Rabu, 21 Juli 2010

MUQODDIMAH

Assalamu'alaikum warohmatullohi wabarokatuh,
Limpahan Puji Kehadirat Allah Maha Raja Langit dan Bumi, Maha Penguasa Tunggal dan Abadi, Maha Mengasuh seluruh hamba – hamba dan ciptaan-Nya sepanjang waktu dan zaman, Tunggal menuntun mereka didalam kehidupan, mengasuh mereka dengan cahaya matahari dan bulan, daratan dan lautan dan semua hamba yang ada di bumi sebagai lambang kelembutan Ilahi. Terbit keindahan Allah dalam setiap waktu dan zaman, terbit kelembutan Allah dalam setiap waktu dan zaman, terbit kewibawaan Allah dalam segala waktu dan kejadian. Bagi mereka yang mau berfikir, mereka akan menemukan Cahaya Keagungan Allah dalam setiap waktu dan kejap. Yang setiap nafas mereka merupakan lambang Kasih Sayang Illahi, yang setiap detak jantung memanggil setiap hamba untuk mengenal Allah, yang memberinya kehidupan, yang menggetarkan jantungnya lebih dari 100.000X setiap harinya untuk mendukung seluruh gerakan dan kehidupan.
Jantung yang berdetak ini adalah milik Rabbul Alamin dan bukan kita yang menciptanya. Lisan yang kita pakai untuk berucap bukan pula kita yang menciptanya tapi Anugerah Illahi. Dan semua kehidupan yang kita gunakan siang dan malam adalah panggilan Allah agar mau mendekat mencapai Kasih Sayang-Nya, mencapai Kelembutan-Nya, mencapai Keridhoan-Nya yang abadi, kenikmatan yang abadi, keindahan yang abadi, kemewahan yang abadi dan puncak segala anugerah adalah Ridho Allah, Kasih Sayang Allah, Kelembutan Allah yang membuka kebahagiaan dunia dan akhirat. Dan Sang Pemilik Kebahagiaan di dunia dan akhirat, Dialah Allah.
Allah Swt berfirman “Qul huwallahu ahad” katakanlah, kenalilah, fahamilah, dalamilah dan sadarilah dan renungkanlah dan dapatkanlah Cahaya Keagungan dari kalimat Dialah Allah Maha Tunggal; QS. Al Ikhlas : 1. Hanya Dialah (Allah) Yang Maha Ada dan selainnya adalah fana. Semua selain Allah, hakekatnya tiada walaupun tampaknya ada, karena keberadaan mereka terikat dan tergantung kepada Yang Maha Ada. Allah ada sebelum segala – galanya ada dan Allah Yang Maha Tunggal tetap ada ketika segala – galanya sirna. Kalimat yang pertama daripada firman Allah ini menembus kepada jantung tauhid, memberi kefahaman bahwa Dia (Allah) Maha Tunggal. Tidak sama dengan semua makhluk dan tidak ada yang menyerupainya. Dan ketika kita merenungkan kedalaman kalimat ini, akan muncul cahaya tauhid yang membimbing kita kepada ketenangan, kesejukan. “Alaa bidzikrillah tathma’innulquluub” dengan mengingat Allah akan tenanglah hati; QS. Ar-Rad : 28. Dan ketahuilah Allah itu Maha Tunggal. Maha Tunggal untuk dicintai, Maha Tunggal untuk dirindukan, Maha Tunggal untuk dimuliakan, Maha Tunggal untuk disembah, Maha Tunggal untuk diharapkan, Dialah (Allah).
Sabda Nabi Muhammad SAW :




قَالَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:


لَا يَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِي ظَاهِرِينَ حَتَّى يَأْتِيَهُمْ أَمْرُ اللَّهِ وَهُمْ ظَاهِرُونَ (صحيح البخاري





Sabda Rasulullah saw : “selalu ada kelompok dari ummatku yang terus muncul dengan kebenaran, hingga mereka menghadap Allah mereka akan terus ada dan terlihat jelas” (Shahih Bukhari)


