia dan para kerabat beliau, khususnya kedua orang tua beliau.
Dan daripada nasib baik bagi beliau yaitu pada akhir tahun ajaran tepatnya pada bulan Sya’ban tahun 1343 Hijriyyah ketika para pelajar yang lulus menerima ijazah kelulusan yang dibagikan langsung oleh Al Habib Muhammad bin Ahmad Al Muhdor, beliau menerima ijazah dengan peringkat ke-satu dari seluruh pelajar yang lulus waktu itu, bersamaan dengan itu Al Habib Muhammad Al Muhdor menghadiahkan kepada beliau sebuah jam kantong yang bermerk “Sima”. Lalu Al Habib Muhammad Al Muhdor mengusap-usap kepala dan dada beliau sambil mendo’akan beliau ketika Al Habib Aqil bin Ahmad bin Aqil pengurus madrasah waktu itu memberitahukan bahwa Al Ustadz Muhammad tahun itu akan diangkat menjadi guru di Al Madrosatul Khoiriyyah. Setelah beliau menjadi guru di Madrosatul Khoiriyyah, disamping mencurahkan tenaga di dalam memberikan pelajaran pagi dan sore di madrasah beliau juga banyak sekali memberikan ceramah-ceramah di banyak tempat serta menterjemahkan dari bahasa Arab ke bahasa Indonesia ceramah-ceramah para mubaligh Islam yang datang dari luar negeri seperti Ad Da’i As Syech Abdul Alim As Shiddiqi dari India dan yang selainnnya. Rohimahumullahu ta’ala.
Di dalam tasawwuf dan tarikh ialah ayahanda beliau Al Habib Husein bin Ali Ba’abud, di dalam membaca dan menulis bahasa Arab As Syech Ali bin Ahmad Ba-bubay, di dalam Al Qur’anul karim As Syech Abdullah bin Muhammad Ba Mazru’, dalam bahasa Arab, Khot, Insya’, dan Hisab As Sayyid Abdurrohman binahsan bin Syahab, di dalam fiqih, tafsir, tasawwuf, nahwu, dan ilmu balaghoh Al Habib Abdul Qodir bin Ahmad bil Faqih, di dalam fiqih dan tajwid Al Habib Hasan bin Abdullah Alkaf, di dalam nahwu dan hisab As Sayyid Ja’far bin Zein Aidid.
Selain guru-guru ini masih banyak lagi dari golongan para wali dan alim ulama yang beliau sering membaca kitab-kitab di hadapan mereka, dan kebanyakannya adalah kitab-kitab hadits, tasawwuf, dan kitab-kitab karangan para salaf Alawiyyin. Diantara para ulama tersebut adalah :
Al Habib Muhammad bin Ahmad Al Muhdor dari Bondowoso, Al Habib Ali bin Abdurrohman Al Habsyi Kwitang Jakarta, Al Habib Abu Bakar bin Muhammad Assegaf Gresik, Al Habib Al Alamah Alwi bin Thohir Al Haddad Johor, Al Habib Thohir bin Ali Al Jufri, Al Habib Ahmad bin Tholibul Athos Pekalongan, Al Habib Abdurrohman bin Zein Ba’abud, dan Al Habib Zein bin Muhammad Ba’abud, rodhiallahuanhum.
Pada bulan Jum’adil Akhir tahun 1359 Hijriyyah bertepatan pada bulan Juli 1940 masehi, dengan kehendak ALLAH SWT beliau sekeluarga pindah dari Surabaya ke kota Lawang, dan dikota inilah beliau mendirikan madrasah dan pondok pesantren “Darun Nasyiien”, yang pembukaan resminya jatuh pada awal bulan Rojab 1359 Hijriyyah, bertepatan dengan 5 Agustus 1940 Masehi. Yang mana pondok tersebut mendapat perhatian oleh banyak orang dari Jawa dan luar Jawa, serta memberi hasil dan barokah, alhamdullillah.
Barangsiapa tidak mampu menjalankan semuanya itu maka setidak-tidaknya janganlah keluar atau menyimpang daripada jalan ataupun petunjuk para salafus sholeh yaitu para leluhur kita yang sholeh serta terbukti kewaliannya. Dan barangsiapa belum mendapat jua taufik hidayat untuk itu semua maka paling tidak hendaknya ia meneladani kepada saya, yaitu meneladani di dalam hal ibadahku juga kholwatku, dan di dalam menjauhkan diri dari kebanyakan orang bersamaan dengan perlakuanku yang baik terhadap anak kecil dan orang besar laki-laki dan perempuan jauh maupun dekat tanpa harus sering berkumpul atau banyak bergaul, dan tanpa harus saling tidak peduli ataupun saling benci-membenci.