Al Imam Ibn Hajar Al Asqalani didalam kitabnya Fathul Baari bisyarh Shahih Bukhari mensyarhkan daripada makna haidts ini bahwa ada sekelompok dari umat Muhammad Saw, walaupun umat ini semakin bergeser menuju kerusakannya, menuju kehancuran dan semakin buruk. Janji Sang Nabi saw, ada kelompok yang tetap bertahan dari para pecinta Sayyidina Muhammad Saw. “wa hum dhaahiruun” mereka itu ada dan selalu terlihat muncul dan mereka itu tidak tersembunyi, selalu ada. Demikian janji Nabi Muhammad Saw dan ini memberikan semangat kepada majelis – majelis ta’lim dan majelis – majelis dzikir yang tentunya dibangun untuk pembenahan umat Nabi Muhammad Saw dengan niat yang ikhlas mengikuti tuntunan Sang Nabi saw, maka kelak dijanjikan oleh Sang Nabi saw bahwa kelompok itu ada dan terlihat. Maka setiap gerakan – gerakan pembenahan umat, demi bangkitnya dakwah Sang Nabi saw adalah bentuk daripada isyarat yang disampaikan oleh Sang Nabi saw dan kita berharap majelis ini merupakan salah satu sari kabar yang disampaikan oleh Nabi Saw. Bahwa diantara umatku akan terus ada, dan semoga majelis in terus ada. Dari mulai masa Sang Nabi saw, para pembela Rasul saw, shabatul kiram sampai pada tabi’in, tabiut tabi’in, ashlafunnaashalihin sampai kepda kita sampai kepada keturunan kita, selalu dijaga Allah dalam rahasia kemuliaan para pendukung Muhammad Rasulullah Saw.


Wallahu A'lam


Wassalamu'alaikum warohmatullohi wabarokatuh


riwayat hidup As Sayyid Al Habib Al Ustadz Muhammad bin Husein bin Ali bin Muhammad Ba’abud Al Alawi Al Husaini




Asmaul Husna




ALLAH memiliki nama-nama yang baik yang disebut dengan Asmaul Husna.
Rasulullah SAW menjelaskan bahwa al-Asma al-Husna ini jumlahnya ada 99, karena ALLAH menyukai bilangan yang ganjil.

Sesungguhnya ALLAH mempunyai sembilan puluh sembilan nama, yaitu seratus kurang satu. Barangsiapa menghitungnya, niscaya ia masuk surga. (H.R. Bukhari dan Muslim)

Sembilan puluh sembilan nama tsb menggambarkan betapa baiknya ALLAH. Nama-nama dalam Asmaul Husna ini, ALLAH sendirilah yang menciptakannya.

Dia-lah ALLAH yang Menciptakan, yang Mengadakan, yang Membentuk Rupa, yang Mempunyai Nama-Nama yang Paling baik. Bertasbih kepada-Nya apa yang ada di langit dan di bumi. Dan Dia-lah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS. Al-Hasyr: 24)

Sebutlah nama-nama ALLAH, dalam setiap zikir dan doa kita. Jika kita memohon diberi petunjuk, sebutlah nama Al-Hâdi (Maha Pemberi Petunjuk). Jika kita mohon diberi sifat kasih sayang, sebutlah nama Ar-Rahmân (Maha Pengasih). Semoga doa kita akan semakin makbul.
Anjuran untuk menggunakan Asmaul Husna dalam berzikir dan berdoa, diterangkan oleh ALLAH SWT dalam Al-Quran.

Hanya milik ALLAH asma-ul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asma-ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan. (QS. Al-A'râf: 180)

Asmaul Husna hanya milik ALLAH SWT. Manusia sebagai makhluk-Nya hanya dapat memahami, mempelajari, dan meniru kandungan makna dari nama yang baik tsb dalam kehidupan sehari-hari.






Dasar Hukum Dzikir Berjama'ah


Dzikir berjamaah sejak zaman Rasul saw, sahabat, tabi'in tak pernah dipermasalahkan, bahkan merupakan sunnah rasul saw, dan pula secara akal sehat, semua orang mukmin akan asyik berdzikir.
1). para sahabat berdoa bersama Rasul saw dengan melantunkan syair (Qasidah/Nasyidah) di saat menggali khandaq (parit) Rasul saw dan sahabat2 radhiyallhu?anhum bersenandung bersama sama dengan ucapan : "HAAMIIIM LAA YUNSHARUUN..". (Kitab Sirah Ibn Hisyam Bab Ghazwat Khandaq). Perlu diketahui bahwa sirah Ibn Hisyam adalah buku sejarah yg pertama ada dari seluruh buku sejarah, yaitu buku sejarah tertua. Karena ia adalah Tabi'in.

2). saat membangun Masjidirrasul saw : mereka bersemangat sambil bersenandung : "Laa 'Iesy illa 'Iesyul akhirah, Allahummarham Al Anshar wal Muhaajirah" setelah mendengar ini maka Rasul saw pun segera mengikuti ucapan mereka seraya bersenandung dengan semangat : "Laa 'Iesy illa 'Iesyul akhirah, Allahummarham Al Anshar wal Muhajirah.. " (Sirah Ibn Hisyam Bab Hijraturrasul saw- bina' masjidissyarif hal 116)

3). ucapan ini pun merupakan doa Rasul saw demikian diriwayatkan dalam shahihain

4). Firman Allah swt : "SABARKANLAH DIRIMU BERSAMA KELOMPOK ORANG ORANG YG BERDOA PADA TUHAN MEREKA SIANG DAN MALAM SEMATA MATA MENGINGINKAN KERIDHOAN NYA, DAN JANGANLAH KAU JAUHKAN PANDANGANMU (dari mereka), UNTUK MENGINGINKAN KEDUNIAWIAN." (QS Alkahfi 28)
Ayat ini turun ketika Salman Alfarisi ra berdzikir bersama para sahabat, maka Allah memerintahkan Rasul saw dan seluruh ummatnya duduk untuk menghormati orang2 yg berdzikir.
Mereka (sekte wahabi) mengatakan bahwa ini tidak teriwayatkan bentuk dan tata cara dzikirnya, ah..ah?ah.. Dzikir ya sudah jelas dzikir.., menyebut nama Allah, mengingat Allah swt, adakah lagi ingin dicari pemahaman lain?,

5). Sahabat Rasul radhiyallahu'anhum mengadakan shalat tarawih berjamaah, dan Rasul saw justru malah menghindarinya, mestinya merekapun shalat tarawih sendiri sendiri, kalau toh Rasul saw melakukannya lalu menghindarinya, lalu mengapa Generasi Pertama yg terang benderang dg keluhuran ini justru mengadakannya dengan berjamaah..,
Sebab mereka merasakan ada kelebihan dalam berjamaah, yaitu syiar,
ah..ah..ah.. mereka masih butuh syiar dibesarkan, apalagi kita dimasa ini..,

maka kalau ada pertanyaan : "siapakah yg pertama kali mengajarkan Bid'ah hasanah?, maka kita dengan mudah menjawab, yg pertama kali mengajarkannya adalah para Sahabat Rasul saw, karena saat itu Umar ra setelah bersepakat dengan seluruh sahabat untuk jamaah tarawih, lalu Umar ra berkata : "WA NI'MAL BID'AH HADZIH..". (inilah Bid'ah yg terindah).
Siapa lebih tahu makna menghindari bid'ah?, Umar bin Khattab ra, makhluk nomer dua paling mulia di ummat ini bersama seluruh sahabat radhiyallahu'anhum.., atau madzhab sempalan abad ke 20 ini.

6). Lalu para tabi'in sebab cinta mereka pada sahabat, maka mereka menggelari setiap menyebut nama sahabat dengan ucapan Radhiyalahu'anhu/ha/hum. Inipun tak pernah diajarkan oleh Rasul saw, tak pula pernah diajarkan oleh sahabat, walaupun itu berdalilkan beberapa ayat didalam alqur'an bahwa bagi mereka itu kerdhoan Allah, namun tak pernah ada perintah dari Rasul saw untuk menggelari setiap nama sahabat beliau saw dg ucapan radhiyallahu'anhu/ha/hum.
Inipun Bid'ah hasanah, kita mengikuti Tabi'in mengucapkannya krn cinta kita pd Sahabat.