* Dan saya berpesan pula kepada diri saya dan kepada orang-orang yang tersebut tadi agar supaya banyak beristikhoroh dan musyawarah di dalam segala urusan dan hendaknya selalu mengambil jalan yang hati-hati, walaupun pada hakekatnya berhati-hati itu tidak dapat meloloskan seseorang daripada ketentuan ALLAH dan takdir-NYA, akan tetapi menjalankan sebab-sebab tidaklah boleh ditinggalkan, justru oleh sebab itulah wasiat atau pesan-pesan dan nasehat-nasehat itu diperlukan dan dianjurkan, oleh karena hal itu semua adalah salah satu segi dari sebab-sebab di dalam mengajak orang kepada ALLAH dan mengajak untuk menuju kebahagiaan serta keselamatan di dunia dan akhirat.
Semoga ALLAH SWT mencurahkan kasih sayangnya terhadap orang-orang yang suka bernasehat dan membalas mereka dengan kebaikan yang banyak, dan semoga ALLAH Ta’ala memberikan taufik kepada kita untuk mengamalkan segala apa yang mereka katakan.
—
Itulah sekilas tentang salah satu dari waliyullah. Hidupnya digunakan untuk mensyiarkan kebenaran Islam.
Semoga ALLAH memunculkan kembali para wali - wali-NYA yang dapat menuntun manusia menuju kebenaran jalan-NYA.
Amiin.
Bacaan Pembuka
Bacaan Pembuka
“Kalau sekiranya kami menurunkan Al-Qur’an ini
kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan takut kepada Allah. Dan perumpamaan-perumpamaan itu kami buat untuk manusia supaya mereka berfikir (21). Dia-lah Allah Yang tiada Tuhan [yang berhak disembah] selain Dia Yang Mengetahui yang gaib dan yang nyata, Dia-lah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang (22).Dia-lah Allah Yang tiada Tuhan [yang berhak disembah] selain Dia, Raja Yang Maha Suci, Yang Maha Sejahtera, Yang mengaruniakan keamanan, Yang Maha Memelihara, Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuasa, Yang Memiliki segala Keagungan, Maha Suci Allah dari apa yang mereka sekutukan (23).Dia-lah Allah Yang Menciptakan, yang Mengadakan, Yang Membentuk Rupa, Yang Mempunyai nama-nama yang paling baik, bertasbih kepada-Nya apa yang ada di langit dan di bumi dan Dia-lah Yang Maha Perkasa Lagi Maha Bijaksana (24).” QS. Al-Hasyr: 21 - 24
Bacaan di atas adalah bacaan pembukaan setiap kali memulai zikir Ratib ini, yang sebelumnya membaca fatihah kepada Rasulullah, Al-Habib Umar (penyusun ratib) dan asy-Syaikh Ali bin Abdillah Baros. Bacaan tersebut merupakan zikiran tambahan dari penyusun kitab Al-Qirtos. Hanya saja tambahan yang dijelaskan dalam Al-Qirthos; Al-Habib Ali bin Hasan al-Athos; tersebut hanya 3 (tiga) ayat (yakni dimulai dari ayat ke-22 hingga ayat ke-24), hal ini berdasarkan hadis Nabi:
Dari anas bin Malik, bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Barang siapa yang membaca surat al-Hasyr Allah akan mengampuni dosanya yang terdahulu dan yang akan datang”
Selain itu banyak hadis-hadis yang menjelaskan tentang keutamaan membaca surat Al-Hasyr ini, diantaranya adalah:
Dari Ma’qal bin Yasar, dari Nabi SAW, beliau bersabda:
“Barang siapa yang diwaktu subuh membaca: “Audzubillahissamii’il ‘aliimi …(dst) sebanyak tiga kali, kemudian membaca beberapa ayat terakhir dari surat al-Hasyr, maka Allah SWT akan mengutus tujuhpuluh ribu malaikat. Para malaikat itu berdo’a untuknya hingga sore hari. Dan barang siapa yang mati pada hari itu maka matinya sebagai mati syahid. Dan barang siapa yang membacanya ketika sore hari maka ia mendapat kedudukan seperti tersebut pula”. (HR. Turmudzi)
Berdasarkan hadis di atas ada yang menambah pula zikiran ratib ini dengan membaca ‘Audzubillahis Sami’il “Aliimi….dst, kemudian membaca Lau anzalnaa… dst dan kemudian membaca ‘Audzubillahis Sami’il Aliimi… (dst) lagi. Ini juga berdasarkan Al-Qur’an yang mengatakan agar di saat kita akan membaca Al-Qur’an diperintahkann berta’awudz kepada Allah SWT (An-Nahl: 98)
Dari Abu Amamah, ia berkata: bersabda Nabi SAW: “Barang siapa yang membaca (beberapa ayat) terakhir dari surat Al-Hasyr di waktu malam dan siang, maka Allah akan menggenggam jiwanya [melindunginya] pada malam itu atau hari itu dan ia berhak mendapatkan surganya Allah SWT.”
Berdasarkan hadis-hadis di atas jelas beberapa keutamaan dalam membaca surat Al-Hasyr, diantaranya:
1. Allah SWT akan mengampuni dosa-dosanya
2. Allah akan melindungi si pembaca siang hingga malam dan malam hingga siang, apabila dibaca malam dan siang
3. Para malaikat akan selalu mendo’akan si pembacanya
4. Jikalau si pembaca mati pada hari dimana ia membacanya maka akan mendapatkan kedudukan orang yang mati sahid.
Wallahu a’lam
MUQODDIMAH
Limpahan Puji Kehadirat Allah Maha Raja Langit dan Bumi, Maha Penguasa Tunggal dan Abadi, Maha Mengasuh seluruh hamba – hamba dan ciptaan-Nya sepanjang waktu dan zaman, Tunggal menuntun mereka didalam kehidupan, mengasuh mereka dengan cahaya matahari dan bulan, daratan dan lautan dan semua hamba yang ada di bumi sebagai lambang kelembutan Ilahi. Terbit keindahan Allah dalam setiap waktu dan zaman, terbit kelembutan Allah dalam setiap waktu dan zaman, terbit kewibawaan Allah dalam segala waktu dan kejadian. Bagi mereka yang mau berfikir, mereka akan menemukan Cahaya Keagungan Allah dalam setiap waktu dan kejap. Yang setiap nafas mereka merupakan lambang Kasih Sayang Illahi, yang setiap detak jantung memanggil setiap hamba untuk mengenal Allah, yang memberinya kehidupan, yang menggetarkan jantungnya lebih dari 100.000X setiap harinya untuk mendukung seluruh gerakan dan kehidupan.
Jantung yang berdetak ini adalah milik Rabbul Alamin dan bukan kita yang menciptanya. Lisan yang kita pakai untuk berucap bukan pula kita yang menciptanya tapi Anugerah Illahi. Dan semua kehidupan yang kita gunakan siang dan malam adalah panggilan Allah agar mau mendekat mencapai Kasih Sayang-Nya, mencapai Kelembutan-Nya, mencapai Keridhoan-Nya yang abadi, kenikmatan yang abadi, keindahan yang abadi, kemewahan yang abadi dan puncak segala anugerah adalah Ridho Allah, Kasih Sayang Allah, Kelembutan Allah yang membuka kebahagiaan dunia dan akhirat. Dan Sang Pemilik Kebahagiaan di dunia dan akhirat, Dialah Allah.
Allah Swt berfirman “Qul huwallahu ahad” katakanlah, kenalilah, fahamilah, dalamilah dan sadarilah dan renungkanlah dan dapatkanlah Cahaya Keagungan dari kalimat Dialah Allah Maha Tunggal; QS. Al Ikhlas : 1. Hanya Dialah (Allah) Yang Maha Ada dan selainnya adalah fana. Semua selain Allah, hakekatnya tiada walaupun tampaknya ada, karena keberadaan mereka terikat dan tergantung kepada Yang Maha Ada. Allah ada sebelum segala – galanya ada dan Allah Yang Maha Tunggal tetap ada ketika segala – galanya sirna. Kalimat yang pertama daripada firman Allah ini menembus kepada jantung tauhid, memberi kefahaman bahwa Dia (Allah) Maha Tunggal. Tidak sama dengan semua makhluk dan tidak ada yang menyerupainya. Dan ketika kita merenungkan kedalaman kalimat ini, akan muncul cahaya tauhid yang membimbing kita kepada ketenangan, kesejukan. “Alaa bidzikrillah tathma’innulquluub” dengan mengingat Allah akan tenanglah hati; QS. Ar-Rad : 28. Dan ketahuilah Allah itu Maha Tunggal. Maha Tunggal untuk dicintai, Maha Tunggal untuk dirindukan, Maha Tunggal untuk dimuliakan, Maha Tunggal untuk disembah, Maha Tunggal untuk diharapkan, Dialah (Allah).
Sabda Nabi Muhammad SAW :
قَالَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
لَا يَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِي ظَاهِرِينَ حَتَّى يَأْتِيَهُمْ أَمْرُ اللَّهِ وَهُمْ ظَاهِرُونَ (صحيح البخاري
Sabda Rasulullah saw : “selalu ada kelompok dari ummatku yang terus muncul dengan kebenaran, hingga mereka menghadap Allah mereka akan terus ada dan terlihat jelas” (Shahih Bukhari)
Al Imam Ibn Hajar Al Asqalani didalam kitabnya Fathul Baari bisyarh Shahih Bukhari mensyarhkan daripada makna haidts ini bahwa ada sekelompok dari umat Muhammad Saw, walaupun umat ini semakin bergeser menuju kerusakannya, menuju kehancuran dan semakin buruk. Janji Sang Nabi saw, ada kelompok yang tetap bertahan dari para pecinta Sayyidina Muhammad Saw. “wa hum dhaahiruun” mereka itu ada dan selalu terlihat muncul dan mereka itu tidak tersembunyi, selalu ada. Demikian janji Nabi Muhammad Saw dan ini memberikan semangat kepada majelis – majelis ta’lim dan majelis – majelis dzikir yang tentunya dibangun untuk pembenahan umat Nabi Muhammad Saw dengan niat yang ikhlas mengikuti tuntunan Sang Nabi saw, maka kelak dijanjikan oleh Sang Nabi saw bahwa kelompok itu ada dan terlihat. Maka setiap gerakan – gerakan pembenahan umat, demi bangkitnya dakwah Sang Nabi saw adalah bentuk daripada isyarat yang disampaikan oleh Sang Nabi saw dan kita berharap majelis ini merupakan salah satu sari kabar yang disampaikan oleh Nabi Saw. Bahwa diantara umatku akan terus ada, dan semoga majelis in terus ada. Dari mulai masa Sang Nabi saw, para pembela Rasul saw, shabatul kiram sampai pada tabi’in, tabiut tabi’in, ashlafunnaashalihin sampai kepda kita sampai kepada keturunan kita, selalu dijaga Allah dalam rahasia kemuliaan para pendukung Muhammad Rasulullah Saw.
Wallahu A'lam
Wassalamu'alaikum warohmatullohi wabarokatuh
riwayat hidup As Sayyid Al Habib Al Ustadz Muhammad bin Husein bin Ali bin Muhammad Ba’abud Al Alawi Al Husaini
Asmaul Husna
ALLAH memiliki nama-nama yang baik yang disebut dengan Asmaul Husna.
Rasulullah SAW menjelaskan bahwa al-Asma al-Husna ini jumlahnya ada 99, karena ALLAH menyukai bilangan yang ganjil.
Sesungguhnya ALLAH mempunyai sembilan puluh sembilan nama, yaitu seratus kurang satu. Barangsiapa menghitungnya, niscaya ia masuk surga. (H.R. Bukhari dan Muslim)
Sembilan puluh sembilan nama tsb menggambarkan betapa baiknya ALLAH. Nama-nama dalam Asmaul Husna ini, ALLAH sendirilah yang menciptakannya.
Dia-lah ALLAH yang Menciptakan, yang Mengadakan, yang Membentuk Rupa, yang Mempunyai Nama-Nama yang Paling baik. Bertasbih kepada-Nya apa yang ada di langit dan di bumi. Dan Dia-lah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS. Al-Hasyr: 24)
Sebutlah nama-nama ALLAH, dalam setiap zikir dan doa kita. Jika kita memohon diberi petunjuk, sebutlah nama Al-Hâdi (Maha Pemberi Petunjuk). Jika kita mohon diberi sifat kasih sayang, sebutlah nama Ar-Rahmân (Maha Pengasih). Semoga doa kita akan semakin makbul.
Anjuran untuk menggunakan Asmaul Husna dalam berzikir dan berdoa, diterangkan oleh ALLAH SWT dalam Al-Quran.
Hanya milik ALLAH asma-ul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asma-ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan. (QS. Al-A'râf: 180)
Asmaul Husna hanya milik ALLAH SWT. Manusia sebagai makhluk-Nya hanya dapat memahami, mempelajari, dan meniru kandungan makna dari nama yang baik tsb dalam kehidupan sehari-hari.
Dasar Hukum Dzikir Berjama'ah
Dzikir berjamaah sejak zaman Rasul saw, sahabat, tabi'in tak pernah dipermasalahkan, bahkan merupakan sunnah rasul saw, dan pula secara akal sehat, semua orang mukmin akan asyik berdzikir.
1). para sahabat berdoa bersama Rasul saw dengan melantunkan syair (Qasidah/Nasyidah) di saat menggali khandaq (parit) Rasul saw dan sahabat2 radhiyallhu?anhum bersenandung bersama sama dengan ucapan : "HAAMIIIM LAA YUNSHARUUN..". (Kitab Sirah Ibn Hisyam Bab Ghazwat Khandaq). Perlu diketahui bahwa sirah Ibn Hisyam adalah buku sejarah yg pertama ada dari seluruh buku sejarah, yaitu buku sejarah tertua. Karena ia adalah Tabi'in.
2). saat membangun Masjidirrasul saw : mereka bersemangat sambil bersenandung : "Laa 'Iesy illa 'Iesyul akhirah, Allahummarham Al Anshar wal Muhaajirah" setelah mendengar ini maka Rasul saw pun segera mengikuti ucapan mereka seraya bersenandung dengan semangat : "Laa 'Iesy illa 'Iesyul akhirah, Allahummarham Al Anshar wal Muhajirah.. " (Sirah Ibn Hisyam Bab Hijraturrasul saw- bina' masjidissyarif hal 116)
3). ucapan ini pun merupakan doa Rasul saw demikian diriwayatkan dalam shahihain
4). Firman Allah swt : "SABARKANLAH DIRIMU BERSAMA KELOMPOK ORANG ORANG YG BERDOA PADA TUHAN MEREKA SIANG DAN MALAM SEMATA MATA MENGINGINKAN KERIDHOAN NYA, DAN JANGANLAH KAU JAUHKAN PANDANGANMU (dari mereka), UNTUK MENGINGINKAN KEDUNIAWIAN." (QS Alkahfi 28)
Ayat ini turun ketika Salman Alfarisi ra berdzikir bersama para sahabat, maka Allah memerintahkan Rasul saw dan seluruh ummatnya duduk untuk menghormati orang2 yg berdzikir.
Mereka (sekte wahabi) mengatakan bahwa ini tidak teriwayatkan bentuk dan tata cara dzikirnya, ah..ah?ah.. Dzikir ya sudah jelas dzikir.., menyebut nama Allah, mengingat Allah swt, adakah lagi ingin dicari pemahaman lain?,
5). Sahabat Rasul radhiyallahu'anhum mengadakan shalat tarawih berjamaah, dan Rasul saw justru malah menghindarinya, mestinya merekapun shalat tarawih sendiri sendiri, kalau toh Rasul saw melakukannya lalu menghindarinya, lalu mengapa Generasi Pertama yg terang benderang dg keluhuran ini justru mengadakannya dengan berjamaah..,
Sebab mereka merasakan ada kelebihan dalam berjamaah, yaitu syiar,
ah..ah..ah.. mereka masih butuh syiar dibesarkan, apalagi kita dimasa ini..,
maka kalau ada pertanyaan : "siapakah yg pertama kali mengajarkan Bid'ah hasanah?, maka kita dengan mudah menjawab, yg pertama kali mengajarkannya adalah para Sahabat Rasul saw, karena saat itu Umar ra setelah bersepakat dengan seluruh sahabat untuk jamaah tarawih, lalu Umar ra berkata : "WA NI'MAL BID'AH HADZIH..". (inilah Bid'ah yg terindah).
Siapa lebih tahu makna menghindari bid'ah?, Umar bin Khattab ra, makhluk nomer dua paling mulia di ummat ini bersama seluruh sahabat radhiyallahu'anhum.., atau madzhab sempalan abad ke 20 ini.
6). Lalu para tabi'in sebab cinta mereka pada sahabat, maka mereka menggelari setiap menyebut nama sahabat dengan ucapan Radhiyalahu'anhu/ha/hum. Inipun tak pernah diajarkan oleh Rasul saw, tak pula pernah diajarkan oleh sahabat, walaupun itu berdalilkan beberapa ayat didalam alqur'an bahwa bagi mereka itu kerdhoan Allah, namun tak pernah ada perintah dari Rasul saw untuk menggelari setiap nama sahabat beliau saw dg ucapan radhiyallahu'anhu/ha/hum.
Inipun Bid'ah hasanah, kita mengikuti Tabi'in mengucapkannya krn cinta kita pd Sahabat.
7). Khalifah Umar bin Abdul Aziz menambahkan lagi dengan menyebut nyebut nama para Khulafa?urrasyidin dalam khotbah kedua pada khutbah jumat, Ied dll.., inipun bid?ah, tak pernah diperbuat oleh para Tabi'in, Sahabat, bahkan Rasul saw, namun diada adakan karena telah banyak kaum mu'tazilah yg mencaci sahabat dan melaknat para Khulafa'urrasyidin, maka hal ini mustahab saja, (baik dilakukan), tak ada pula yg benci dengan hal ini kecuali syaitan dan para tentaranya.
Lalu kategori Bid'ah ini pun muncul entah darimana?, membawa hadits : "Semua Bid?ah adalah sesat dan semua sesat adalah di neraka". Menimpakan hadits ini pada kelompok sahabat. Ah..ah..ah... adakah seorang muslim mengatakan orang yg memanggil nama Allah Yang Maha Tunggal, menyebut nama Allah dengan takdhim, berdoa dan bermunajat, mereka ini sesat dan di neraka?
Orang yg berpendapat ini berarti ia telah mengatakan seluruh nama nama diatas adalah penduduk neraka termasuk Umar bin Khattab ra dan seluruh sahabat, dan seluruh tabi?in, dan seluruh ulama ahlussunnah waljama'ah termasuk Sayyidina Muhammad saw, yg juga diperintah Allah untuk duduk bersama kelompok orang yg berdoa, dan beliau lah saw yg mengajarkan doa bersama sama.
Kita di Majelis Majelis menjaharkan lafadz doa dan munajat untuk menyaingi panggung panggung maksiat yg setiap malam menggelegar dengan dahsyatnya menghancurkan telinga, berpuluh ribu pemuda dan remaja MEMUJA manusia manusia pendosa dan mengelu elukan nama mereka.. menangis menjilati ludah dan air seni mereka..
Salahkah bila ada sekelompok pemuda mengelu-elukan nama Allah Yang Maha Tunggal?, menggemakan nama Allah?,
Ah..ah..ah..apakah Nama Allah sudah tak boleh dikumandangkan lagi dimuka bumi?.??!!
Seribu dalil mereka cari agar Nama Allah tak lagi dikumandangkan.. cukup berbisik bisik..!, sama dengan komunis yg melarang meneriakkan nama Allah, dan melarang kumpulan dzikir..
Adakah kita masih bisa menganggap kelompok wahabi ini adalah madzhab..?!!
Kita Ahlussunnah waljama?ah berdoa, berdzikir, dengan sirran wa jahran, di dalam hati, dalam kesendirian, dan bersama sama.
Sebagaimana Hadist Qudsiy Allah swt berfirman : "BILA IA (HAMBAKU) MENYEBUT NAMAKU DALAM DIRINYA, MAKA AKU MENGINGATNYA DALAM DIRIKU, BILA MEREKA MENYEBUT NAMAKAU DALAM KELOMPOK BESAR, MAKA AKUPUN MENYEBUT (membanggakan) NAMA MEREKA DALAM KELOMPOK YG LEBIH BESAR DAN LEBIH MULIA". (HR Bukhari Muslim).
Wahai Allah telah terkotori permukaan Bumi Mu dengan sanubari sanubari yg disesatkan syaitan, maka hujankanlah hidayah Mu pada mereka agar mereka mau kembali pd kebenaran, beridolakan sang Nabi saw, beridolakan Muhajirin dan Anshar, berakhlak dengan akhlak mereka, sopan dan rendah diri sebagaimana mereka. Demi Kemuliaan Ramadhan, Demi Kemuliaan Shiyaam walqiyaam, Demi Kemuliaan Nuzululqur'an, dan Demi Kemuliaan Muhammad Rasulullah saw, amiin.
FOTO HABAIB
HABIB MUNZIR ALMUSAWA( PIMPINAN MAJLIS ROSULULLOH)
AL’ALAMAH AL HABIB UMAR BIN HAFIDZ(PENGASUH PON-PES DARUL MUSTHOFA HADROMAUT YAMAN)
Habib Umar bin Hafidz dan Habib Umar bin Hud Cipayung Bogor
HABIB UMAR BIN HAFIDZ dan Habib Muhammad alwi al maliki
HABIB MUHAMMAD BIL FAQIH (PENGASUH PON-PES DARUL HADIST MALANG)
Habib Umar bin Abdurrahman Assegaf ( Pimpinan Majlis AlKifahi jakarta )
Habib Zindan bin novel ( Jakarta barat)
Al Musnid Syech Muhammad Al ya’qubi Al hasani (Damaskus)
HABIB RIZIQ AS SYEHAB(KETUA FRONT PEMBELA ISLAM)
HABIB HASAN BIN JAFAR ASSEGAP(PIMPINAN NURUL MUSTHOFA)
HABIB SALIM ASSYATIRI (YAMAN)
HABIB ALI BIN ABDURRAHMAN ASSEGAF DAN HABIB HASAN BIN JA’FAR ASSEGAF
HABIB ALI AL JUFRI
HABIB HAMID AL KAFF ( jakarta)
HABIB SYECK ALI AL JUFRI (CONDET JAKARTA)
Habib Soleh bin Ahmad bin Salim Alaydrus ( malang jawa timur)
HABIB MUSTAFA BIN ABDULLOH ALAYDRUS(PIMPINAN MAJLIS SYAMSI SYUMUS)
HABIB HUSEIN BIN ABDULLOH ASSEGAF ( GRESIK JAWA TIMUR)
HABIB AHMAD BIN ALI ASSEGAF ( JAKARTA)
Habib Umar bin Abdulloh al athos ( rawabelong Jakarta )
Habib Abdurrahman bin Muhammad Al habsy (kwitang jakarta)
Habib Abdurrahman bin Abdulloh bil faqih ( Darul hadist malang jawa timur)
SYECH HISYAM AL KA’BANI
SYECH YUSUF AL HASANI
SYECH NAZIM ADIL AL HAQQANI
Syech Muhammad ali Ashobuni
Syech Muhammad Ali Assanusi
Habib Syaikhon bin musthofa al bahar
ULAMA ULAMA NUSANTARA
27 Agustus 2007 · 58 Komentar
KH.HASYIM ASY’ARI (TEBUIRENG JOMBANG)
KH.IDRIS KAMALI (TEBUIRENG JOMBANG)
kh.bisri syansuri dan Kh Abdul wahab chasbulloh(jawa timur)
Kh.Adlan aly ( Jombang Jawa timur)
kh.Ali maksum
KH.MUHAMMAD THOWIL ( PON-PES ASSALAMIYAH BANTEN)
KH.ABDULLAH ABBAS (BUNTET CIREBON)
KH.ISHOMUDDIN HADZIK(PON-PES TEBUIRENG)
KH.ABDULLAH SYAFEI(JAKARTA)
KH.CHOLIL BISRI (REMBANG JAWA TENGAH)
KH.MAMOEN ZUBAIR (TENGAH)
KH.FUAD HASYIM
TRIO KYAI BUNTET CIREBON
KH.Munasir
KH.USMAN ABIDIN (JAKARTA)
HABIB LUTHFI BIN YAHYA (KETUA THAREKAT NAQSABANDIYYAH) DAN KH.USMAN ABIDIN
SYECH MUHAMMAD ABDUL MALIK BIN ILYAS ( KEBUMEN JATENG)
KH.ABDUL HAMID (PASURUAN)
KH. ASNAWI (CARINGIN BANTEN)
KH.SAID BIN KH ARMIA (TEGAL)
KH.AHMAD SIDDIQ
Syech Yusuf Al makassary ( makasar sulawesi)
Syech Nawawi Al Bantani( tanara banten)
KH.MUHAMMAD NAWAWI AL BANTANI (TANARA BANTEN)
KH.NOER ALI ( UJUNG HARAPAN BEKASI)
KH.ACHMAD DJAZULI USMAN (KEDIRI JAWA TIMUR)
KH.HAMIM DJAZULI ( GUS MIEK KEDIRI)
KH.MAKSUM DJAUHARI (LIRBOYO JAWA TIMUR)
KH.SYAFI’I HADZAMI ( JAKARTA)
KH.ILYAS RUCHIYAT ( JAWA BARAT)
KH.YUSUF HASYIM (TEBUIRENG JOMBANG)
KH.ABDUL ROSYID SYAFI’I ( PIMPINAN ASSYAFI’IYAH JAKARTA)
KH.MUSLIM RIFA’I IMAMPURO( PON-PES ALMUTTAQIEN KLATEN)
KH.SONHAJI ( KEBUMEN JAWA TENGAH)
KH.ABDULLAH FAQIH (KIRI) { TUBAN JAWA TIMUR}
KH.HASYIM MUZADI DAN DR YUSUF QORDOWI
KH.DIMYATI ROIS (KENDAL JAWA TENGAH)
KH.PROF.ANWAR MUSADDAD ( GARUT JAWA BARAT)
KH.YAHYA (BANDUNG)
TUAN GURU HAJI TURMUDJI BADRUDIN (LOMBOK NTB)
KH.MUKHTAR SYAFAAT (BANYUWANGI)
Syeck arsyad al banjari
KH MUHAMMAD DIMYATI (CIDAHU BANTEN)
KH.MUHAMMAD KHOLIL ( MADURA)
ULAMA ULAMA NU
Syech Yasin Al Padani dan para Ulama
Syech Yasin Al Padani ( padang )
Kh.Mubarok bin Nuh ( Suryalayah Jawa barat)
KH.A Shohibul Wafa ( abah Anom suryalaya jawa barat)
KH .ABDULLOH BIN NUH ( BOGOR)
KH. M ARAWANI ( JAWA TENGAH)
SYECK SULAIMAN ARRASULI ( MINANGKABAU)
SYECH AHMAD KHATIB SAMBAS (KALIMANTAN)
Kh Muhammad Zainuddin Abdul Majid ( Lombok
KH.RADEN MUHAMMAD AMIN ( KALI BATA JAKARTA)
KH.BUSTHOMI ( BANTEN)
KH. SANJA ( ULAMA AHLI NAHWU SHOROF BANTEN)
KH.MAMA OBAY ( KARAWANG JAWA BARAT)
KH.ARSYUDIN ( TENJO BOGOR)
SYECH TUBAGUS AHMAD BAKRI ( PURWAKARTA )
KH.MUHAMMAD DIMYATI ( CIDAHU BANTEN)
KH.HAMIM DZAJULI/GUS MIK ( KEDIRI JAWA TIMUR)
Kh.maksum/Gus maksum ( jawa timur)
Kh.Muhiddin ( cirebon)
Syech Muhammad abdul malik ( Kebumen)
PHOTO-PHOTO HABAIB
Alam bersinar-sinar bersuka ria
Menyambut kelahiran al-Musthafa Ahmad
Riang gembira meliputi penghuninya
Sambung-menyambung tiada henti
Berbahagialah wahai pengikut al-Quran
Burung-burung kemujuran kini berkicau
Bersuluhan dengan sinar keindahan
Mengungguli semua yang indah tiada banding
Kini wajiblah kita bersuka cita
Dengan keberuntungan terus-menerus tiada habisnya
Manakala kita memperoleh anugerah
Padanya terpadu kebanggaan abadi
Bagi Tuhanku segala puji
Tiada bilangan mampu mencukupinya
Atas penghormatan yang dilimpahkan-Nya bagi kita dengan lahirnya al-Musthafa al Haadi Muhammad
Yaa Rasulullah, selamat datang
Sungguh kami beruntung dengan kehadiranmu
Semoga Engkau berkenan memberi nikmat karunia-Mu,
Mengantarkan kami ke tujuan idaman
Tunjukilah kami jalan yang ia tempuh
Agar dengannya kami bahagia dan memperoleh kebaikan yang melimpah
Tuhanku, demi mulia kedudukannya di sisi-Mu
Tempatkanlah kami sebaik-baiknya di sisinya.
Semoga shalawat Allah meliputi selalu,
Rasul paling mulia, Muhammad
Dan salam terus-menerus
Silih berganti setiap saat
HABIB ALI BUNGUR JAKARTA DAN PARA HABAIB
ALHAFIDZ ALHABIB ABDULLOH BIN ABDUL QODIR BIL FAQIH( MALANG )
HABIB ABDURRAHMAN BIN AHMAD ASSEGAF(JAKARTA)
HABIB ABDURRAHMAN ASSEGAF DAN HABIB ABDULLOH BILFAQIH
ALHABR HABIB ABDUL QODIR BIL FAQIH(TENGAH)
HABIB MUHAMMAD BIN HUSEIN BA’BUD (MALANG)
HABIB HUSEIN BIN ABDULLOH ALATHOS (EMPANG BOGOR KIRI)
ALLAMAH HABIB ALWI ALMALIKI (MEKKAH)
HABIB JA’FAR ASSEGAF (JAWA TIMUR)
HABIB MUHAMMAD BIN SALIM
Habib Abdul Qadir bin Ahmad as-Saqqaf
HABBIB ABDUL QODIR ASSEGAF
HABIB ALWI BIN THOHIR AL HADAD (MALAYSIA)
HABIB AH MAD BIN ABDULLOH AL ATHOS ( BENDUNGAN HILIR)
HABIB SYECH ALWI ALMALIKI
HABIB ALI BIN MUHAMMAD AL HABSYI (SHOHIB GHURFAH)
HABIB SALIM BIN HAFIDZ
HABIB ALI AL HABSYI (KWITANG)
HABIB ALI AL HABSYI KWITANG & HABIB ALI BUNGUR
HABIB ABDUL QODIR BIN HUSEIN ASSYEGAF
HABIB ABDULLOH BIN ALWI AL ATHOS
HABIB ABU BAKAR BIN AIDRUS AL IDRUS
HABIB ABU BAKAR BIN MUHAMMAD ASSEGAF( GRESIK)
HABIB ALWI BIN MUHAMMAD BIN AHMAD AL MUHDHOR
HABIB UMAR BIN HUD AL ATHOS( CIPAYUNG BOGOR)
HABIB ABDULLOH SYAMI AL ATHOS JAKARTA (kanan) DAN HABIB MUHAMMAD BIN ALI AL HABSY KWITANG JAKRTA ( KIRI)
HABIB ZEIN BIN SMITH
HABIB MUHAMMAD AL MUHDHOR
HABIB AHMAD BIN ALWI AL HADAD(HABIB KUNCUNG JAKARTA)
HABIB USMAN BIN YAHYA ( JAKARTA)
Habib Sholeh bin Muhsin al Hamid ( tannggul jawa timur
HABIB SHOLEH TANGGUL DAN PARA HABAIB
HABIB AHMAD BIN HAMID AL KAFF ( PALEMBANG)
Habib Ahmad Masyhur bin Toha Al hadad
Habib Ja’far bin Ahmad alidrus
HABIB ALWI BIN MUHAMMAD AL HADAD (BOGOR)
HABIB HUSEN BIN HADI AL HAMID ( JAWA TIMUR)
TRIO HABIB BETAWI (HABIB ALI BUNGUR, HABIB ALI ALHABSYI KWITANG& HABIB SALIM ZINDAN
Habib Alwi bin Ali Al habsyi ( Solo)
Habib husein bin hadi , habib sholeh tanggul dan habib Umar bin Hud
HABIB HAFIDH BIN ABDULLOH BIN SYECK ABI BAKAR SALIM
HABIB SALIM BIN HAFIDH