7). Khalifah Umar bin Abdul Aziz menambahkan lagi dengan menyebut nyebut nama para Khulafa?urrasyidin dalam khotbah kedua pada khutbah jumat, Ied dll.., inipun bid?ah, tak pernah diperbuat oleh para Tabi'in, Sahabat, bahkan Rasul saw, namun diada adakan karena telah banyak kaum mu'tazilah yg mencaci sahabat dan melaknat para Khulafa'urrasyidin, maka hal ini mustahab saja, (baik dilakukan), tak ada pula yg benci dengan hal ini kecuali syaitan dan para tentaranya.

Lalu kategori Bid'ah ini pun muncul entah darimana?, membawa hadits : "Semua Bid?ah adalah sesat dan semua sesat adalah di neraka". Menimpakan hadits ini pada kelompok sahabat. Ah..ah..ah... adakah seorang muslim mengatakan orang yg memanggil nama Allah Yang Maha Tunggal, menyebut nama Allah dengan takdhim, berdoa dan bermunajat, mereka ini sesat dan di neraka?

Orang yg berpendapat ini berarti ia telah mengatakan seluruh nama nama diatas adalah penduduk neraka termasuk Umar bin Khattab ra dan seluruh sahabat, dan seluruh tabi?in, dan seluruh ulama ahlussunnah waljama'ah termasuk Sayyidina Muhammad saw, yg juga diperintah Allah untuk duduk bersama kelompok orang yg berdoa, dan beliau lah saw yg mengajarkan doa bersama sama.

Kita di Majelis Majelis menjaharkan lafadz doa dan munajat untuk menyaingi panggung panggung maksiat yg setiap malam menggelegar dengan dahsyatnya menghancurkan telinga, berpuluh ribu pemuda dan remaja MEMUJA manusia manusia pendosa dan mengelu elukan nama mereka.. menangis menjilati ludah dan air seni mereka..

Salahkah bila ada sekelompok pemuda mengelu-elukan nama Allah Yang Maha Tunggal?, menggemakan nama Allah?,
Ah..ah..ah..apakah Nama Allah sudah tak boleh dikumandangkan lagi dimuka bumi?.??!!



Seribu dalil mereka cari agar Nama Allah tak lagi dikumandangkan.. cukup berbisik bisik..!, sama dengan komunis yg melarang meneriakkan nama Allah, dan melarang kumpulan dzikir..
Adakah kita masih bisa menganggap kelompok wahabi ini adalah madzhab..?!!

Kita Ahlussunnah waljama?ah berdoa, berdzikir, dengan sirran wa jahran, di dalam hati, dalam kesendirian, dan bersama sama.
Sebagaimana Hadist Qudsiy Allah swt berfirman : "BILA IA (HAMBAKU) MENYEBUT NAMAKU DALAM DIRINYA, MAKA AKU MENGINGATNYA DALAM DIRIKU, BILA MEREKA MENYEBUT NAMAKAU DALAM KELOMPOK BESAR, MAKA AKUPUN MENYEBUT (membanggakan) NAMA MEREKA DALAM KELOMPOK YG LEBIH BESAR DAN LEBIH MULIA". (HR Bukhari Muslim).

Wahai Allah telah terkotori permukaan Bumi Mu dengan sanubari sanubari yg disesatkan syaitan, maka hujankanlah hidayah Mu pada mereka agar mereka mau kembali pd kebenaran, beridolakan sang Nabi saw, beridolakan Muhajirin dan Anshar, berakhlak dengan akhlak mereka, sopan dan rendah diri sebagaimana mereka. Demi Kemuliaan Ramadhan, Demi Kemuliaan Shiyaam walqiyaam, Demi Kemuliaan Nuzululqur'an, dan Demi Kemuliaan Muhammad Rasulullah saw, amiin.

Tidak ada komentar: